Sukses

Miris, Warga Desa Ini Makan Ubi Beracun Demi Atasi Lapar

Gagal panen karena musim kering berkepanjangan di Sumba Tengah membuat sebagian warga terpaksa memakan ubi beracun.

Liputan6.com, Jakarta Kekeringan yang melanda sebagian wilayah Indonesia sudah berlangsung cukup lama. Seperti di Desa Tana Mbanas, Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kekeringan akibat kemarau panjang membuat warga desa itu merana dan kelaparan.

Tidak ada lagi persediaan beras yang disimpan di dapur rumah-rumah warga. Sementara, jagung yang mereka tanam juga mengalami gagal panen akibat kemarau panjang.

Alhasil, warga terpaksa mengonsumsi ubi beracun yang mereka cari di lereng-lereng perbukitan.

"Jadi masyarakat terpaksa mencari ubi untuk dimakan karena sudah tidak ada lagi makanan," ucap Dena Kondaratu selaku Ketua RW 06, Dusun Waipanjelu, kepada Liputan6.com, Selasa, 12 September 2017.

Hamba Manganatauma, warga Dusun Waipanjelu mengatakan, terpaksa ikut bersama kelompok warga untuk menggali ubi karena tidak ada lagi cadangan makanan di rumahnya.

Menurut lelaki berusia 76 tahun itu, ubi yang didapat langsung diiris dan dijemur. Keesokan harinya, ubi dibawa ke anak sungai Langga Liru yang jaraknya sekitar 14 kilometer untuk direndam selama sehari. Itu dilakukan untuk menghilangkan zat racun yang dikandung ubi.

Setelah direndam, ubi beracun dijemur hingga kering sebelum akhirnya dikonsumsi. "Prosesnya cukup panjang mulai dari mencari, mengiris tipis-tipis, dijemur, kemudian direndam untuk menghilangkan racunnya, dan dijemur lagi untuk layak dimakan membutuhkan waktu 5-7 hari," kata Hamba.

Ia meminta perhatian Pemerintah Kabupaten Sumba Tengah untuk membantu warga yang mengalami rawan pangan akibat kemarau panjang dengan membagi beras cadangan pemerintah.

Penulis:

Ola Keda

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

Saksikan video menarik berikut ini:

 

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.