Sukses

Nyaris Tewas Usai Minum Antibiotik, Pria Ini Selamat Berkat Dukungan Istri

Jangan suka asal saat ingin mengonsumsi obat, khususnya obat antibiotik, Jika salah minum akibatnya bahkan bisa sangat fatal dan mengancam jiwa, seperti dikisahkan pria berikut ini.

Liputan6.com, Jakarta - Jangan suka asal saat ingin mengonsumsi obat, khususnya obat antibiotik. Salah satu alasan mengapa antibiotik termasuk dalam golongan obat resep dan bukan obat bebas adalah karena hanya melalui hasil pemeriksaan dokter yang bisa membedakan seseorang terinfeksi penyakit akibat bakteri dari infeksi lain, yang sebenarnya tidak bisa ditangani oleh antibiotik.

Jika salah minum akibatnya bahkan bisa sangat fatal dan mengancam jiwa, seperti dikisahkan pria berikut ini. Seorang pria yang merupakan ayah dari dua anak mengisahkan hidupnya yang pernah hampir meninggal dunia akibat reaksi dari obat antibiotik yang diminumnya. 90 persen tubuhnya malah sampai tertutup luka bakar dan matanya juga nyaris buta.

Josh Dennis, 38, diberi resep obat untuk menyembuhkan infeksi Staph yang ada di rahangnya. Namun yang terjadi usai minum antibiotik, dia menjadi iritasi dan kuku jari bagian bawahnya terasa sangat gatal, wajahnya juga terlihat seperti sarang lebah dan selama seminggu dia harus berada di unit luka bakar di rumah sakit Holly, Colorado, Amerika Serikat.

Josh bercerita bahwa selama sakit, dia merasa tubuhnya seperti zombie. Beruntung ia kini sudah keluar dari rumah sakit dan perlahan hidupnya kembali normal, berkat kesabaran, cinta, dan bantuan istrinya, Stacie.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 5 halaman

Sang Istri Selalu Mendampingi Saat Ia Sakit

"Aku bisa mendengar suaranya saja sudah lebih dari segalanya, aku punya banyak hari yang sepertinya semua itu seperti mimpi dengan berhalusinasi, namun istriku selalu mengajak bicara yang membuatku bisa tetap hidup,” ujar Josh seperti dilansir Metro.

Ayah mertuanya juga sempat mengunjunginya ketika ia sakit, tapi pergi lagi karena melihat penampilan dirinya yang mengerikan.

"Awalnya saya tidak mengerti, ini menyakitkan perasaan saya. Tapi sejak aku sudah melihat foto-fotoku, aku tahu kenapa dia tidak bisa melihatku.”

Josh mengatakan bahwa lebih dari 90 persen tubuhnya terlihat seperti terbakar. Dan yang terburuk adalah kulit di bagian alat kelaminnya.

“Skrotum saya tampak seperti otak yang mengisap nanah. Panas dan sakit yang saya alami di daerah ini sangat menyiksa. Aku hampir cacat sepenuhnya. Butuh beberapa minggu untuk menyembuhkannya,” jelas Josh.

"Mulutku adalah bagian kedua yang menyakitkan. Seperti ganti kulit. Saya tidak bisa makan apapun kecuali mi alfredo atau telur untuk sementara waktu,” tambahnya.

 

 

3 dari 5 halaman

Terkena Sindrom Kulit Akibat Alergi Obat-obatan

Penyakit yang menimpa Josh gejalanya disebabkan oleh Stevens-Johnson Syndrom (SJS) dan Toxic Epidermal Necrolysis (TEN).

Sindrom SJS atau TEN merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh alergi atau infeksi. Sindrom tersebut mengancam kondisi kulit yang dapat mengakibatkan kematian sel-sel kulit sehingga epidermis mengelupas/memisahkan diri dari dermis. Sindrom ini dianggap sebagai hipersensitivitas kompleks yang memengaruhi kulit dan selaput lendir.

Meski pada umumnya kasus sindrom ini tidak diketahui penyebabnya (idiopatik), biasanya penyebab utama yang paling sering dijumpai adalah akibat dari alergi obat-obatan tertentu, infeksi virus dan atau keduanya, pada kasus tertentu yang sangat jarang ditemukan sindrom ini berhubungan dengan kanker.

"Siapa pun yang berkunjung tidak nyaman, orang-orang justru mengira istriku seperti mati rasa dan kedinginan karena tidak bereaksi seperti mereka, tapi dengan kesabaran dia biasanya akan memberi tahu mereka jika ia masih bisa melihat suaminya,” kata Josh.

Jika sudah tidak ada orang yang berkunjung ke rumahnya, saat itulah mereka bisa merasakan bahagia, padahal sebenarnya pekerjaan yang baru akan dimulai. Ia dan istri harus membuat perubahan gaya hidup.

"Aku juga tidak bisa mandi seperti dulu. Aku tidak bisa makan hal yang sama seperti anggota keluarga lainnya. Saya tidak bisa melihat dengan baik. Saya tidak bisa mengemudi selama enam minggu lebih. Istri sayalah yang melakukan semua pekerjaan itu,” jelasnya.

Kondisi yang dialami Josh ini pun sudah berlangsung hingga delapan minggu, tapi masih tetap membutuhkan perjuangan, penglihatannya kini berangsur normal. Tak terhitung berapa banyak resep obat yang harus ia konsumsi agar ia bisa makan apa saja seperti semula.

"Ini akan jauh lebih traumatis dan bisa saja terjadi hal yang tak diinginkan dengan sangat mudah tanpa dia di sana,” kata Josh.

 

 

4 dari 5 halaman

Ini yang Terjadi Usai Minum Antibiotik

Gejala SJS / TEN pertama kali dialaminya setelah Josh minum antibiotik, reaksi semacam ini terhadap pengobatan sama sekali tidak dapat diprediksi dan bisa menyerang siapa saja. Dia diberi resep dua minggu dan menjelang akhir pengobatan, dia mendapat reaksi tidak seperti biasanya.

"Hal pertama yang mulai menggangguku adalah kukuku. Jadi terasa sangat rentan karena dipotong terlalu pendek dan ada yang gatal di bawah kuku. Keesokan harinya, bagian bawah kakiku yang mulai terasa gatal. Lalu telapak tanganku dengan gatal yang tak terkendali,” terang Josh.

“Saya terbangun pada hari Minggu di tengah malam merasakan kaki saya terbakar dan gatal, saya tidak pernah saya mengalami ini sebelumnya. Aku hampir tidak bisa berjalan."

Prihatin dengan gejalanya yang tidak biasa, Josh pun mengemudikan mobil selama tiga jam di sekitar rumah dan saat kembali ke rumah, ia memasuki kamar mandi, ternyata kulitnya sudah tertutup seperti sarang lebah.

Menurut Josh, dirinya sangat jarang sakit dan ia juga sudah bertahun-tahun tak melihat dokter memberikannya antibiotik, ia sendiri tidak tahu apa yang sedang terjadi, ia pun dilanda demam yang sangat tinggi.

"Sementara istriku mencoba mengendalikan demamku. Dia memang bisa menurunkan demamku, namun satu jam kemudian demam itu datang lagi. Akhirnya aku memutuskan mandi agar merasakan badan panas. Aku harus duduk di kursi di kamar mandi. Rasanya enak sekali duduk di air,” terangnya.

Namun, saat Josh bangun untuk meninggalkan shower, ia jatuh. Dari situlah ia melihat kulit di bagian bawah kakinya terpisah. Ia dan istri tidak tahu seberapa buruk dan seberapa cepat kakinya sampai melepuh.

 

 

5 dari 5 halaman

Jalani Hidup Lebih Baik

Setelah didiagnosis menderita penyakit Kawasaki, kondisinya memburuk dengan matanya yang mengilap, kulit melepuh dan area lainnya yang terlalu sensitif saat disentuh.

Dokter yang memeriksa pun merasa prihatin dengan kondisi Josh, ia mulai memeriksa jurnal medis untuk mendapatkan jawaban dan memutuskan untuk memanggil ambulans.

"Ayah dan adik laki-laki saya harus datang ke rumah kami dan membawa saya dari tempat tidur ke truk. Semua itu terasa traumatis. Dokter yang bertugas di pagi itu adalah berkah dari Tuhan. Dia pergi dengan firasat dan mulai menggali jurnal medis,” jelas Josh.

"Ketika saya sampai di sana, saya mulai mengintip sedikit lewat mata dan melihat ada lepuhan pada skrotum saya. Tangan dan kaki saya sangat sakit sehingga saya tidak membiarkan orang menyentuhnya. Dokter membuat keputusan untuk meminta ambulans dan mengirim saya ke rumah sakit universitas di Denver, Colorado, sesegera mungkin.”

Sampai di rumah sakit, Josh hampir tidak bisa bergerak. Sekujur tubuhnya terasa melepuh. Ia didiagnosis TENS dalam waktu 24 jam. Luka bakar menutupi tubuh Josh dan ia buta untuk sementara waktu, empat hari sebelum Natal dia dioperasi untuk menyelamatkan penglihatannya.

Ahli bedah memasang membran yang terbuat dari plasenta antara kelopak mata dan bola matanya untuk melindungi korneanya. Kulit Josh pun perlahan mulai sembuh dan setelah Tahun Baru ia diberitahu jika ia bisa meningkatkan kemampuannya untuk berjalan, mengkonsumsi makanan dan hal lainnya yang sempat tak bisa dilakukan.

Josh perlahan kembali ke kehidupan normal dan bisa berjalan lagi, dirinya berharap bisa segera kembali bekerja. Saat ini Josh ingin meningkatkan kesadaran akan gejala SJS / TEN dan penyebabnya demi menyelamatkan nyawa orang lain serta memperingatkan bahaya yang didapat jika salah mengonsumsi antibiotik.

"Masih terasa aneh kalau tahu apa yang terjadi, aku sama sekali tidak seberuntung yang aku ceritakan. Saya melakukan jauh lebih baik daripada banyak cerita yang pernah dibaca, gaya hidup, aktivitas fisik ketika bekerja dan itu semua sangat berhubungan dengan semua ini,” kata Josh.

Ia bahkan tidak menyangka hal itu terjadi pada dirinya akibat salah minum antibiotik. Padahal ia sendiri juga jarang pergi ke dokter.

“Sungguh menakjubkan berapa banyak produk yang tidak akan pernah saya pakai lagi hanya karena label peringatannya. Saya tahu tubuh saya sekarang lebih baik dan saya harus lebih waspada dengan apa yang keluarga saya taruh di rumah. Ini membuatku takut untuk memikirkan anak-anakku. sangat beresiko. Saya tidak ingin ini terjadi lagi pada saya dan keluarga,” tutupnya.

Penulis:

Dhita Adhitya

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.