Sukses

Bukan Mitos, Ini Khasiat Jampi Asli dari Yogyakarta

Tradisi cekok atau minum jamu di warung Jampi Asli, Yogyakarta, telah dimulai sejak tahun 1875 silam.

Liputan6.com, Jakarta - Minum jamu sudah menjadi kebiasaan yang membudaya di masyarakat Indonesia, khususnya etnis Jawa. Bukan hanya bagi orang dewasa, tapi juga bagi anak-anak. Seperti jamu Jampi Asli yang bisa meningkatkan selera makan anak.

Berlokasi di Jalan Brigjen Katamso, Yogyakarta, warung jamu Jampi Asli telah bertahan ratusan tahun. Di warung kecil dengan lebar hanya dua meter itu, puluhan orang datang membawa anaknya untuk minum jamu setiap pagi dan sore hari.

Pengelola Jampi Asli, Joni Wijanarko (52), mengaku banyak orangtua yang memercayakan tradisi meminumkan atau cekok jamu ini agar si anak mau makan banyak. Ramuan jamu cekok Jampi Asli dipertahankan sejak generasi pertama, yaitu kakek KRT Kerto Wiryo Raharjo. Dia-lah yang pertama kali meracik jamu tersebut. Racikan ini turun-temurun hingga ke generasi keempat, yakni ayah Joni yang bernama Zaelali.

"Ke sini karena keluh-kesah anaknya karena anaknya tidak mau makan. Ya tertua cerita bapak simbah tahun 1875 di sini, lalu buatnya di belakang. Pertama KRT Kerto, (kemudian) anaknya Karso Wijoyo, Abdul Rosyid, Zaelali, dan terahir saya ini," ujar Joni, Sabtu, 2 September 2017.

Joni mengatakan, pembuatan jamu dari leluhurnya yang berusia ratusan tahun ini berawal dari keprihatinan banyaknya anak kecil yang susah makan. Akhirnya, leluhur Joni mulai meracik jamu cekok ini. Ramuan jamu yang istimewa menjadikan warga percaya dengan khasiatnya.

"Kebetulan banyak peminatnya dari generasi dulunya dicekok di sini. Lalu dari mulut ke mulut, alhamdulillah (setelah) datang ke sini makannya banyak," sebut Joni.

Pelanggan Jampi Asli pun bukan hanya warga Kota Yogyakarta, tetapi juga warga dari luar kota. Mulai dari Jawa Tengah hingga Jakarta. Bahkan, beberapa warga sengaja menelepon untuk menanyakan lokasi warung Jampi Asli, sebab jamu hanya diminum di lokasi dan tidak bisa dibawa pulang.

"Tidak ada yang bisa dibawa pulang. Hari ini buat ya habis. Kalau tidak habis ya sama karyawan, siapa yang mau bawa," ujar dia.

Joni menambahkan, setiap harinya lebih dari 50 anak datang ke warung jamunya. Hal ini menunjukkan kepercayaan masyarakat terhadap jamu masih cukup tinggi. Sebelum jam 06.00 WIB, sudah terlihat antrean warga yang menunggu di luar.

"Antusiasme minum jamu masih ada, mungkin ya mantepnya juga setelah datang ke sini terus (anaknya) makan banyak," jelas dia.

Penulis

Yanuar H

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini.

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6.

Saksikan Video Menarik di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.