Bulu Gila, Tarian Khas dari Maluku yang Magis

Citizen6, Jakarta Beribu jenis tarian pertunjukan khas yang terdapat di Indonesia memiliki keunikannya masing-masing dengan berbagai macam gerakan dan busana yang mereka kenakan. Salah satunya adalah tarian “Bulu Gila atau Bambu Gila” adalah suatu tarian yang berasal dari permainan rakyat Maluku Tengah yang sangat dicari-cari oleh wisatawan yang sedang berkunjung ke Maluku.

Tarian ini unik dan mistik karena tarian ini di tampilkan dengan menggunakan kekuatan Supranatural.

Tarian “Bambu Gila” ini hanya dapat kita jumpai di dua Desa yaitu Desa Liang Kecamatan Salahutu dan Desa Mamala Kecamatan Leihitu Kabupaten Maluku Tengah. Biasanya tarian ini dilakukan di tempat yang agak luas seperti di sebuah pantai, karena Tarian ini akan membawa kita kemana arah bambu itu berjalan.

Memang agak aneh kedengarannya tapi itulah kenyataan dalam tarian tersebut, para penari sambil memeluk bambu kita akan dibuatnya seperti berlari kesana kemari. Atraksi yang bernuansa mistis ini juga dapat dijumpai di beberapa daerah di kota Ternate dan sekitarnya.

Tarian ini juga terlihat sangat sederhana dikarenakan tidak membutuhkan terlalu banyak pernak-pernik barang yang sulit untuk dicari. Untuk memulai tarian Bambu Gila ini diperlukan berbagai macam syarat yaitu matra dari seorang dukun atau pawang yang dipercaya mereka memiliki kekuatan mistik pemanggil arwah leluhur masyarakat Maluku.

Kemudian mereka harus mempersiapkan kemenyan, sebatang bambu sepanjang 2,5 meter dengan diameter 8 cm dan tujuh orang pria yang mampu bertarung melawan sebatang bambu yang sudah diberikan mantra oleh pawangnya.

Tarian ini merupakan peninggalan dari para leluhur masyarakat Maluku yang sangat popular dikarena tariannya yang sangat unik cara untuk memainkannya juga sangat membutuhkan keahlian khusus.

Bambu ini bergerak sendiri seolah olah-olah hidup. Para penari akan membuat rangkaian gerakan dengan saling mengaitkan tangan. Untuk mengadakan pentas Tarian Bambu Gila ini dibutuhkan lokasi yang luas. Dengan gerakan yang begitu tidak teratur dan tidak bisa dikendalikan maka para penari dituntut memiliki fisik yang cukup kuat kalau tidak kuat akan membuat badan kita terpelanting kesana kemari.


Penulis:

Paquita Anggasta