Sukses

7 Tahun Menunggu Mati, Pria Ini Ternyata Salah Diagnosis

Ia masih menunggu kematiannya hingga 7 tahun, ketika tes lain menunjukkan bahwa ia tidak terinfeksi HIV.

Liputan6.com, Beijing - Pada tahun 2008, Zhong Xiaowei didiagnosis HIV. Percaya bahwa hidupnya telah berakhir, pria ini pun hanya menunggu mati. Ia masih menunggu kematiannya hingga 7 tahun ketika tes lain menunjukkan bahwa ia tidak terinfeksi virus tersebut.

Lalu bagaimana kesalahan diagnosis HIV itu bisa terjadi? Zhong yang memiliki restoran sempat menjadi pencandu narkoba. Ini terjadi karena keluarganya yang berantakan dan berujung dengan pemakaian heroin dengan cara disuntik. Ia kemudian berencana menikahi pacarnya yang juga pencandu narkoba.

Sebelum menikah, keduanya sepakat bahwa mereka berdua perlu menjalani pemeriksaan kesehatan. Dari hasil tes, sampel darah Zhong diketahui positif terinfeksi HIV. Pria itu mengaku menerima kabar tersebut tanpa banyak tanya, ia memercayai itu merupakan konsekuensi dari bertahun-tahun menyuntikkan heroin ke tubuhnya sebelum akhirnya berhenti.

Setelah menerima kabar itu, kekasih Zhong meninggalkannya. Kerabat pria itu juga memutuskan hubungan dengan Zhong karena takut tertular. Tapi Zhong tidak bersedih, ia menghadapi semua fakta tersebut dengan tenang.

"Meski keluarga saya memperlakukan saya seperti itu, itu tidak mempengaruhi saya. Saya hanya menunggu untuk mati," katanya seperti dilansir dari Shanghaiist.

Walaupun menghadapi diagnosis HIV itu dengan tenang, Zhong tetap merasakan ketakutan mati perlahan karena penyakit tersebut. Setiap malam, ia tak pernah berani tidur di tempat tidurnya sendiri. Ia hanya berbaring di sofa setiap malam selama 7 tahun. Ia pernah memikirkan bunuh diri, tapi ia tak mengambil risiko itu karena tak tega dengan ibunya yang hidup sendiri.

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Salah diagnosis

Selama bertahun-tahun, ia hidup dengan tunjangan kesehatan dari pemerintah yang kecil. Untuk mendapatkan uang saku itu, ia harus melaporkan tiap tahun jumlah CD4-nya. Hingga suatu waktu, saat menunggu tes CD4-nya pada tahun 2015, ia membaca beberapa materi tentang HIV dan menemukan bahwa ia tak menunjukkan gejala yang sama dengan orang-orang yang telah terinfeksi virus itu.

Bingung dengan apa yang ditemukannya, ia pun pergi ke Rumah Sakit Huaxi Universitas Sichuan pada hari Natal untuk tes darah. Hasilnya negatif. Bulan berikutnya, ia dipastikan bebas dari HIV.

Sama bingungnya, petugas tempat ia tes darah pertama kali pun menguji ulang sampel darah Zhong dari tahun 2008 dan menemukan bahwa hasilnya positif. Karena tidak mungkin pria itu tiba-tiba menjadi bebas dari HIV, satu-satunya penjelasan adalah sampel darah pada tahun 2008 bukan berasal dari Zhong. Karena yang mengambil darah dan mengujinya adalah petugas, Zhong menuduh petugas tempat ia melakukan tes pada tahun 2008 mencampur sampel darah dan menghancurkan hidupnya.

3 dari 3 halaman

Pernah terjadi kasus yang sama

Awal bulan ini, pria itu mengaku pada The Paper, dirinya berencana menuntut tempat tes darah di Chengdu dan Sinchuan yang menjadi tempat ia tes darah pada tahun 2008 dan memberinya diagnosis HIV. Ia menuntut permintaan maaf dan kompensasi dari kedua organisasi kesehatan atas semua kerugian yang ia alami.

Tampaknya tes CD4 tersebut telah lama melakukan kesalahan, tapi tidak mau menindaklanjuti hal tersebut. Zhong mengklaim kalau ia telah melaporkan tes darahnya tiap tahun, tapi tak ada catatan aktual tentang tes yang ia lakukan. Menurut Zhong, tiap kali ia datang, dokter selalu berkilah tak dapat mengambil tes darah dari tangannya karena penyalahgunaan heroin pada masa mudanya dulu. Zhong selalu melaporkan hal itu ke salah satu staf, tapi entah bagaimana hasil tes Zhong keluar setelahnya.

Sementara itu, sebuah cerita yang sama juga terjadi pada seorang pria di Henan yang diklaim terinfeksi HIV selama 8 tahun terakhir. Pada akhirnya, diketahui bahwa ia tidak terinfeksi, melainkan darahnya tercampur dengan sampel darah lain.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.