Sukses

TPA Cipeucang Belum Siap, Sampah Menumpuk

Produksi sampah primer yang dihasilkan oleh tiap-tiap keluarga dan sampah dari lima pasar tradisional yang ada di Kota Tangerang Selatan, siap menelan Pemerintahan Kota Tangsel dan juga menjadi bencana lingkungan bagi warganya yang berjumlah 1,3 juta jiwa.

Citizen6, Tangerang Selatan: Produksi sampah primer yang dihasilkan oleh tiap-tiap keluarga dan sampah dari lima pasar tradisional yang ada di Kota Tangerang Selatan, yakni Pasar Ciputat, Cimanggis, Serpong, Jombang, dan Pasar Bintaro, siap menelan Pemerintahan Kota Tangsel. Dan juga menjadi bencana lingkungan bagi warganya yang berjumlah 1,3 juta jiwa.

Keberadaan lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Cipeucang di Kecamatan Serpong dan Kecamatan Setu, Tangsel, yang belum dapat dipergunakan untuk penampungan dan pengolahan sampah, akibat belum siapnya infrastruktrur dan masih munculnya resisten di masyarakat terdekat. Hal ini menambah sulitnya Dinas Kebersihan Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Kota Tangsel dalam melaksanakan Tugas Pokok dan Fungsinya. Volume sampah yang dihasilkan sebanyak 1,680 meter kubik (m3) per hari, menjadi Pekerjaan Rumah  (PR) yang belum diselesaikan Walikota dan Wakil Walikota sebagaimana janjinya dalam satu tahun pemerintahannya.

Sebagaimana dipaparkan oleh Kepala Bidang Kebersihan DKPP Tangsel, Oki Rudianto, di ruang kerjanya, Jumat (4/5), bahwa yang bisa dilakukan oleh DKPP Kota Tangsel hanyalah membuang sampah dari pasar tradisional dan sampah yang ada di trotoar jalan utama ke Bantar Gebang, Bekasi dan kawasan Rawa Kucing, Kabupaten Tangerang. Dengan terlebih dahulu parkir sampah di lahan kosong milik PT. Nirwana, Kelurahan Kedaung, Kecamatan Pamulang.

Kendala teknis DKPP Kota Tangsel disamping belum tersedianya infrastruktur jalan dan jembatan dengan daya beban tonase 8 ton,  serta areal TPA Cipeucang yang masih setengah jadi. Juga dihadapkan pada keterbatasan armada angkut yang dimiliki sebanyak 11 unit truk amroll dan tujuh kendaran pick up dari kebutuhan armada tidak kurang dari 50 truk amroll.

Kondisi tersebut juga diperparah dengan beberapa tuntutan warga sekitar TPA yang meminta kompensasi atas dampak lingkungan, seperti jaminan Pemkot untuk meminimalisir masalah yang mungkin terjadi, jaminan kesehatan bagi masyarakat, dan kompesasi ekonomiis lainnya. Sementara itu, salah satu solusi penyelesaian masalah sampah primer melalui Tempat Pengolahan Sampah Terpadu – Recycle, Reduse, dan Reuse (TPST-3R) belum mampu mengcover volume sampah yang ada. PST 3R yang ada baru mampu menyelesaikan sampah primer sebanyak 50% menjadi kompos, 20% dipilah untuk menjadi bahan daur ulang, dan 30% residu yang belum ada tehnologi penyelesaian masalahnya. Pengirim: A.Ghozali Mukti)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini