Sukses

Mendobrak Mitos Perkawinan Merbabu - Merapi

Warga korban Merapi di Telogolele, Selo, Boyolali, Jawa Tengah akhirnya bisa menikmati air bersih. Gotong royong dibantu Al-Azhar Peduli Umat, mereka merentangkan pipa 4 inc dari Merbabu secara manual, 10 jurang dalam ditaklukkan secara nekat.

Citizen6, Yogyakarta: Melihat air deras mengalir dari Merbabu ke Merapi, lidah rasanya kelu. Untuk sekadar berkata-kata rasanya gemetar. Hanya kekaguman yang berguman dalam hati, akan kebesaran Allah SWT yang telah menyempurnakan segala ikhtiar untuk mendatangkan air di Telogolele, Selo, Boyolali.

Tiga bulan, Masyarakat korban Merapi menunjukkan semangat tanpa kendur. Laki-laki dan perempuan, tak ada yang tersisa untuk tak terlibat meneteskan keringat. Tiap hari gotong-royong memasang pipa-pipa besar, meretas ladang, bukit, dan melompati jurang-jurang. Pipa 4 inc direntangkan secara manual, 10 jurang dalam, juga ditaklukkan secara nekat. Jika melihat hasilnya kini, rasanya muskil tanpa “kegilaan” pipanisasi 12 KM ini akan terwujud.

“Setiap malam saya berdoa, agar air bisa mengalir,” terang Sarindi (45) ketua kelompok Dusun Belang, Telogolele.

“Saya nangis, tiap ketemu orang dibilang, gak mungkin air Merbabu bisa ke Merapi. Sayang pipa mahal-mahal dipasang sia-sia,” kenang Sarindi berkaca-kaca.

“Tapi, Al-Azhar Peduli Ummat selalu memberi semangat bahwa kita hanya berusaha, Gusti Alloh yang menyempurnakan”, kata ayah 3 anak yang sehari-hari bertani itu.

Membangun pipanisasi dari Merbabu ke Merapi, tak sekadar medan yang sulit jadi kendalanya. Tapi, mitos sebagian masyarakat yang menganggap tabu, mendatangkan air dari lereng Merbabu ke Merapi adalah tantangan yang tak kalah beratnya. Pada awal-awal membentuk kelompok, hanya sedikit orang yang antusias, sebagian mengaku ini program yang tak masuk akal.

“Konon kalau air Merbabu dibawa ke Merapi airnya akan mati,” kata Sarindi. Tapi, ia meyakini bahwa Tuhan yang punya air.

“Al-Azhar mendampingi kami dan meyakinkan kami, kalau Gusti Alloh sudah berkehendak tidak ada yang bisa melawan,” kini Sarindi teguh.

Meski sempat jatuh bangun membangun semangat warga, hari ini semua memetik hasilnya. Sudah puluhan tahun desa itu kesulitan air. Makin parah setelah letusan Merapi. Pernah pada tahun 2000, mereka secara swadaya membangun pipanisasi, tapi kalah oleh kampung lain. Air tak pernah sampai di desa. Untuk menghindari konflik, mereka pilih mengalah dan mengandalkan air dari menampung air hujan

“Gusti Alloh mboten sare (Allah tidak tidur), sekarang kami kebanjiran air. Nanti kalau dari kampung lain ingin minta air, monggo kami ikhlas membaginya. Wejangan dari tim Al-Azhar, air ini punya Gusti Alloh”, tutur Sarindi.

Ahad lalu, warga desa menggelar syukuran secara sederhana. Meski pipanisasi dan distribusi air belum usai 100 persen, tapi mereka ingin rasa syukur digelar dengan doa bersama. Pasca air mengalir, Al-Azhar Peduli Ummat masih menyiapkan pembangunan kamar mandi umum, sanitasi, irigasi, dan pipanisasi ke rumah-rumah penduduk. Direncanakan selesai sempurna dua pekan lagi.

“Bapak dan ibu sekalian, ini hasil keringat warga Telogolele. Bukan karena Al-Azhar Peduli Ummat. Bapak dan ibu yang gotong-royong mengagumkan. Ibu-ibu tiap pagi menyiapkan singkong rebus, kami merasakan singkong itu memberi energi yang membuat kita semua mampu memanggul pipa, melompati jurang, dan mendaki bukit-bukit. Ibu-ibu yang menggendong pasir, mengumpulkan batu, menjadi daya dorong kami untuk tidak menyerah. Ini hasil jerih payah masyarakat Telogolele. Sekarang, tugas kita bersyukur pada Gusti Alloh dan merawat program ini agar langgeng sampai anak cucu,” terbata-bata mulut saya berucap di hadapan ratusan warga Telogolele yang sarasehan di tanah lapang sore itu.

Inilah jika Allah SWT sudah berkehendak. Tak ada yang mampu menolak. Kepada, pembaca, donatur, dan masyarakat yang telah mengamanahkan bantuan kemanusiaan melalui Al-Azhar Peduli Ummat, kabar bahagia ini ingin kami bagi bersama Anda. Agar tak hanya warga Telogolele yang syukur dan gembira, tapi juga menginspirasi kita semua. (Pengirim: Sunaryo Adhiatmoko)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini