Sukses

Festival Permainan Tradisional untuk Pendidikan Karakter Anak

Permainan ini menyisipkan pendidikan multikultur dan beberapa mata pelajaran, sehingga permainan menjadi lebih inovatif dan imajinatif

Citizen6, Jakarta Tim Program Kreatifitas Mahasiwa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ‘PEKARANGAN TRADISIONAL (Pendidikan Karakter Anak dengan Permainan Tradisional)’ mengadakan festival permainan tradisional, di halaman kantor kecamatan Banguntapan, Bantul, Yogyakarta, setelah sebelumnya mengadakan pelatihan dan permainan tradisional di SD Muhammadiyah Bodon II Karangturi, Banguntapan, Bantul.

“Dengan pelatihan dan festival ini, harapannya anak-anak dapat melestarikan kembali permainan tradisional yang menjadi budaya asli indonesia, juga dapat mengurangi intensitas anak kecil dalam memainkan HP, entah itu game, ataupun sosial media ” kata ketua tim PKM, Affan Arsyad di SD Muhammadiyah Bodon II Karangturi, Banguntapan, Bantul. pada Minggu (19/4/2015).

Pelatihan dan Festival diikuti oleh puluhan siswa-siswi kelas III, IV, dan V di SD Muhammadiyah Bodon II Karangturi . permainan yang kami ajarkan, bukan hanya sekedar permainannya saja, tapi kami juga menyisipkan pendidikan multikultur dan beberapa mata pelajaran, sehingga permainan menjadi lebih inovatif dan imajinatif.

“Senang bisa ikut dalam pelatihan ini, karena selain bisa bermain, kita juga bisa tau permainan khas Indonesia yang belum kita ketahui, terus juga ada pelajarannya jadi nambah pengetahuan juga ,” kata Nino Profetika, salah satu peserta festival.
Pihak sekolah sangat menyambut baik dengan adanya kegiatan ini. Mereka berharap program ini bisa berlanjut ke depannya.

Penulis:

Arman Maulana (@maullana96)
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta 2014

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini