Sukses

Bukan Batu Bata, Rumah di Negara Ini Pakai Terumbu Karang

Bayangkan berapa banyak terumbu karang yang dibutuhkan untuk membuat sebuah rumah, apalagi rumah di seluruh pulau.

Liputan6.com, Jakarta Maladewa terkenal dengan pantai indah, pasir putih, ikan dan mahkluk laut lainnya, pohon kelapa, dan terumbu karang. 

Memang hanya itulah kekayaan alam yang dimilikinya. Bentang alam Maladewa terdiri dari pulau-pulau atol kecil yang dikelilingi lautan, membuat warga bergantung pada impor untuk memenuhi kebutuhan yang tak bisa diproduksi sendiri.

Jika bicara tentang Maladewa biasanya yang terbayang adalah resort mewah dan bungalow di pantai yang biru. Tapi itu hanyalah sisi turisme dari Maladewa. Maladewa dibagi menjadi dua, yaitu pulau resort, dan pulau tempat tinggal penduduk. (Selain itu juga ada banyak sekali pulau kosong). Sisi Maladewa yang jarang dilihat adalah rumah-rumah milik warga biasa yang tidak terletak di daerah resort.

Di pulau-pulau atol kecil yang dikelilingi laut itu mereka pun membangun rumah dengan memanfaatkan bahan yang ada di sekitarnya. Mereka pun membuat rumah dari potongan terumbu karang. Terumbu karang (terutama jenis porites), ditambang dari laut dan digunakan seperti batu bata. Karena semen mahal dan sulit didapat, perekatnya juga terbuat dari terumbu karang yang dibakar. 

Bayangkan berapa banyak terumbu karang yang dibutuhkan untuk membuat sebuah rumah, apalagi rumah di seluruh pulau. Tak hanya rumah, pagar rumah juga terbuat dari terumbu karang.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Menambang terumbu karang

Menambang terumbu bukan hal yang mudah. Penambang butuh kapal kayu untuk pergi ke house reef, kemudian karang dipukul-pukul dengan besi hingga pecah dan bisa dibawa ke daratan. Terumbu yang sudah ditambang itu kemudian dijemur dulu hingga kering sebelum dipakai menjadi bahan bangunan.

Penambangan selama puluhan tahun ini merusak alam bawah laut Maladewa. Untungnya, pada tahun 90-an penambangan coral ini sudah dilarang. Mereka harus menjaga terumbu karang tetap indah karena perekonomian mereka tergantung pada industri turisme. Meski demikian, rumah-rumah lama yang memakai bahan ini masih bisa dilihat di seantero negeri.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.