Sukses

Miris, Suku Terpencil Ini Gunakan Air Kencing Sapi untuk Mandi

Suku Mundari menggunakan air kencing sapi yang mereka ternakan sendiri untuk mandi. Apa tujuannya?

Citizen6, Jakarta - Fajar baru saja merekah di perkampungan Suku Mundari. Seorang pria muda bersiap memulai rutinitas sehari-harinya. Ia berjalan ke dekat kandang sapi. Dengan santainya ia membiarkan sapi mengencingi kepalanya.

Apa yang ia lakukan bukanlah sesuatu yang aneh bagi Suku Mundari. Nyatanya, menyiram kepala dan tubuh dengan urin sapi adalah salah satu cara mereka mencegah infeksi kulit serta membiarkan rambut mereka rusak.

Tak sampai di situ, mereka juga menghisap susu segar langsung dari puting sapi. Suku Mundari juga mengolesi abu berwarna cokelat muda di tubuh mereka. Abu yang terbuat dari sisa pembakaran kotoran sapi ini fungsinya sebagai antiseptik dan melindungi dari gigitan nyamuk.

Kehidupan suku kecil Mundari di Sudan selatan memang berputar tak jauh dari sapi. Tak heran, sapi bagi Suku Mundari adalah hewan yang begitu berharga. Sapi menunjukkan status, kekayaan, juga sebagai mahar.

dailymail 

Potret kehidupan sehari-hari Suku Mundari itu ditangkap oleh fotografer Tariq Zaidi. Menurut Zaidi, saking pentingnya, Suku Mundi akan melindungi sapi mereka dengan nyawa miliki. Malahan, senapan digunakan untuk menembak pencuri sapi.

"Hewan ini diperlakukan seperti anggota keluarga. Bagi mereka, sapi sudah seperti anjing yang begitu disayang," ujar Tariq seperti dilansir dari Daily Mail, Senin (16/05/2016).

"Sapi akan tidur bersama anggota keluarga, menaburi abu pencegah gigitan nyamuk di tubuh sapi, sampai memastikan sapi-sapi itu mendapat tanah yang lembut dan bersih untuk beristirahat," tambah Tariq.

dailymail 

Tariq telah menghabiskan 10 tahun terakhir untuk memotret suku-suku di lebih dari 30 negara Afrika. Bagi Tariq, Sudan selatan merupakan negara yang paling tidak stabil.

Setiap tahun, sekitar 350.000 sapi dan lembu dicuri. Sementara lebih dari 2.500 orang tewas akibat berebut ternak. Setidaknya 50.000 orang diperkirakan tewas sejak konflik dimulai di negara tersebut pada akhir tahun 2013.

Konflik itu menyebabkan Suku Mundari hidup secara nomaden, serta menggiring ternak mereka ke manapun. Mereka tidak berani ke kota dan memilih hidup di semak-semak.

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini