Sukses

Ini Alasan Kenapa Menguap Itu Bisa Menular

Ternyata menguap itu bisa jadi tanda menular dari orang lain. Kok bisa?

Liputan6.com, Jakarta - Menguap saat mengantuk memang menjadi hal yang biasa terjadi pada setiap orang. Tapi, pernahkah kamu mendengar bahwa menguap bisa menular kepada orang lain.

Jika kamu sedang bersama seseorang dan melihat mereka menguap, sepertinya terasa aneh kalau kamu tak ikut menguap juga. Apa yang dapat menyababkan hal itu terjadi?

Melansir Shared, Minggu (4/2/2018), untuk membuktikan hal ini, sejumlah psikolog di Universitas Leeds, Inggris mengundang 40 mahasiswa psikologi dan 40 mahasiswa teknik dalam penelitian mereka.

Setiap siswa diminta masuk secara individu ke sebuah ruangan. Dalam ruangan tersebut terdapat seorang asisten yang menyamar, bertugas untuk sengaja menguap sebanyak 10 kali.

Setelah keluar, para siswa diberikan tes emosional oleh para psikolog. Para mahasiswa ditunjukan 40 gambar mata dan ditanyakan apa emosi yang mereka rasakan terhadap gambar yang ditunjukan.

Mahasiswa psikologi diketahui menguap dengan rata-rata 5,5 kali di ruang tunggu dan mencetak skor 28 dari 40 tes emosional. Sedangkan, mahasiswa teknik menguap 1,5 kali dan mendapatkan nilai 25,5 dalam tes.

Kesimpulan dalam tes ini punya kaitan erat dengan empati seseorang. Mahasiswa psikologi punya tuntutan yang mengharuskan mereka punya empati tinggi kepada seseorang. Sehingga mereka cenderung fokus untuk melihat sikap alami dari seseorang termasuk menguap.

Meski angka tersebut jauh dengan mahasiswa psikologi, peneliti melihat jumlah angka dalam mahasiswa teknik termasuk signifikan dan dapat mendukung teori mereka.

Perbedaan tersebut terjadi karena mahasiswa teknik cenderung fokus terhadap angka atau perhitungan. Jadi, kedua mahasiswa tersebut sengaja dipilih karena latar belakang yang berbeda.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Bisa dikaitkan dengan psikopat

Teori menguapnya seseorang juga didukung oleh para ahli neurologi. Mereka menemukan bahwa menularnya fenomena menguap dikaitkan dengan adanya hubungan empati dalam bagian otak. Hal itu mereka temukan melalui scan otak.

Empati sendiri merupakan kemampuan untuk memahami dan terhubung dengan keadaan emosional orang lain. Walaupun terdengar aneh, tetapi penelitian ini mampu menunjukan bahwa fenomena menularnya menguap dilatarbelakangi karena empati seseorang.

Karena punya kaitan erat dengan empati, menguap juga bisa menjadi faktor untuk mengidentifikasi psikopat atau tidaknya seseorang. Walaupun masih perlu banyak faktor pertimbangan serta penelitian lebih lanjut dan mendalam tentang hal ini. Tapi, daya pikir psikopat berbeda dengan kebanyakan orang yang mempunyai empati.

Empati yang membuat banyak orang ikut tertular menguap bisa tak akan terpengaruh kepada orang-orang psikopat. Hal ini disebabkan karena empati yang mereka alami atau mereka rasakan punya cara yang berbeda ataupun lain dari kebanyakan orang.

Meskipun begitu, faktor menguap ini tak bisa menjadi indikasi yang kuat bahwa orang yang tak ikut meguap seperti kebanyakan orang langsung dituduh sebagai psikopat.

Akan tetapi, ada satu hal yang pasti dari fenomena menularnya menguap, bisa menandakanmu sebagai orang yang mempunyai empati yang tinggi.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.