Sukses

3 SMP Asal Garut Jadi Percontohan Sekolah Berbasis Pesantren

SMP berbasis pesantren dimulai sejak tahun 2008.

Citizen6, garut SMP berbasis pesantren dimulai sejak tahun 2008. Program ini diselenggarakan Direktorat Pembinaan SMP Ditjen Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) RI. Untuk tahun 2015, sebanyak 140 SMP se-Indonesia dipilih masuk program tersebut.

Tiga SMP di Kabupaten Garut termasuk di dalamnya. Ketiganya yakni SMP Islam Terpadu Nurul Amin Leuwigoong, SMP Muhamadiyah Cibiuk, dan SMP Al-Falah Bungbulang.

Perwakilan ketiga sekolah, baru saja mengikuti workshop pembinaan sekolah berbasis pesantren se-Indonesia, di Hotel Sahid Jogjakarta, 25-30 Mei 2015.

Direktur Pembinaan SMP Kemendikbud RI, Didik Suhardi, Ph.D, menyebutkan ke-140 SMP berbasis pesantren ini nantinya akan dijadikan percontohan sekolah berbasis pesantren di Indonesia. Dikatakannya, lahirnya sekolah berbasis pesantren ini sebagai salah satu upaya pemerintah dalam memasyarakatkan kembali dunia pondok pesantren pada sekolah-sekolah umum.

“Sebagaimana diketahui, maraknya tawuran antar pelajar, penyimpangan-penyimpangan moral dan asusila oknum pelajar juga turut mewarnai akan pentingnya peningkatan dan penekanan pembinaan karakter dan pribadi muslim yang kokoh dan kuat. Oleh karenanya, pendidikan yang lebih menekankan pada pendidikan karakter dianggap sangat perlu dikembangkan pada sekolah-sekolah umum dewasa ini,” katanya.

Sementara itu, narasumber workshop, Prof. Dr. Suyanto, menjelaskan, pesantren merupakan institusi pendidikan Islam tertua di tanah air. Memberikan andil sangat besar dalam mencerdaskan kehidupan umat dan bangsa.
Dari ‘rahim’ pesantrenlah lahir tokoh-tokoh masyarakat, ulama, kaum intelektual, dan pemimpin-pemimpin bangsa. Namun, di masa globalisasi ini, pesantren justru terkesan sebagai lembaga ‘kumuh’ dan bukan ‘pilihan’ yang populer dibandingkan dengan sekolah-sekolah ‘modern’ yang banyak bermunculan.

Mantan Dirjen Mandikdasmen Kemendikbud RI ini menambahkan, hal tersebut membuat pihak pesantren merasa perlu untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan Sistem Pendidikan Nasional. Meskipun perubahan-perubahan yang dilakukan itu tetap tidak dapat merubah kultur yang memang ada dalam budaya pesantren.

Pihak SMP IT Nurul Amin Leuwigoong merasa bangga dengan terpilihnya masuk program sekolah berbasis pesantren. Ungkapan itu disampaikan Direktur Pendidikan Dasar dan Menengah Yayasan Nurul Amin Leuwigoong, sekaligus Kepala SMK IT Nurul Amin, Ustad Ma’mol, MM.Pd. Pihaknya merasa bangga sekolahnya terpilih sebagai salah satu sekolah yang dijadikan pailot project sekolah berbasis pesantren.

Menurutnya, hasil yang diharapkan dari sekolah berbasis pesantren ini yaitu terwujudnya pendidikan yang integratif dan komprehensif bagi peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia yang unggul; terwujudnya pendidikan yang berorientasi pada pengembangan keunggulan komparatif dan kompetitif dalam menghadapi persaingan global; tercapainya peningkatan mutu sumber daya manusia yang memiliki kemampuan ganda. Maksudnya, outcome yang memiliki keseimbangan intelektual quotient, emotional quotient dan spiritual quotient. Selain itu, sekolah berbasis pesantren diarahkan agar terbentuknya sumber daya manusia Indonesia yang berwatak plural, nasional dan multikultural.

“Sekolah berbasis pesantren mengintegrasikan kebenaran nash (Al-Quran dan Hadist) dengan sains (ilmu pengetahuan dan teknologi) melalui pengembangan tiga dimensi pendidikan unggul. Pemilikan landasan moralitas keagamaan yang kuat, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta memiliki dan menguasai bentuk-bentuk keterampilan-keterampilan bekerja yang akan menunjang kehidupannya setelah selesai mengikuti pendidikan. (Kang Encep)

Penulis:

Encep Abu Syamil

Twitter: @Cep_Abu

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.