Sukses

Ilmuwan Temukan Fosil Laba-Laba dengan Ekor seperti Kalajengking

Ilmuwan dari Universitas Kansas berhasil menemukan fosil laba-laba berusia 100 juta tahun dengan ekor seperti kalajengking.

Liputan6.com, Jakarta - Ilmuwan dari Universitas Kansas berhasil menemukan fosil laba-laba berusia 100 juta tahun dengan ekor seperti kalajengking. Laba-laba primitif itu ditemukan dalam sepotong batu amber dan diyakini hidup pada periode waktu yang sama dengan dinosaurus di hutan hujan Myanmar.

Menurut laporan Metro, spesies baru laba-laba itu diberi nama Chimerarachne. Namanya merujuk dari Chimera, monter dari mitologi Yunani yang memiliki bagian tubuh dari beberapa makhluk berbeda.

Ekor kalajengking yang disebut telson itu sebelumnya tak pernah terlihat melekat pada seekor laba-laba. Ekor yang panjangnya 3 mm itu bahkan lebih panjang dari tubuhnya yang hanya 2,5 mm.

"Ada banyak potongan batu amber yang dihasilkan dari utara Myanmar. Ilmuwan tertarik untuk meneliti karena menemukan batu itu berasal dari Zaman Kapur. Karena itu, semua serangga yang ditemukannya di dalamnya jauh lebih tua daripada yang dikira," kata Profesor Paleontologi Universitas Kansar, Paul Selden, pada The Sun.

"Amber adalah resin fosil, jadi bila seekor laba-laba terjebak di dalamnya, mungkin itu dulunya hidup di bawah kulit kayu atau lumut di kaki pohon," kata dia.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 2 halaman

Selanjutnya

Tak hanya memiliki ekor, spesies tersebut juga diyakini memiliki taring tajam, mirip laba-laba modern. Namun, hewan ini bisa menyuntikkan racun ke serangga yang terperangkap dalam cakar seperti penjepit. Karena empat fosil yang ditemukan kondisinya amat bagus, para ilmuwan bahkan bisa mengidentifikasi organ intim fosil laba-laba jantan itu.

Organ intim tersebut pedipalpal. Bentuknya mirip jarum suntik kecil yang digunakan untuk mentransfer sperma ke pasangannya.

Di sisi lain, fosil laba-laba tersebut juga tak menggunakan spinnerets-nya untuk membangun jaring seperti laba-laba modern. Mereka justru menggunakannya untuk membungkus telur, membuat liang, membuat tempat tidur gantung, atau meninggalkan jejak.

"Ada kemungkinan, mereka masih masih hidup sampai sekarang. Terlebih hutan hujan tropis adalah surga serangga," pungkas Selden.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.