Sukses

Mahasiswa Terancam DO, Bantuan Studi Kurang Maksimal

Pimpinan perguruan tinggi tak bisa tinggal diam dalam mengatasi mahasiswa yang terancam putus sekolah atau DO (drop-out). Meskipun Pemerintah pusat dan daerah telah mengucurkan dana bantuan biaya kuliah, namun permasalahannya belum teratasi karena menyangkut besarnya biaya dan sedikitnya jumlah kuota bantuan.

Tangerang, Citizen6: Pimpinan perguruan tinggi tak bisa tinggal diam dalam mengatasi mahasiswa yang terancam putus sekolah atau DO (drop-out). Meskipun Pemerintah pusat dan daerah telah mengucurkan dana bantuan biaya kuliah, namun permasalahannya belum teratasi karena menyangkut besarnya biaya dan sedikitnya jumlah kuota bantuan.

Ketua Sekolah Tinggi Manajemen dan Ilmu Komputer (STMIK) Bina Sarana Global, Cimone Kota Tangerang Banten, H Dedi Royadi MSi, mengatakan pihaknya terpaksa harus mencarikan solusi agar pembiayaan yang ditanggung orang tua mahasiswa segera dapat berkurang. 

Pasalnya, dari sekitar 750 orang mahasiswa di kampus yang terletak dekat terminal bus itu, sebagian diantaranya tidak mampu. Namun, biaya bantuan studi yang didapat pun tidak sebanding dengan biaya pokok pendidikan, praktikum dan keperluan lainnya. 
“Terang kami harus mencarikan dana bagi kelangsungan kuliah beberapa mahasiswa. Saat ini kebutuhan biaya kuliah antara Rp 3-4 Juta per semester dan baru 10 orang yang mendapatkan beasiswa. Mau tak mau terpaksa kami harus putar otak untuk mendapatkan beasiswa dari pemerintah maupun swasta agar studi mereka tidak terganggu atau terancam DO,” ujarnya pada Citizen6, Jumat (14/5). 

Upaya yang dilakukan, lanjutnya, berupa usulan bea pendidikan ke Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) dan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Banten. “Kami baru bisa memberikan beasiswa yang didapat dari Bantuan Belajar Mahasiswa (BBM), Beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) yang dikucurkan Direktorat Perguruan Tinggi dan dana hibah Pemprov Banten,” tambah Dedi.
Sayangnya bantuan yang diharapkan belum sesuai dengan harapan sehingga harus mencari sumber lain dari fihak swasta. Meski tidak menyebutkan secara pasti jumlah mahasiswa di kampusnya yang mempunyai masalah pembayaran administrasi, Dedi mengakui cukup terbantu dan secara khusus kampus juga memberikan bantuan biaya pendidikan dalam bentuk pengurangan biaya.

“Bantuan yang didapat memang belum signifikan mengurangi pembiayaan studi mahasiswa. Namun dana BBM dan PPA yang didapat sekitar Rp 2 Juta untuk seorang mahasiswa per semester, dan hibah Pemprov Banten pada tahun 2012 senilai Rp 50 Juta sebagai bukti perhatian pemerintah pada eksistensi perguruan tinggi. Kami mengharapkan fihak swasta juga mau memberikan tanggung jawab sosialnya,” paparnya. (Edy Syahputra)

*EdySyahputra adalah Pewarta Warga

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke citizen6@liputan6.com

 





 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini