Sukses

Obrolan Cafe Tjepiring, Sebenarnya Wakil Rakyat Mewakili Siapa?

Komunitas pencinta kopi menyambangi Cafe Si Tjepiring yang terletak di Jalan Sriagung, Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Mereka membahas situasi terkini Pilgub Jateng 2013.

Citizen6, Kendal: Komunitas pencinta kopi menyambangi Cafe Si Tjepiring yang terletak di Jalan Sriagung, Kecamatan Cepiring, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah.

Hari itu, tepatnya pada Minggu 12 mei 2013 malam, cuaca Desa Cepiring yang temaran tak menyurutkan langkah komunitas pencinta kopi Kendal untuk bercerita dan membahas situasi terkini di kawasan eks gedung bioskop lama. Sambil menikmati teh jahe Kalimantan, kopi Sukorejo, kopi Bangka, teh poci gula batu, singkong bakar, pisang bakar coklat keju, dan mie rebus telur spesial, mereka terlihat asyik sambil menghisap rokoknya.

Malam itu yang berlaku sebagai "moderator" dikuasai oleh Arif. Ia juga dijuluki "Sang Lebe Metal" yaitu pemuka agama desa. Kata metal sendiri diambil dari ciri khas sang lebe yang masih muda dan senang dengan musik cadas. Ada juga beberapa tokoh pemuda seperti Hasan, Rojak si photograper, Andi Batak yang bertubuh gempal, Johny Padang, Yoga, serta sejumlah pemuda lainnya yang dengan serius mencermati setiap ucapan Lebe Metal.          

Obrolan di cafe pertama dalam sejarah Desa Cepiring itu berkisar seputar sepinya animo masyarakat di Pemilihan Gubernur Jawa Tengah 2013 hingga ke arah Pemilihan legislatif untuk DPRD Kabupaten yang akan digelar sesudah Pemilihan Gubernur (Pilgub).

"Saya kadang berpikir, sebenarnya pemilihan legislatif anggota DPRD Kabupaten Kendal wakil rakyat itu mewakili siapa? Apakah mewakili kita para warga desa, mewakili partainya, atau mewakili dirinya sendiri karena merasa punya uang dan butuh status serta pekerjaan?," lempar sang Lebe memancing naluri menyanggah para peserta diskusinya.

"Gak jelas juga bang Lebe, manalah awak peduli, kenal juga tidak," tanggap Johny yang orang Padang dengan santainya namun lama menetap di kota ini.

"Iya ya. Kalau mereka wakil kita, kok tak ada kemajuan apapun yang dibuat oleh para wakil ini mengenai situasi dan kondisi desa. Seperti kurangnya fasilitas kesehatan, lapangan pekerjaan nihil, dan jalan desa masih tetap sama dari dia terpilih sampai kini mau pemilihan legislatif lagi," kritis Rojak, yang pemuda asli desa ini.

"Lebih celaka lagi kalau partai politik mengusung para calegnya yang berpotensi terpilih, artinya bernomor urut satu dan dua adalah dari luar dapil, yang ada bukan dari desa sendiri, pasti tambah stagnan keadaan yang ada. Tak akan ada kemajuan. Apakah mereka tahu bagaimana membawa kemajuan bagi wilayah ini? Atau kita hanya dijadikan sebagai lumbung suara bagi partainya?," pancing Lebe Metal memanaskan adrenalin perdebatan malam itu.

"Itulah partai politik bang, hanya mementingkan perolehan suara. Kalo saya sih lebih baik golput, tidak akan nyoblos, buat apa? Toh kalo sudah terpilih, mana kenal para anggota DPRD sama kita? Sekarang aja waktu kampanye sok manis. Ada pula yang sok jual tampang dengan pasang baliho. Apa coba efeknya ke desa kita,bah!?, " ledak Andi Batak yang mulai meradang.

Cepiring memang dikenal heterogen, berbagai suku mendiami wilayah ini. Kebanyakan generasi yang sekarang adalah generasi kedua dan ketiga dari para imigran dari berbagai suku di Indonesia. Seperti Jawa, Cina, Batak, Padang, Sunda dan bahkan keturunan Timor serta Papua. Namun militansi mereka mencintai desanya pantas diacungi jempol.

Akhirnya dari diskusi itu bermuara pada satu hal, mereka berharap ada satu figur caleg yang mampu membuat perubahan besar di wilayah Cepiring. Namun sayang belum ada yang mampu melakukannya. Dari 11 caleg yang berasal dari Desa Cepiring yang kebanyakan dari partai papan tengah, semuanya merupakan muka baru atau biasa saja. Jadi jangan salahkan jika para Tjepiringers (Sebutan untuk komunitas obrolan Cafe Tjepiring) berucap "Wani Piroo?" alias berani bayar berapa untuk satu suara per kepala mereka. Sebuah tawaran yang tak mahal sebenarnya, jika mengingat besok para caleg itu sukses menjadi anggota DPRD Kendal. (Aryo Widiyanto/Mar)

Aryo Widiyanto adalah pewarta warga yang bisa dihubungi lewat akun facebook: Aryo Widiyanto, twitter: @aryowidi, dan blogspot: aryowidiyanto.blogspot.com.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke citizen6@liputan6.com

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.