Sukses

Tinggal di Hutan dan Jauh dari Peradaban Selama 40 Tahun, Apa Alasan Keluarga Ini?

Liputan6.com, Jakarta - Apa kamu pernah mendengar cerita tentang prajurit Jepang yang bersembunyi di hutan sejak Perang Dunia II? Ya, ia adalah Shoichi Yokoi yang menyembunyikan dirinya di hutan Guam selama bertahun-tahun setelah Jepang ikut Perang Dunia. Selama hampir tiga dekade, pria itu bertahan hidup dan tak pernah tahu perang telah usai.

Ternyata pengalaman seperti itu tak hanya dialami oleh Yokoi saja. Keluarga Lykov juga mendapat rekor terlama tinggal di tempat terdalam Gunung Sayan, Selatan Siberia dalam waktu 40 tahun.

Selain terkenal dengan musim dinginnya yang ekstrem, daratan Rusia juga dipenuhi oleh hutan-hutan taiga. Biasanya taiga di wiayah Siberia disebut sebagai tempat yang paling terisolasi di seluruh dunia.

Medan yang sulit untuk dilalui serta tersebarnya hewan-hewan liar, membuat taiga di Rusia jarang menjadi tempat yang layak huni bagi manusia. Meski hutan tersebut lebih hidup dengan kehadiran beruang dan rubah, namun keluarga Lykov merupakan satu-satunya sekelompok manusia yang pernah tercatat tinggal di taiga terdalam Siberia dalam waktu yang lama.

Penemuan mereka pun pada mulanya membuat geger para ahli geologi di tahun 1978. Tempat yang mereka tinggali dalam taiga mencapai jarak sekitar lebih 150 mil dari pemukiman terdekat. Bahkan wilayah rumah mereka, dianggap sebagai tempat yang belum pernah dieksplorasi.

Jauh sebelum itu, para Lykov pernah tinggal pada pemukiman yang padat di Rusia. Sejak tim patroli Soviet membunuh salah satu anggota keluarga pada tahun 1936. Karp Lykov kemudian berunding untuk merencanakan pelarian diri mereka dari keramaian manusia.

Mereka memilih hutan taiga sebagai tempat tinggal baru. Sejak saat itu keluarga Lykov pun tak pernah terlihat lagi.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 3 halaman

Tak semudah yang dibayangkan

Selama empat dekade, Karp Lykov hanya tinggal bersama istrinya, Akulina dan kedua anaknya yakni Savin dan Natalia. Dua anak lainnya kemudian lahir di tengah belantara hutan, mereka menamakannya Dmitry yang lahir pada 1940 dan Agafya pada 1943.

Keluarga Lykov, mulanya perlu waktu untuk beradaptasi di sana. Kebanyakan makanan mereka terdiri dari buah beri serta sayuran yang mereka tanam sendiri. Tak hanya itu, mereka juga belajar untuk berburu tanpa menggunakan senapan serta anak panah.

Tentunya untuk bertahan hidup di Taiga bukan menjadi persoalan yang mudah bagi keluarga Lykov. Namun, keputusan keluarga itu sudah bulat dan tak akan kembali. Sayangnya, karena kelaparan yang kerap kali mereka hadapi, Akulina meninggalkan anak dan suaminya di akhir tahun 1950.

Ketika para ahli geologi menemukan mereka, kondisi lingkungan tempat tinggal mereka dalam keadaan yang sangat buruk dan amat jauh dari peradaban. Meksi begitu, Lykov tetap menyambut para orang asing.

Menurut laporan Smithsonian, Lykov menolak semua hal yang diberikan oleh para orang asing tersebut. Namun hanya satu yang ia terima, yakni garam. Sudah 40 tahun terlewat dan pria itu merindukan bagaimana rasa asin dari garam.

Meski jauh dari teknologi dan hiburan, Lykov merasa hidup bebas di hutan taiga. Ia sepertinya juga tak peduli dengan banyaknya momen sejarah penting dunia yang telah ia lewatkan seperti Perang Dunia II hingga berita tentang manusia pertama yang mendarat di bulan.

Hal pertama yang membuat ia terkejut yakni kertas transparan cellophane yang ia sangka sebagai kaca.

"Itu merupakan sebuah kaca tapi itu remuk," ujar Lykov saat dikenalkan barang-barang yang kerap digunakan dalam era modern.

 

3 dari 3 halaman

Selanjutnya

Meskipun pertemuan para ahli geologi dengan Lykov membuat mereka tercengang pada awalnya. Tim geologi sempat merayu Lykov dan anaknya untuk keluar dari hutan. Apalagi setelah 1981 ketiga anak Lykov meninggal dunia (Dmitry, Natalia, dan Savin) akibat gagal ginjal dan pneumonia.

Peneliti tetap membujuk Lykov untuk pindah dari kondisi lingkungan di hutan tersebut. Mereka menawarkan pemukiman warga yang jaraknya 150 mil dari kediaman mereka di hutan. Sayangnya tawaran pihak para ahli geologi selalu ditolak mentah-mentah oleh Lykov.

Sejak saat itu hanya tinggal Lykov dan putrinya Agafia yang tinggal di hutan. Namun Sejak 16 Februari 1988, pria itu tutup usia dan meninggalkan putrinya tinggal seorang diri di pegunungan taiga Siberia.

Sampai saat ini banyak media luar negeri dan lokal meliput tentang Agafia dan kesendiriannya bertahan hidup di dalam hutan.  

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.