Sukses

Jujun Junaedi: Hidup Mulia karena 'Ridho' Orangtua

Sosok K.H. Dr. Jujun Junaedi dikenal sebagai pedakwah yang lantang saat menyampaikan syariat Islam.

Citizen6, Jakarta Sosok K.H. Dr. Jujun Junaedi dikenal sebagai pedakwah yang lantang saat menyampaikan syariat Islam. Namun keunikannya dalam berdakwah yaitu bisa memadukan antara penyampaian materi agama dengan diselingi berbagai lawakan dan nyanyian khasnya. Sehingga para jamaahnya tak pernah bosan mengikuti berbagai pengajian yang dihadirinya.

Terlahir di Kampung Sangojar, Desa Sindang Galih, Kecamatan Pangatikan, pada 01 Juni 1971, Jujun dilahirkan dari keluarga
yang sangat sederhana. Ia merupakan anak ke delapan dari delapan bersodara.

Ayah Jujun bernama, Pandi Apandi dan ibunya E. Wasfiah. Saat jujun dilahirkan, ayahnya berprofesi sebagai buruh tani dan
menggarap tanah milik orang lain. Maka tak heran jika saat itu, Jujun dibesarkan dalam keadaan perekonomian keluarga yang
pas-pasan. Bahkan bisa dikatakan serba kekurangan.

Namun kegigihan kedua orang tuanya membuat Jujun kecil tumbuh gigih dan kuat. Bahkan sejak usia 5 tahun Jujun telah menjelma sebagai anak yang cerdas. Bahkan, talentanya dalam berceramah sudah terlihat sejak itu. Hal tersebut terbukti panggilan untuk berdakwah sudah berdatangan untuk Jujun kecil. Bahkan di tahun 1997 ia sudah rekaman di salah satu perusahaan rekaman.

"Waktu saya menjadi dai kecil banyak orang yang aneh dan menangis kagum. Maklum saja saat itu Pildacil belum marak seperti sekarang," ujar Jujun saat ditemui usai memberikan ceramah pada perpisahaan di SMPN 1 Cilawu.

Saat ditanya terkait cara dirinya belajar, Jujun mengaku terang-terangan kalau dirinya "baong" saat mengaji di pesantren. Namun menurutnya, baong dalam hal ini aktif dalam berbagai kegiatan. Ia mencontohkan pernah aktif menjadi dalang kecil, ikut pencak silat, Mtq dan ceramah agama. Bahkan dari kegiatannya itu, Jujun mampu menorehkan prestasi hingga ke tingkat Provinsi Jawa Barat.

Pada prinsifnya, dalam belajar itu harus banyak tahu tentang yang sedikit dan sedikit tahun tentang banyak hal. Dalam arti kata, lanjut Jujun, harus mengetahui banyak ilmu dari satu disiplin keilmuan dan mengetahui sedikit saja dari berbagai keilmuan.

Disela-sela perbincangan, Jujun mengatakan jika dirinya pernah menuntut ilmu di SD Sindang Galih, kemudian melanjutkan di Mts. Maarif Sukawening, MA. Koropeak dan perguruan tingginya di IAIN Sunan Gunung Djati yang sekarang berubah menjadi UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Tidak berhenti sampai di situ saja, jujun meneruskan pendidikan S2 dan S3 di UIN Bandung juga.

Jadi saat ini, Jujun telah menyandang gelar doktor.

Belakangan ini, ketenaran Jujun sebagai pedawah kondang semakin mengkilat setelah banyak tampil di beberapa acara televisi nasional. Bahkan undangan untuk berceramah tak hanya datang dari dalam negeri, namun dari negara di Eropa, Afrika, dan Amerika kini mulai berdatangan. Jujun mencontohkan, pada Bulan Agustus 2015 yang akan datang, dirinya diundang untuk menyampaikan ceramah di Amerika dan Australia.

Disinggung terkait sistem pendidikan di Indonesia, Jujun berpesan agar sistem pendidikan ini dikembalikan pada dasarnya yaitu berbasis akhlaq. Namun dirinya cukup mengapresiasi terkait upaya pemerintah yang terus memperbaiki kualitas pendidikan. Namun untuk menjadikan bangsa yang bermartabat, Indonesia harus mengadopsi pendidikan islam yang lebih mengedepankan pendidikan akhlaq.

Selain itu, Jujun berpesan agar semua anak didik diberikan pemahaman akan pentingnya menghormati orang tua. Jujun memiliki keyakinan, jika kesuksesan yang diraihnya saat ini merupakan wujud keberhasilan orangtuanya. Bahkan menurutnya kesholehan kedua orangtuanyalah yang telah menjadikan semua raiahan kesuksesan dirinya saat ini.

"Saya yakin siapa saja orang yang bisa memuliakan orang tua akan menuai kesuksesan. Maka sebaliknya jika hidup tanpa menghormati orang tua kegagalan dunia akhirat penggantinya," tutur ayah tujuh orang anak ini.

Jujun mencontohkan, untuk mencari keridhoan orang tuanya, ia selalu menundukkan kepala dan memohon didoakan setiap akan berangkat sekolah. Bahkan sampai orang tuanya wafat, ia tak berani sekalipun berbicara sambil memandang wajah orang tuanya.

"Jadi saya yakin sukses saya hari ini berkat kesholehan kedua orang tua saya. Meski mereka hidup dalam serba kekurangan namun untuk menyekolahkan anaknya ia tak ragu untuk mengeluarkan biaya," pungkas suami Neli Ismayati ini.

Penulis':

Farhan SN

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.