Sukses

Catatan Untuk Pilkada Jawa Tengah 2013

Jawa Tengah memang sarang utama Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Tiga Kandidat yang bertarung dalam pilkada kali ini pun semuanya berasal dari kandang Banteng.

Citizen6, Jawa Tengah: Jawa Tengah (Jateng) memang sarang utama Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Tiga Kandidat yang bertarung dalam pilkada kali ini pun semuanya berasal dari kandang Banteng.

The real competitor dalam Pilkada kali ini hanya 2, yaitu  Bibit Waluyo dan Ganjar Pranowo. Bibit misalnya, kelebihan Bibit karena incumbent. Incumbent adalah posisi seseorang yang sedang menjabat sebagai kepala daerah dan hendak ikut dalam pilkada. Sedangkan Ganjar mendapat restu serta dukungan dari PDIP Pusat.

Di antara ketiga kandidat itu ada "kandidat bayangan". Dia adalah Rustriningsih, seorang tokoh lokal dan juga kader PDIP yang tersisih atau disisihkan dalam pecalegan dari kandang banteng. Namun di antara pendukung Rustri, ada yang mengusung bendera Golongan Putih (Golput) atau abstain.

Dari percakapan di jejaring sosial yang saya amati, kubu ganjar terkesan khawatir dengan kubu golput. Di antaranya diekspresikan dengan menuduh kubu Golput ini sebagai pihak luar yang menggembosi Ganjar dan upaya pemecah belah PDIP. Padahal kita tahu, akar masalah Golput tidak sesederhana itu, melainkan sangat kompleks. Di Jateng ini, nyata sekali Rustri akan menjadi salah satu penyebab mewabahnya Golput, sebagai sikap kecewa dan protes.

Melihat kondisi ini, wacana dalam Pilkada Jateng terkesan didominasi dan terpaku pada figur kandidat dan saling hujat antar kubu pendukung. Seolah masa depan Jateng tergantung pada kandidat yang akan terpilih. Hal ini menampikan peran civil society yang tidak dianggap atau memang sudah lumpuh. Padahal, apabila gerakan kekuatan civil society ini muncul dan digerakkan, momen Pilkada ini dapat dimanfaatkan sebagai proses pendidikan politik serta penyadaran seputar masalah Jateng.

Tidak terdengarnya suara akademisi atau Perguruan Tinggi dan lembaga sosial bagi arah Jateng ke depan, apakah ini diartikan sebagai ketidakpedulian atau semakin apatisnya warga untuk bisa memperbaiki keadaan lewat Pemilihan Kepala Daerah secara langsung (Pilkada) di Jateng?

Seperti halnya di daerah lain, tampaknya Pilkada Jateng kali ini pun akan berlangsung hanya sebagai ritual demokrasi 5 tahunan yang semakin tidak menarik dan tidak memberikan harapan untuk perbaikan bagi kebanyakan warga. Namun yang pasti, hajatan besar ini akan diguyur dengan ratusan miliar uang hasil keringat dan kerja keras rakyat Jateng.

Ironi Pilkada, Ironi demokrasi di negeri yang masih berkutat dalam lilitan korupsi yang makin menggurita. Seperti igauan dalam penantian Godot (sesuatu yang tak pasti).

Saat pencoblosan 26 Mei 2013 mendatang, semoga ada pencerahan dan kejutan yang lahir dari Pilkada Jateng kali ini untuk Jateng yang lebih baik. Semoga. (Gabril JK/Mar)


Gabril JK adalah pewarta warga.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke citizen6@liputan6.com


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini