Sukses

Pemilihan Gubernur Jateng 2013, Golput atau Asal Coblos?

Dalam setiap pemilihan gubernur, masyarakat selalu disuguhi sebuah fenomena unik. Seperti yang terjadi dalam pemilihan Gubernur Jawa Tengah tahun ini misalnya.

Citizen6, Jawa Tengah: Dalam setiap pemilihan gubernur, masyarakat selalu disuguhi sebuah fenomena unik. Seperti yang terjadi dalam pemilihan Gubernur Jawa Tengah tahun ini misalnya. Hingar bingar dalam menyebarkan spanduk, pamflet, selebaran ataupun baliho sebesar layar tancap telah menjadi keunikan tersendiri sekaligus mengganggu keindahan pada sebuah kota.

Ketika disuguhi fenomena unik ini, sepertinya untuk memilih seorang pemimpin kita tidak perlu lagi direpotkan siapa yang bikin poster paling bagus atau siapa yang bikin baliho paling besar plus iklan berlembar-lembar di koran. Pada akhirnya nanti mungkin hanya akan jadi pembungkus kacang. Tak masalah memang bagi mereka yang mencalonkan dirinya sebagai gubernur, yang penting hasilnya bisa panen suara terbanyak di Pilkada nanti.   

Mengingat hal ini, masalah kualitas menjadi kurang diperhatikan. Semua calon seakan berlomba mencitrakan diri dekat dengan rakyat, mulai dari makan bareng pedagang pasar sampai pura-pura merangkul bahu rakyat jelata demi citra positif yang akan digunakan untuk mendulang suara.

Apakah tak ingat, sebelum mencalonkan diri sebagai gubernur para Calon Gubernur (Cagub) ini pada ke mana? Apakah pernah mendengar mereka mengajak makan di pasar? Apakah mereka pernah peduli dengan keseharian warga yang bersusah payah mencari sesuap nasi? Apakah ada jaminan ketika nanti terpilih, mereka akan peduli dengan nasib warga? Apakah akan ada langkah mereka yang kongkrit memperjuangkan perubahan untuk kebaikan rakyat?

Hati-hati, rakyat kecil itu potensial untuk dieksploitasi ketika kampanye Pilkada dan potensial untuk hanya dijadikan penonton tanpa disentuh sama sekali, ketika para Cagub ini sudah terpilih nanti. Karena itu, cerdaslah!

Secara kampanye saja, para Cagub ini sudah tidak ramah lingkungan. Bisa dilihat, sudah berapa ratusan paku yang dicebloskan ke dalam tubuh pohon yang notebene menyerap oksigen bagi manusia. Selain itu sudah berapa juta dana yang dihabiskan untuk membeli sebuah plastik yang bahkan tidak terurai oleh tanah? Ke mana karya nyata mereka selama ini yang ditunjang oleh kemampuan mereka yang mampu memikat warga untuk terpukau dengan gaya kampanye yang artistik dan indah seperti pidato dan orasi yang membuat bulu kuduk berdiri?        

Secara akuntabilitas, rakyat tak pernah tahu darimana dana kampanye para Cagub ini berasal. Jika ada pendana tentu masyarakat berhak tahu asal duitnya darimana. Jaman ini adalah jaman transparan, semua bisa dihitung, jika perlu audit independen oleh akuntan publik dibeberkan di semua media massa, siapa pengusaha, siapa penyokongnya dalam kampanye, sebutkan, dan harus bisa dipertanggungjawabkan.

Secara komunitas, dipertanyakan, siapa Cagub Jawa Tengah (Jateng) yang peduli pada Olahraga? Sepertinya tak ada. Ingat nasib PSIS, atau kompetisi di level Kabupaten? Apakah ada setetes kepedulian untuk meningkatkan prestasi sepakbola kita dan semua olahraga Jateng? Peringkat berapa Jateng di PON terakhir saja mungkin para Cagub ini tak tahu, apalagi mau meningkatkan prestasi olahraga?

Secara ketepatan waktu dalam menepati janji kepada masyarakat, ketiga calon ini sangat diragukan. Contoh kecil saja, di 2009 warga Kendal yang lahannya terkena proyek yang dinamakan "Proyek Tol Semarang-Batang" disuruh beramai-ramai tanda tangan di kelurahan. Bahkan ada yang sampai repot-repot pulang dari Sumatera dan Jakarta hanya untuk tanda tangan. Jika masyarakat yang terkena janji janji surga proyek Tol Semarang Batang ini masih ingat, tentu akan sedikit terlintas untuk golput saja alias tidak ikut memilih dalam Pilgub ini.

Pemikiran Golongan Putih atau Golput bagi warga yang tidak memilih dalam sebuah demokrasi adalah suatu hal yang lazim. Ketika dirasakan oleh para kandidat ada yang kurang memenuhi harapan, siapa yang bisa memaksa rakyat untuk memilih jika dirasa tak cocok? Pemikiran golput akan lebih berkesan keren dan gagah ketika kita mampu mengekspresikan kebebasan untuk berpendapat, daripada asal coblos yang mungkin menguntungkan salah satu pihak.
                
Musuh utama Golput adalah Money Politics alias politik uang. Mengingat hal ini, masyarakat sekarang pun juga sudah cerdas. Sebagai contoh, ketika naik Taksi dari Simpanglima kearah atas, lalu berbincang dengan sebut saja pak Eko, seorang pengemudi Taksi, dia berkata bahwa tak semudah itu untuk membagi duit ke rakyat sekarang.

"Saya sudah mikir mas, jika saya terima recehan paling paling besarnya Rp 25 ribu. Kemudian saya nyoblos Cagub itu, berarti saya membikin kaya Cagub itu, hla selawe ewu ditukar satu suara. Jika dia yang terpilih, tentunya dia akan nyari 'Balik Modal' untuk mengembalikan uang yang sudah ditabur," tutur Eko. "Selain itu mas, secara tak langsung saya juga dosa membuat orang untuk korupsi," tambahnya.

Mendengarnya, Saya pun manggut manggut. "Pinter timen sampean pak, seandainya semua warga Jateng sepintar njenengan, pasti kualitas pemimpinnya akan turut bagus juga," batin saya.

Tapi sekali lagi, mari sebagai warga negara yang baik kita sukseskan Pilgub 2013 ini. Pilihlah salah satu calon yang Anda anggap terbaik. Tapi jika mau Golput atu asal coblos juga silahkan, semua dihormati. Yang terpenting, Jawa Tengah semakin maju di masa depan. (Aryo Widiyanto/Mar).

Aryo Widianto seorang Traveller, Backpacker dan petualang yang homestay di akun FB: Aryo Widianto dan juga pewarta warga. Untuk menghubungi ia, bisa melalui akun twitter @aryo_widi dan blogspot: aryowidiyanto.blogspot.com.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke citizen6@liputan6.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.