Sukses

6 Jejak Sejarah Ir. Soekarno di Bandung

Untuk mengingat jasa-jasa sang Proklamator, Ir. Soekarno, tidak ada salahnya kita mendatangi peninggalan sejarahnya di Bandung.

Citizen6, Jakarta Agustus merupakan bulan bersejarah bagi Indonesia. Ya, karena di bulan inilah, Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya. Nah, untuk mengingat jasa-jasa sang Proklamator, Ir. Soekarno, tidak ada salahnya kita mendatangi peninggalan sejarahnya di Bandung. Apa dan dimana jejak sejarah yang ditinggalkan Ir. Soekarno di Kota Kembang? Ini dia:

1. Sel Banceuy

Untuk mengingat jasa-jasa sang Proklamator, Ir. Soekarno, tidak ada salahnya kita mendatangi peninggalan sejarahnya di Bandung.

Jejak sejarah pertama adalah Penjara Banceuy di Jalan Banceuy. Penjara Banceuy dibangun oleh pemerintah Belanda pada tahun 1877. Pada 29 Desember 1929, Soekarno serta tiga rekan dari PNI, Maskoen, Soepriadinata, dan Gatot Mangkoepraja ditangkap di Yogyakarta dan kemudian dijebloskan ke penjara Banceuy selama kurang lebih 8 bulan.

Kini sel Penjara Banceuy bekas Soekarno di tahan lebih terawat, setelah pihak Pemkot Bandung merawatnya. Selain bangunan berupa sel, kini kita bisa melihat sisa-sisa perjalanan Soekarno. Di penjara tersebut dihiasi kalimat ungkapan Bung Karno, “Koe Korbankan Dirikoe di Penjara Ini Demi Bangsa dan Negaraku Indonesia”. Replika Bendera Merah-Putih juga tertancap dalam tiang di depan penjara.

Gambar Soekarno dalam ukuran besar untuk mengingat jasanya juga terpampang di dinding bersama ukiran Garuda dan teks Pancasila. Bentuk penjara yang masih utuh seperti saat Bung Karno di tahan Pemerintah Belanda ini juga tetap dengan pintu besi hitam lengkap dengan kuncinya.

Dihadapan ruang penjara terdapat tugu batu dalam satu kotak yang dipagari. Tubu batu tersebut bekas kamar mandi Bung Karno. Di penjara yang dulu bernomor lima dan dipakai Bung Karno pada tahun 1929 hingga 1930 itu juga terdapat satu buah meja memanjang dibalut kain hijau.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 6 halaman

Landraard

2.Gedung Indonesia Menggugat (Landraard)

Tempat peninggalan Bung Karno selanjutnya masih berhubungan dengan penjara Banceuy, yaitu Gedung Indonesia Menggugat. Gedung ini tempat Bung Karno membacakan pledoi atau pembelaan dalam sebuah sidang atas tuduhan pemerintah Belanda yang menggap sudah membahayakan negara.

Bangunan ini berdiri pada 1906, namun masih digunakan sebagai rumah tinggal. Dan sejak 1971 bangunan yang terletak di Jalan Perintis Kemerdekaan tersebut menjadi Gedung Pengadilan Belanda atau Landraad.

Gedung ini akhirnya dinamai Indonesia Menggugat sesuai dengan judul pledoi yang ditulis Bung Karno pada persidangan 18 Agustus hingga 22 Desember 1930. Pledoi yang dibacakan Bung Karno disusun di Penjara Banceuy. Di Gedung Indonesia Menggugat, kita bisa membaca isi pledoi yang dibuat Bung Karno.

3 dari 6 halaman

Rumah Inggit Garnasih

3.Rumah Inggit Garnasih

Jejak sejarah lainnya, Rumah Inggit Garnasih. Rumah ini masih sangat erat kaitannya dengan Penjara Banceuy dan Indonesia Menggugat, karena selama di penjara dan menjalani sidang di Landraad, Inggit Garnasih merupakan pendamping setia Bung Karno. Bahkan di Rumah Inggit Garnasih pula awal Bung Karno harus berada di balik terali besi.

Rumah Inggit Garnasih berada di Jalan Ciateul No.8. Pada November 1997 nama jalan diganti menjadi Inggit Garnasih sebagai wujud penghargaan pada wanita yang pernah mendapat Tanda Penghormatan “Bintang Mahaputera Utama”.

Di rumah ini, Bung Karno bukan hanya sebatas tinggal, tapi juga sebagai tempat awal berdirinya partai politik tertua di Indonesia yaitu Partai Nasional Indonesia. Di dalam rumah bersejarah ini terdapat beberapa memorabilia saat Bung Karno tinggal bersama Inggit Garnasih. Kita juga bisa mendapat informasi lengkap cerita Bung Karno saat pertama datang ke Bandung, sekolah di ITB, menikah dengan Inggit Garnasih hingga menjadi presiden.

4 dari 6 halaman

Sel Bung Karno di Lapas Sukamiskin

4.Sel Bung Karno di Lapas Sukamiskin

Selanjutnya Sel di Lapas Sukamiskin tempat dimana Bung Karno menjalani masa tahanan setelah putusan pengadilan di Gedung Indonesia Menggugat menyatakan bapak prokmalator kita bersalah. Di sel nomor 223 yang terletak di Blok Timur Lantai II tersebut Bung Karno menjalani masa tahanan sejak Desember 1930 hingga Desember 1931. Di dalam sel berukuran 2.5×3.2 meter tersebut masih tersimpan tempat tidur beralaskan besi, sebuah meja tulis, lemari dan kursi kayu, serta tempat cuci tangan yang digaunakan Bung Karno.

Sayangnya tidak ada hasil karya Bung Karno yang dibuat selama menjalani tahanan di Lapas Sukamiskin tersimpan. Namun di tempat inilah akhir cerita panjang Bung Karno menjalani tahanan terkait partai PNI yang dianggap pemerintah Belanda sebagai sebuah pelanggaran.

5 dari 6 halaman

Gedung Merdeka

5.Gedung Merdeka

Jejak sejarah selanjutnya yakni Gedung Merdeka. Di gedung yang hanya berjarak 50 meter dari Alun-alun Bandung ini, pernah digelar Konferensi Asia-Afrika (KAA) pada tahun 1955 di mana Bung Karno sebagao pengagasnya. Setelah digelarnya (KAA), nama Indonesia semakin besar di mata dunia. Apalagi KAA yang menghasilkan Dasasila Bandung merupakan cikal bakal gerakan non-blok. Kini sejarah KAA bisa dilihat di Museum KAA yang berada di sebelah Gedung Merdeka. Di museum KAA, semua perjalanan konferensi terdokumentasikan dengan baik.

Dari Gedung Merdeka dan Museum KAA, akan banyak fakta sejarah yang bisa didapat. Dan yang utama lebih mengenal Bung Karno sebagai Bapak Bangsa yang sangat disegani dunia. Dan KAA sebagai salah satu pemikiran briliannya.

6 dari 6 halaman

Gedung ITB

6. Gedung Institut Teknologi Bandung

Jejak sejarah Bung Karno terakhir gedung Institut Teknologi Bandung (ITB), di Jalan Ganecha, kawasan Ir. H. Juanda (Dago). Setelah melalui sejarah sangat panjang, akhirnya nama ITB diresmikan pada 2 Maret 1959 oleh Bung Karno. Jauh sebelum meresmikan ITB, Soekarno juga merupakan mahasiswa di tempat tersebut saat masih bernama THS (Technische Hoogeschool). Pada tahun 1926 atau ketika berumur 25 tahun, Soekarno berhasil menyelesaikan kuliahnya dan berhak menggunakan gelar Civile Ingeniuer (Insinyur Sipil). Pada 27 Januari 1962, Soekarno dianugerahi gelar doktor oleh almamaternya (ITB).

Penulis:

M Sufyan

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini