Sukses

10 Akses Jalan Menuju Sekolah Paling Berbahaya di Dunia

Tidak hanya di Indonesia, pembangunan yang belum merata juga dirasakan warga terpencil di desa-desa dari berbagai negara.

Citizen6 Jakarta Tidak hanya di Indonesia, pembangunan yang belum merata juga dirasakan warga terpencil di desa-desa dari berbagai negara. Belum meratanya pembangunan infrastruktur tentu menghambat penduduk untuk melakukan aktivitas sehari, tidak terkecuali sekolah.

Akan tetapi dengan alasan tertentu, anak-anak tetap semangat untuk pergi ke sekolah meskipun untuk sampai ke sana, mereka harus menentang bahaya. Berikut 10 akses jalan menuju sekolah paling berbahaya di dunia

1. Sekolah Dasar Banpo di China

Sekolah Dasar Banpo di China (foto: funtimesnews)

Untuk menuju sekolah setiap harinya, 49 anak-anak Sekolah Dasar di sebuah desa di CHina ini harus berjalan di sepanjang jalan gunung yang sempit selama dua jam. Para siswa harus mendaki gunung ditambah menapaki jalanan sempit dengan pinggiran sebuah jurang. Bahkan kepalas sekolah bernama, Xu Liangfan harus menyertai anak-anak dalam perjalanan berbahaya ini ke sekolah setiap pagi.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 10 halaman

2. Sekolah di Padang, Indonesia

Sekolah di Padang, Indonesia (foto: funtimesnews)

Untuk mencapai sekolah, di salah satu sekolah di Padang , banyak siswa yang harus menyeberangi jembatan yang runtuh. Mereka memanjat kawat bekas reruntuhan dan berpegangan pada kawat yang menjuntai. Dengan ketinggian tiga puluh kaki dari di atas sungai ang mengalir. Tidak hanya itu, mereka harus berjalan lebih dari tujuh kilo meter yang salah satu rutenya menembus hutan tropis.

3 dari 10 halaman

3. Sekolah Zhang Jiawan di China Selatan

Sekolah Zhang Jiawan di  China Selatan (foto: funtimesnews)

Sekolah di Desa Zhang Jiawan, China bagian selatan memaksa beberapa bocah didik mereka untuk naik turun tangga yang sangat tinggi. Tangga itu menjadi hambatan tersendiri karena kondisinya yang berlumut dan licin.

4 dari 10 halaman

4. Sekolah Plempungan di Indonesia

Sekolah Plempungan di Indonesia (foto: funtimesnews)

Tidak diketahui sejak kapan, anak-anak  menggunakan saluran air ini sebagai sarana untuk mencapai sekolah mereka. Saluran air itu memisahkan Desa Suro dan Plempungan. Saluran air ini tidak pernah dimaksudkan untuk akses jalan menuju sekolah. Hanya saja jika melewati saluran air ini, rutenya menjadi singkat. Meskipun itu bahaya, nyatanya siswa lebih memilih untuk mengambil risiko melintasi saluran air daripada memutari jalan utama yang jauh sepanjang enam kilometer.

5 dari 10 halaman

5. Sekolah di Desa Sanghiang Tanjung, Indonesia

Sekolah di Desa Sanghiang Tanjung, Indonesia (foto: funtimesnews)

Jembatan yang berada di atas Sungai Ciberang ini hancur karena badai parah. Jembatan yang rusak ini tetap digunakan sebagai akses jalan menuju sekolahnya. Setelah cerita tentang perjuangan anak-anak ini mneyebar ke media sosial sebuah perusahaan baja di Indonesia menawarkan membangun jembatan baru untuk penduduk.

6 dari 10 halaman

6. Sekolah Remote di Colombia

Sekolah Remote di Colombia (foto: funtimesnews)

Satu-satunya cara untuk anak-anak agar sampai ke sekolah di daerah terpencil dari hutan hujan Columbian adalah melalui kabel baja. Anak-anak harus meluncur dan bergelantungan pada kabel sepanjang 800 meter dengan kecepatan hingga 50 meter per jam mirip wahana bermain flying fox.

7 dari 10 halaman

7. Sekolah Dujiangyan di China

Sekolah Dujiangyan di China (foto: funtimesnews)

Jembatan kayu ini rusak selama badai. Namun jembatan itu menjadi satu-satunya jembatan untuk menjangkau sekolah. Anak-anak tidak punya pilihan lain dan harus menyeberang. Tapi jembatan ini menjadi lebih berbahaya selama musim dingin, sebab salju akan membuat jalan menjadi sangat licin.

8 dari 10 halaman

8. Sekolah di Pili, China

Sekolah di Pili, China (foto: funtimesnews)

80 Anak-anak yang belajar di sekolah asrama Pili harus berjuang keras. Para siswa harus berjalan 125 mil dari rumah di atas pegunungan berbahaya, dengan hanya bantuan rantai jembatan dan jembatan papan tunggal mereka harus menapaki jurang. Mereka juga harus menyeberang melalui empat sungai beku. Tak heran jika perjalanan pulang sekolah memakan waktu dua hari.

9 dari 10 halaman

9. Sekolah di Decun, China

Sekolah di Decun, China (foto: funtimesnews)

Anak-anak yang ingin sampai ke sekolah di desa Decun harus menyeberangi jurang yang dalam dengan menumpang besi reyot yang dijadikan alat angkut buatan sendiri .Alat angkut itu tidak memiliki pengaman untuk anak-anak tetapi mereka lebih memilih untuk mengambil perjalanan berbahaya, ketimbang harus berjalan lima kilometer dengan berjalan kaki.

10 dari 10 halaman

10. Sekolah di wilayah konflik di Timur Tengah

Sekolah di wilayah konflik di Timur Tengah (foto: funtimesnews)

Di daerah konflik tentu juga dapat dikatakan betapa berbahayanya jalanan untuk dilewati  anak-anak yang ingin sekolah. Misalnya di Palestina, seorang fotografer ternama pernah mengabadikan gambar seorang bocah perempuan nekat berangkat sekolah meskipun bentrokan antara pasukan Israel dan Palestina sedang bergejolak. Foto itu sempat menyedot perhatian dunia dan membuat kedua belah pihak mengendurkan ketegangan. (War)

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini


**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini