Sukses

Indonesian Culture Exhibition 2013, Hapuskan Kangen Tanah Air

Dalam puncak Indonesian Culture Exhibition (ICE) 2013, mahasiswa Indonesia enikmati pagelaran drama dan tari plus culture yang semuanya khas Indonesia.

Citizen6, Taiwan: Rasa kangen mahasiswa Indonesia terhadap tanah air terhapus sudah. Dalam puncak Indonesian Culture Exhibition (ICE) 2013, pada Sabtu 16 Maret 2013 mereka menikmati pagelaran drama dan tari plus culture yang semuanya khas Indonesia. Bertempat di dalam research building room 105 NTUST (National Taiwan University of Science and Technology) mereka dimanjakan oleh beragam Indonesian cultural performance selama 4 jam, mulai dari pukul 16.00-20.00 waktu Taiwan.
   
"Aah, berasa kayak pulang kampung. Waktu aku lihat Tari Jathilan, aku jadi keingat kampung halamanku  di Jawa," ungkap Joshua Ricky, mahasiswa Chinese Culture University, yang saat itu ikut menonton ICE 2013 bersama teman-temannya.

Acara tahunan tersebut merupakan yang kedelapan kalinya diadakan secara rutin oleh NTUST-Indonesian Student Association. Kali ini, tema yang diusung adalah "Mahadaya Indoensia" (The Chronicles of Indonesian heritage). Selain untuk mempererat tali persaudaraan antara pelajar Indonesia di luar negeri, acara ini juga bertujuan untuk memperkenalkan budaya Indonesia ke mahasiswa asing.

Karena memang acara tersebut tidak hanya dihadiri oleh mahasiswa Indonesia, tapi malam perfomance ICE 2013 itu juga terbuka untuk mahasiswa asing. Beberapa yang hadir di antaranya berasal dari Republik Ceko, Srilanka, Tailand, Vietnam, dan tentu saja Taiwan. Para profesor dari NTUST, staf KDEI, dan pengurus PerhimpunanPelajar Indonesia (PPI) Taiwan pun turut menghadiri acara tersebut.

Sedikitnya, sembilan tarian ditampilkan dalama cara tersebut, antara lain Saman, Jathilan, Reog, Rantak, Kipas, Papua, Kayau, dan Cendrawasih. Tak lupa juga Tari Kecak, yang banyak mencuri perhatian para foreigners. Kesembilan tarian tersebut dikemas dalam satu tema cerita Swaradana in Love.

Di sela-sela tarian, mereka memasukkan unsur drama. Begitu pula sebaliknya, saat drama ditampilkan, para performers juga memasukkan tarian bahkan seni bela diri. Contohnya ketika para "pasukan" tari Kecak memasuki panggung, saat penari menyuarakan "cak..cak.. cak..", datanglah Shinta, Rama, dan disusul oleh Hanuman, dan Rahwana. Rupanya, tari Kecak dengan kisah pewayangan Ramayana Rama dan Shinta sengaja dikolaborasi menjadi satu."

Begitu pula saat "Singa Barong" unjuk gigi di atas panggung. Dalam tari Reog, dia ikut bertarung dengan pasukan dari kerajaan Ponorogo untuk memperebutkan putri yang sangat cantik.

"Perpaduan tari Reog dan kisah Rama-Shinta ini merupakan konsep baru. Kami sengaja ingin menampilkan sesuatu yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya," terang Nieko Haryo Pradhito, ketua pelaksana ICE 2013.

Selain tari Reog dan kisah pewayangan, Tari Rantak juga merupakan hal baru dalam sejarah panggung ICE. Tarian asal Sumatra Barat itu dikreasi oleh Gusmiati Said denga mengambil gerakan-gerakan dalam pencak silat sebagai dominasinya. Performers Tari Rantak banyak melakukan taping, waving, dan jumping.  Namun mereka berhasil mengkombinasikan indahnya gerakan tarian dengan powerful movements dari silat.

Hal yang tidak kalah menyita perhatian mahasiswa luar Indonesia dalam ICE 2103 adalah Miss dan Mister ICE 2103. Apa itu? Mirip seperti kontes ratu kecantikan pada umumnya. Dalam kontes ini, para peserta harus bisa menunjukkan brain, beauty, dan behavior mereka. Penampilan menarik bukanlah satu-satunya yang menjadi poin pokok dalam lomba Miss dan Mister ICE 2013 kali ini. Pengetahuan dan kepiawaian mereka terkait dengan budaya Indonesia-lah yang menjadi kunci kemenangan kompetisi tersebut.

Acara yang diselenggarakan pada 14 Maret ini,  kontestan yang berasal dari luar Indonesia diberi pertanyaan seputar kebudayaan Indonesia dalam bahasa Inggris. Beberapa peserta terlihat nervous dan ragu menjawab. Namun, tak sedikit pula yang terlihat mantap dan sudah mempelajari kebudayaan Indonesia sejak jauh-jauh hari sebelumnya.

Setelah itu, dalam sebuah sesi, mereka juga diwajibkan mengenakan busana tradisional Indonesia. Kemudian, kontestan perempuan menampilkan tarian-tarian khas daerah.

"I love Indonesian culture more after joining this contest. I would like to visit Indonesia, especially Lombok," seru Nipaporn Promthong, mahasiswi asal Thailand yang memenangkan juara pertama Miss ICE 2013 itu.

Malam puncak ICE 2013 ditutup oleh tarian Indonesia yang dibawakan oleh hampir seluruh panitia. Namun, sebelumnya, panitia membagikan sejumlah hadiah terlebih dahulu. Sesi tersebut membuat spectators heboh dan paling bikin deg-degan. Bagaimana tidak, hadiah utamanya adalah tiket pulang-pergi Taiwan-Indonesia. Jika yang menang adalah mahasiswa Indonesia, mereka bisa sekalian pulang kampung dan liburan. Jika pemenangnya mahasiswa luar Indonesia, mereka bisa jalan-jalan sekaligus mengeksplor alam Indonesia yang begitu indah.

Diundi oleh presiden NTUST, Prof Ching-Jong Liao, hadiah tersebut akhirnya dimenangkan oleh pemenang pertama Mister ICE 2013 sendiri, yaitu Chung Yen, dari Taiwan. Dia pun tak henti-hentinya tersenyum begitu dipanggil ke atas panggung untuk menerima hadiah secara simbolis.

"Selain memupuk rasa nasionalisme, tujuan kami di sini memang untuk mengenalkan budaya Indonesia kepada para pelajar asing. Alhamdulillah bila semuanya berjalan dengan baik dan dapat mengambil hati mereka," tutup Nieko, ketua pelaksana.

ICE 2013 dapat disaksikan melalui YouTube, buka akun: IndonesianCultureExhibition NTUST ISA. Annual event ini rencananya bakal diselenggarakan lagi tahun depan. Seperti apa konsep dan greget acaranya, nantikan saja tahun depan! (Fikry Emeraldien/Mar)


Fikry Emeraldien adalah pewarta warga.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke citizen6@liputan6.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.