Sukses

Mengapa Tetap Gowes Saat Berpuasa?

Pertanyaan besarnya mungkin seragam: Apa tidak kecapaian mengolah raga saat perut kosong?

Citizen6, Bandung Ini masih soal jurnal sepeda penulis. Sebuah hobi yang selalu ada hal menariknya, apalagi ketika masuk bulan puasa 1436 Hijriah ini. Sebelum dikupas, pertanyaan besarnya mungkin seragam: Apa tidak kecapaian mengolah raga saat perut kosong?

Jawabannya iya! Tapi masih ada sambungannya….iya kalau dilakukan tidak pada saat yang tepat (dan mungkin jika tidak dilakukan secara rutin). Selama dilakukan di waktu yang pas dan teratur tiap harinya, setidaknya bagi penulis, gowes bulan puasa malah lebih terasa enaknya.

Beberapa hari awal puasa, memang mengayuh pedal sepeda kebanggaan, yakni Evil/Volt, dihentikan dulu sementara. Selain adaptasi waktu dan badan, hari awal Ramadan kerap masih disibukkan dengan aktivitas rutin kebanyakan semacam berburu takjil hingga tarawih bareng.

Namun sepekan terlewat, saatnya mencoba mengayuh. Maka, tanpa ragu, busana khusus bersepeda (atasan ketat dan celana ketat disertai pelindung alat vital) langsung dikenakan. Ini sangat penting, karena busana ini menentukan hasil yang ingin diraih.

Maksudnya, jika kita ingin bersepeda guna membakar aneka lemak, maka busana khusus ini selain cepat mengeluarkan keringat, juga akan menghasilkan bentuk badan sesuai ukuran. Misal lingkar perut, semakin ketat, kemungkinan ukuran perut bisa mendekati.

Atau bagian betis. Jika ingin membentuk betis proporsional nan padat berisi, maka sangat baik menggunakan celana semacam legging ketat ini. Coba saja sepuluh menit saja gowes, busana tersebut akan cepat menstimulan munculnya banyak keringat. Tapi ingat, tak ada hasil instan.

Jangan lupakan juga, terlepas di bulan puasa atau bukan, selalu gunakan helm pelindung. Dengan prilaku di jalan umum masyarakat Indonesia yang belum tertib, ditambah pesepeda adalah kaum minoritas, maka antisipasi resiko harus selalu dilakukan.

Pertanyaan besarnya mungkin seragam: Apa tidak kecapaian mengolah raga saat perut kosong?

Jika memungkinkan pula, kenakan sepatu khusus sepeda. Baik merek lokal maupun impor, sudah banyak sepeda khusus sepeda harga terjangkau. Beda utama terletak pada bobot dan kelengketan sol pada pedal, sehingga kayuhan terasa lebih mantap.

Dan, setelah semua dikenakan, mengayuhlah ke jalanan --setelah nyaris beberapa pekan istirahat. Waktu terbaik? Tentu saja di sore hari, sebutlah dua-satu jam sebelum berbuka. Jadi, sekalipun energi banyak keluar, namun kita tentunya tak lama lagi berbuka.

Rute ideal bersepeda penulis tahun ini adalah lingkungan sekitar Sarijadi, Kota Bandung. Bisa disebut, selemparan satu dua kampung sekitar, misalnya kawasan Setraduta, Gunungbatu, dan Dakota (jika dikonversikan radius 5 km), namun ini cukup.

Sekalipun dekat, ada suasana baru di dalamnya. Jika sebelumnya melewati daerah tadi relatif sama, maka kemeriahan khas ngabuburit jadi kental terasa. Sepanjang jalan, banyak warga yang tetiba berjualan, sekedar nongkrong, hingga jalan-jalan menunggu beduk.

Dan percayalah, bagi banyak pesepada, kenikmatan gowes justru kian terasa ketika detil lingkungan makin terinci dan berbeda-beda suasana. Kala melihat detil namun itu-itu saja sudah enak dirasakan, apalagi nuansa ala puasa menawarkan banyak variasi.

Begitu keringat sudah membasahi seluruh badan, tenggorokan pun terasa kian tersedak, maka waktunya pulang ke rumah sekira 5-10 menit sebelum Adzan Magrib berkumandang. Rasanya nikmat sangat, terlebih masakan istri pun sudah semua siap disantap!

Ketika kemudian mencoba mencari literatur terkait, misal dari para peneliti Intermountain Heart Institute (2014) di Utah, Amerika Serikat, kenikmatan itu bertambah. Betapa tidak, riset tadi menyebutkan, setelah puasa 10-12 jam ada fase baru dalam tubuh.

Yakni tubuh masuk periode pertahanan diri dan mulai menggali sumber energi lain dalam tubuh, salahsatunya LDL, alias kolesterol jahat dalam sel. Jadi, puasa teratur mengurangi risiko diabetes dan jantung koroner plus khasiat olahraga itu sendiri. Nah, masih males berolahraga saat puasa?

Penulis:

Muhammad Sufyan Abd, Dosen Fakultas Komunikasi Bisnis TelU dan pehobi sepeda  

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini