Sukses

Kisah Haru, Kakek Sebatang Kara Pengrajin Batu Bata

Ada 10 orang yang disantuni oleh Rumah Yatim.

Liputan6.com, Jakarta Program Santunan biaya hidup untuk dhuafa di gelar di Banjarmasin-Banjar Baru. Ada 10 orang yang disantuni oleh Rumah Yatim. Mereka semua adalah rekomendasi dari masyarakat sekitar yang menurut keterangan warga mereka adalah warga-warga yang kurang tersentuh bantuan oleh pemerintah.

Kali ini kami bekerjasama dengan warga sekitar, agar santunan jadi lebih tepat saasaran. Ujar Deni Rustandi kepala cabang Rumah Yatim Kalimantan Selatan.

Salah satu penerima itu adalah seorang Kakek bernama Masan (50) yang tinggal di Guntung Paring Kecamatan Landasan Ulin-Banjar Baru. Dia hidup bersama anaknya namun seolah-olah dia hidup sebatangkara karena antara biliknya dan rumah anaknya ada pembatas rumah yang menjadikan dia hidup seorang diri dengan keterbatasan karena penyakit stroke yang dideritanya.

Dibilik sepetak itu ada tempat tidur dan kamar mandi yang sangat sederhana cukup untuk memenuhi hajat hidupnya saja. Sehari-hari anaknya membantu dia hidup dengan penghasilan yang tak seberapa dari kerja yang serabutan (dulu sebagai pengrajin bata merah).

Ketidakberdayaan si kakek membuat iba para tetangga sehingga terkadang mereka pun memberikan keperluan yang dibutuhkan oleh kakek yang tak lagi mampu memegang amplop yang berisi uang RP. 200.000 dari Rumah Yatim ini.

Selain Massan Deni dan tim pun bertemu dengan Kaman (56) seorang pria malang yang dulunya memiliki pekerjaan tetap sebagai seorang pengrajin bata merah yang dengan usahanya dia bisa menghidupi keluarganya, hingga mampu membeli tanah yang kini dia tempati. Namun Tuhan berkehendak lain kepadanya, ujian demi ujian menimpanya sampai dia harus berada dititik terendah kehidupanya.

Bisnisnya gulung tikar karena kini tak ada lagi pesanan, karena warga lebih memilih bata ringan yang di kirim dari pulau Jawa. Tanah dan rumahnya pun kini hilang karena ternyata tanah yang dia bangun rumah menjadi sengketa. Kini di usia tuanya dia hidup bersama istri dan anaknya. 

Mereka adalah salah satu contoh masyarakat yang terpinggirkan karena majunya peradaban dan pembangunan. Majunya pembanguna rupanya tak membuat mereka semakin maju bahkan semakin tersingkirkan dan tergilas, tak ada lagi pekerjaan karena kini tak ada lagi bata merah yang mereka produksi.

Selain mereka berdua, 8 penerima santunan pun kebanyakan berprofesi sebagai pengrajin bata merah yang kini harus bekerja serabutan untuk menghidupi keluarganya. Untuk itu Rumah Yatim melalui tangan Deni memberikan santunan biaya hidup untuk mereka dan keluarga.

Pengirim:

Sinta Guslia

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini