Sukses

5 Tradisi Bulan Syawal di Indonesia yang Fenomenal

Biasanya, setelah Ramadan atau beberapa hari setelah Lebaran sejumlah daerah di Indonesia mengadakan tradisi bulan Syawal.

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai negara kepulauan yang memiliki banyak suku, etnis, dan kepercayaan, tak heran kalau Indonesia punya beragam tradisi yang unik. Acara budaya ini masih bertahan sejak dulu hingga sekarang lho. Kegiatan satu ini juga bisa jadi cara untuk menarik kunjungan traveler asing ke Indonesia.

Acara budaya Nusantara yang akan diselenggarakan dalam waktu dekat ini adalah tradisi bulan Syawal. Biasanya, setelah Ramadan atau beberapa hari setelah Lebaran sejumlah daerah di Indonesia mengadakan kegiatan tersebut.

Kamu yang masih punya jatah libur Idul Fitri, sempatkan waktu yuk untuk traveling dan menyaksikan tradisi bulan Syawal di Indonesia berikut ini.

1. Sesaji Rewanda, Semarang

Ritual Sesaji Rewanda ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur atas rezeki yang diberikan Allah SWT serta mengenang napak tilas perjuangan Sunan Kalijaga untuk membangun Masjid Demak. Tradisi bulan Syawal di Indonesia ini biasanya diadakan pada hari ketiga setelah Idul Fitri.

Warga akan membawa gunungan yang berisi sego kethek (nasi monyet), buah-buahan, hasil bumi, lepet, dan ketupat dari kampung Kandri ke Goa Kreo. Replika kayu jati tiang Masjid Demak juga akan diarak dalam acara ini. Ratusan penari dan pemusik tradisional pun akan memeriahkan acara ini.

Gunungan hasil Bumi akan diberikan pada kera ekor panjang yang menghuni Goa Kreo. Sementara sisanya akan jadi rebutan para peserta upacara ini. Inilah yang jadi daya tarik utama acara ini.

2. Njimbungan, Klaten

Tradisi bulan Syawal di Indonesia berikutnya ada di daerah Klaten. Para warga lebih mengenal acara ini sebagai acara Njimbungan.

Kegiatan yang dilakukan saat Njimbungan berlangsung adalah arak-arakan gunungan ketupat dan hasil Bumi di Bukit Sidogora, Krakitan Bayat, Klaten. Nantinya gunungan ketupat dan hasil Bumi ini akan dibagikan ke seluruh peserta yang mengikuti acara ini.

Walaupun terlihat ricuh saat prosesi pembagian ini, sebenarnya ritual ini tetap berlangsung dengan aman. Tradisi ini peninggalan Keraton Surakarta yang digelar enam hari setelah Lebaran.

Selengkapnya bisa kamu baca di sini.

(ul)

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini