Sukses

[Arti Pemilu] Awal Sebuah Perbaikan

Persiapan para calon wakil rakyat dalam menyambut “Pesta Demokrasi” pada pemilu 9 April mendatang dilakukan dengan berbagai macam cara.

Citizen6, Jakarta Persiapan para calon wakil rakyat dalam menyambut “Pesta Demokrasi” yang disebut-sebut oleh sebagian besar para elit politik pada pemilu 9 April mendatang dilakukan dengan berbagai macam cara. Bisa dibayangkan jika kita akan menghadiri pesta tentu butuh persiapan matang agar penampilan kita bisa terlihat menawan di mata semua orang yang melihat. Tak berbeda dengan mereka para calon legislatif, persiapan untuk menyambut pergantian kepemimpinan dan kampanyenya dilakukan dengan cara yang berbeda-beda pula.

Tak cukup baju rapi berdasi, mereka pandai sekali berucap untuk menarik simpati warga. Tak lupa senyum manis penuh arti terpancar dari sudut bibir mereka. Sungguh manis ditambah lagi kampanye yang mereka lakukan dengan mengundang artis dangdut, grup band, serta penceramah agar terlihat lebih religius. Mereka sangat bersemangat mempromosikan dirinya dengan harapan masyarakat mau memilih dia ketika pemilu. Benar-benar sebuah ‘pesta’ dalam tanda kutip.

Belum lagi praktek “money politic”. Sungguh ironis, fenomena ini sudah merebak bak jamur dimusim hujan. Semakin lama semakin banyak dan semakin menyebar. Kebiasaan ini sudah menjadi rahasia public. Yang jika tidak dilakukan justru seperti sayur tanpa garam, tanpa garam terasa hambar, tanpa uang terasa kurang. Ini lah yang terjadi di bangsa ini. Suara sebagai hak masing-masing warga pemilih, justru diperjual belikan seperti sayuran. Tidak memperdulikan sudah busuk atau masih segar. Yang terpenting laku dijual dan dibayar. Ada yang mengatakan ambil uangnya tak perlu pilih orangnya.

Seperti itukah pemilu yang mereka sebut pesta demokrasi? Yang namanya pesta identik dengan foya-foya dan hura-hura. Jika “pesta demokrasi” diartikan sebatas ‘pesta’ tentu hanya akan ada pergantian kepemimpinan saja. Tidak meningkatkan kualitas dan kwantitas sebuah kepemimpinan. Seperti siklus sebuah jam yang hanya berputar pada angka yang terbatas dan itu-itu saja. Tidak ada peningkatan dan perbaikan.

Jangan sampai ‘pesta demokrasi’ dijadikan lahan ‘pesta korupsi’ para wakil rakyat. Mereka asyik menari dan menikmati setiap alur pesta yang mereka rancang baik sendiri maupun berkelompok agar bisa mengubah ketidak benaran menjadi sebuah kelaziman yang berdampak merugikan masyarakat. Agar tak terlihat seperti korupsi, mereka pandai mencari celah untuk meraup untung dari sebuah proyek pembangunan.

Sistem Demokrasi yang sudah lama dianut bangsa Indonesia belum bisa dikatakan mensejahterakan rakyat Indonesia dewasa ini. Tak harus mengganti secara total produk-produk demokrasi yang sudah ada. Dibalik kebebasan berdemokrasi, masyarakat harus cerdas memilih pemimpin yang ideal agar kedepan memiliki kepemimpinan yang professional dan bebas dari korupsi, sehingga tujuan bangsa Indonesia yang tercantum dalam pancasila dan UUD bisa terwujud.

Semoga “pesta demokrasi” 9 April mendatang menjadi langkah awal menuju perbaikan dan kesejahteraan bangsa Indonesia. Ambil dan pertahankan kualitas yang sudah baik dalam kepemimpinan yang telah lewat. Kepemimpinan yang terpilih harus lebih baik dari kepemimpinan yang telah lalu. Jadikan pesta ini sebagai upaya meningkatkan kualitas dan profesionalisme yang terjaga dari korupsi.  Semoga “Pesta Demokrasi” tak berubah menjadi “pesta korupsi”?

Penulis:

Annisa Rahayu
Twitter : anish_anisah

Baca Juga:

5 Tips Agar Berpacaran Selalu Menyenangkan

Opening Ceremony Malang Film Festival 2014

Wow, Sang Pangeran pun Foto Selfie!

 

Disclaimer:

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan link postingan terbaru blog Anda atau artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas, kesehatan, keuangan, wisata, kuliner, gaya hidup, sosial media, dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.
 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.