Sukses

`Geng Pegasus`, Mencoba Eksis dengan Cara Unik

Di perempatan jalan, saat orang-orang berhenti karena lampu lalu lintas memerah, segerombolan anak muda tiba-tiba mencuri perhatian.

Citizen6 Jakarta Tenar adalah obsesi banyak orang.  Di era ini untuk menjadi seseorang yang tenar sebenarnya cukup mudah, karena ada banyak fasilitas pendukung. Beberapa tools yang dipakai adalah media sosial. Masalahnya adalah terkenal sebagai apa?

Dengan munculnya sosial media, bermunculan tokoh-tokoh tiba-tiba. Beberapa aktor seperti Raditya Dika awalnya adalah seorang blogger. Blognya populer lalu diterbitkan menjadi buku. Bukunya best seller, langsung di filmkan. Filmnya laku keras, Radityadika kini menjadi sutradara film.

Ada banyak tokoh tenar lain yang muncul karena media sosial. Sebut saja Ariev Rahman yang populer sebagai seleblogger traveling. Ada nama-nama lain di bidang kecantikan dan kesehatan, keuangan dan lainnya.

Rupanya sekelompok anak muda ini juga ingin tenar seperti mereka. Caranya cukup unik.  Mereka membuat aksi yang membuat orang mengernyitkan dahi.

Pada sebuah siang yang amat terik, panas sinar Matahari, terasa mencubit lembar-lembar kulit siapa saja yang langsung terkena paparan sinarnya. Tak terkecuali, para pengguna jalan.

Di perempatan, saat orang-orang berhenti karena lampu lalu lintas memerah, segerombolan anak muda tiba-tiba mencuri perhatian. Membikin riuh di antara orang-orang yang sibuk melap peluh akibat gerahnya cuaca Jakarta. Jumlahnya ada enam, belum termasuk satu orang yang sibuk memotret pakai kamera ponsel HP, dan  semuanya laki-laki.

Keenam orang itu, nampak bahagia sekali. Mereka menggunakan kostum aneh. Bertelanjang dada, bertopi, bercelana kolor, bersepatu, bahkan ada yang membawa payung, gayung, dan panci, juga kantong kresek yang dijadikan pengganti kolor. Pakaian-pakaian yang tidak lazim dikenakan, apalagi pada kondisi cuaca seterik itu.

Apa yang sedang mereka lakukan?

Reaksi orang-orang yang umumnya berharap lampu segera menghijau, cukup beragam. Ada yang melipat dahi karena dijatuhi tanda tanya besar, ada pula yang tertawa sekenanya, ada yang abai, ada pula yang menyangka segerombolan pemuda itu sedang mengamen. Tapi mereka tidak menyanyi. Mereka cuma ha-ha-hi-hi dan berlagak ala banci. Juga tidak begitu menghiraukan pengguna jalan yang mau tak mau, dipaksa menonton aksinya.

Kira-kira tak sampai satu menit, gerombolan itu membubarkan diri. Seperti dugaan di awal tadi, mereka tidak sedang ngamen, tidak sedang menggalar aksi charity, atau gerakan-gerakan peduli bencana, sama sekali tidak. Sebab tak satu pun dari mereka yang menengadah meminta imbalan ke pengguna jalan.

Rupanya, aksi semacam itu sudah cukup marak di Indonesia. Tidak hanya di Ibu Kota. Di Sumatera, di Kalimantan, dan sejumlah kota-kota besar di Indonesia juga ada.

Berdasarkan penelusuran Citizen6, pencarian informasi atas fenomena-fenomena aneh tersebut mengerucut pada satu nama. Ternyata telah lahir sebuah perkumpulan di Indonesia dengan nama Geng Pegasus. Sebuah perkumpulan yang mewadahi muda-mudi Indonesia berani melakukan aksi gila yang kemudian di posting ke social media.

Apa saja aksi-aksi itu?

Lewat akun Instagaramnya @pegasusgeng, foto-foto dengan kostum aneh di ruang publik, berjubel jumlahnya, namun dengan satu rasa, lucu cenderung konyol. Mereka dengan bangga mendeklarasikan apa yang mereka lakukan sebagai tren pemuda Indonesia.

Berminat? Jangan khawatir, untuk bergabung dengan Geng Pegasus ini ternyata sangat mudah. Tidak perlu mengeluarkan uang hanya perlu memposting foto-foto konyol di ruang publik dengan gaya dan kostum yang mereka sebut unik.

Ratusan foto yang diunggah pun rata-rata berkonsep sama uniknya. Ada yang berpose dengan pasangannya lalu bertukar kostum, antara laki-laki dan perempuan hingga mengenakan busana-busana aneh yang hanya menutupi organ vital saja. Dan mereka tampak  sangat bahagia.

Lalu Bagaimana Reaksi Masyarakat Indonesia?

Sejauh ini, satu-satunya reaksi paling serius dilakukan oleh gerakan sejumlah orang-orang yang miris di Samarinda. Atas nama akun Hallo Samarinda, seseorang telah membuat petisi untuk menolak keberadaan perkumpulan ini. Petisi yang telah dibuat di change.org, kini sudah ditandatangani sebanyak 921 pendukung. Butuh 79 lagi untuk mencapai target 1000. Di petisi yang ditujukan pada Walikota Samarinda, juga mengantongi banyak komentar miring terkait adanya Geng Pegasus.

Komentar dari Tyas Meliana, misalnya. Ia menilai apa yang dilakukan Geng Pegasus amat sangat tidak mendidik "Lebih baik punguti sampah daripada jadi sampah," tambah Hardy Dewangga yang diperuntukkan Geng Pegasus, serta masih banyak lagi komentar lain bernada miris dan sinis.

Netizen Indonesia Pernah Mengecam Sebelumnya

Sebenarnya usaha pengguna internet untuk merespons kegiatan itu sudah cukup masif. Di setiap ada even foto Geng Pegasus di-posting, ada saja netizen yang mencela, me-repost, hingga menjadi ajang bully. Namun, Geng Pegasus juga punya pembelaan sendiri, selama tidak merugikan orang lain, itu sah-sah saja dilakukan.  (war)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.