Sukses

Mengeong Hingga Menari, 3 Wabah Teraneh yang Terjadi di Abad Pertengahan

Liputan6.com, Jakarta Gangguan dan emosi yang tidak terkendali biasa disebut dengan histeria. Di abad 20, biasanya kejadian semacam ini dapat terjadi karena terjadi karena peristiwa terorisme atau bencana alam.

Namun di abad pertengahan, kasus histeria masal pernah terjadi dengan penyebab yang tak lazim. Mulai dari biarawati mengong sampai dengan wabah menari.

Berikut ini histeria aneh di abad pertengahan, melansir The Vintage News, Selasa (20/2/2018).

1. Biarawati Mengeong

(Source: Pinterest) Lukisan para biarawati di abad pertengahan.

Keanehan terjadi ketika seorang biarawati dari biara Katolik terpencil, di Utara Prancis pulang menggembara. Setelah melakukan perjalanan, biarawati itu bertingkah aneh seperti kucing.

Dalam tujuh hari, biarawati tersebut menyebarkan histeria kepada biarawati lainnya sehingga mereka mulai melakukan hal aneh layaknya seperti kucing. 

Selain mendengkur, para biarawati juga semakin terstruktur ketika mengeong. Mereka mulai mengeong bersama selama beberapa jam pada setiap hari. Masyarakat sekitar yang semakin jengkel akan hal itu kemudian protes.

Teologi Katolik pada zaman itu percaya bahwa kucing identik sebagai binatang iblis. Hingga akhirnya para biarawati tersebut dicambuk oleh para tentara agar mereka bisa berhenti mengeong.

 

 

 

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

2. Wabah menggigit

Ternyata histeria aneh ini tak hanya terjadi di Perancis. Di abad ke-15, kasus aneh lainnya yang melibatkan biarawati terjadi di Jerman. Ada buku yang berjudul Epidemics of The Middle Ages, yang ditulis dokter terkenal bernama Justus Hecker, melaporkan kejadian aneh para biarawati menggigit rekan-rekan sejawatnya.

Setelah insiden itu terjadi, para biarawati, termasuk para sejumlah wanita lainnya yang terkena gigitan mengalami infeksi. Kondisi itu ternyata tersebar ke hingga ke gereja kebanyakan di Saxony dan Brandenburg. Tapi itu tidak berhenti sampai di situ; biara di Belanda dan bahkan Roma juga ikut terpengaruh. Kasus gigitan itu pun kemudian menjadi ketakutan banyak orang.

Beruntungnya, epidemik menggigit satu sama lain ini kemudian berhenti setelah para biarawati yang menyebarkannya merasa sangat kelelahan.

3 dari 3 halaman

3. Wabah Menari

Sebenarnya wabah menari ini telah berkembang lama mulai dari abad ke-7. Akan tetapi, wabah ini mengalami kasus yang mencapai puncaknya di abad pertengahan. Wabah menari dianggap sebagai fenomena sosial yang lolos dari penjelasan yang jelas sampai hari ini.

Di musim panas pada Juli, 1518, Frau Triffea mulai menari aneh di jalanan kota Strasbourg, Perancis. Selama seminggu tiada henti, ia bermaraton menari dan membuat warga lainnya bergabung dengannya.

Ketika mencapai bulan Agustus, 400 orang akhirnya ikut terlibat dalam wabah tersebut. Kebanyakan orang yang meninggal disebabkan karena mendapat heatstroke sampai dengan serangan jantung selama berbulan-bulan menari kelelahan, kepanasan dan kelaparan.

Para dokter percaya bahwa wabah ini terjadi karena demam. Tak banyak dokter yang bisa melakukan apapun, mereka hanya menyarankan kepada orang-orang yang terkena wabah menari untuk tetap bertahan.

Pihak berwenang melakukan berbagai upaya untuk menenagkan mereka. Mulai dari menyediakan musik dan mengubah wabah mereka menjadi suatu perayaan festival.

Anehnya, wabah itu mulai berhenti ketika mereka dibawa ke sebuah kuil St. Vitus untuk mendapatkan pengampunan. Para sejarawan, percaya bahwa wabah menari ini dipicu oleh kepercayaan banyak orang terhadap kutukan St. Vitus.

Mereka menganggap kutukan itu sengaja diberikan kepada para pendosa untuk menari tanpa berhenti.

Meskipun pihak gereja menjelaskan wabah ini terjadi di kendalikan iblis atau dikutuk orang suci. Namun menurut peneyelidikan lebih lanjut, wabah ini dapat terjadi oleh infeksi rye dan sereal yang disebut dengan ergotisme.

Gejala keracunan ergot dapat menyebabkan halusinasi, konvulsi, delirium, psikosis, kerusakan saraf pusat hingga sensasi terbakar pada seluruh anggota tubuh.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.