Sukses

MICC Memperkenalkan Islam di Jepang

Maraknya demo terhadap film Innocence of Muslims tidak menyurutkan semangat tiga muslimah Matsuyama Islamic Cultural Center (MICC) untuk menjadi pembicara dalam forum Indonesian Family Life and Islam di Matsuyama International Center (MIC), Ehime-ken, Jepang, pada (19/9).

Citizen6, Jepang: Maraknya demo terhadap film Innocence of Muslims tidak menyurutkan semangat tiga muslimah Matsuyama Islamic Cultural Center (MICC) untuk menjadi pembicara dalam forum Indonesian Family Life and Islam. Kegiatan yang diselenggarakan oleh Creative Alternative Society (CAS) tersebut berlangsung mulai pukul 10.00 JST hingga 13.30 JST di Matsuyama International Center (MIC), Ehime-ken, Jepang, pada (19/9).

Setelah sambutan dari panitia, acara dilanjutkan dengan presentasi tentang Indonesia dan Islam dalam bahasa Jepang oleh Jumiati. Dalam uraiannya, Jumiati menjelaskan mengenai Indonesia dengan menggunakan alat bantu, seperti peta, poster, lembaran mata uang, buku, baju dan souvenir batik. Informasi yang disampaikan Jumiati mulai dari kondisi geografis, iklim, bahasa daerah, rumah dan pakaian adat, hingga keadaan toilet dan kegiatan sekolah.

Pada saat diskusi terjadi, urusan toilet menjadi primadona pembicaraan. Mengingat perbedaan yang mencolok antara Jepang dan Indonesia untuk urusan toilet. Toilet Jepang merupakan toilet kering. Oleh karena itu, tisu toilet selalu disediakan sebagai pengganti air, sehingga orang Jepang tidak secara langsung menyentuh kotoran. Sebaliknya masyarakat Indonesia pada umumnya masih menggunakan toilet basah dengan bak air, gayung, dan sabun. Orang Indonesia juga memakai tangan kiri untuk membasuh dan membersihkan segala sesuatunya. "Tangannya menjadi bau ya," celetuk seorang peserta. Tanggapan pun terus mengalir dari peserta yang semuanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Belum lagi urusan gaji, harga barang makanan yang timpang serta soal musim. Seperti ada pertanyaan apakah di saat musim hujan masih bisa menjemur baju? Lalu suhu terendahnya berapa?

Di sesi selanjutnya mengenai Islam, sempat muncul kekhawatiran. Maklum saja, TV NHK Jepang sudah dua kali menayangkan demo terhadap film Innocence of Muslims yang memperlihatkan pembakaran Kedutaan Besar Amerika di Libia dan menewaskan Duta Besarnya untuk Libia beserta tiga staffnya.  "Minggu lalu saya menyempatkan untuk melihat dan mempelajari film Innocence of Muslims dan mendiskusikan kemungkinan pertanyaan-pertanyaan terkait Islam, kekerasan dan wanita. Alhamdulillah dalam sesi tanya jawab hal tersebut tidak ditanyakan,"  jelas Jumiati setelah acara selesai. Mereka justru lebih tertarik pada jilbab.

"Apakah rambutnya boleh dipotong? Seberapakah panjangnya? Bolehkan pergi ke salon?". Di samping itu, para peserta tampak sangat antuasias saat dijelaskan mengenai makanan halal dan kegiatan ibadah (oinori). "Ribet ya harus sholat  lima kali sehari".

Di akhir acara masakan Indonesia dikenalkan melalui praktek memasak selama 2,5 jam lalu dilanjutkan dengan makan siang bersama. Peserta dikelompokkan menjadi tiga grup memasak dengan dipandu oleh Jumiati, Triasih Endah Sucanti dan Nia Damayanti. Menu yang disajikan adalah nasi goreng, sate ayam, tempe goreng, acar, teh jawa dan kolak. Pada saat itu seorang peserta bertanya, "Di Indonesia kalau memasak apakah juga memakai epron?" tanya seorang peserta. Para pemandu pun saling memadang mengingat tidak biasanya ibu-ibu di Indonesia memakai epron ketika memasak. Benar tidak? (Atus Syahbudin).

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini