Sukses

4 Cara Atasi Kemacetan Tol Jabodetabek

Semakin banyanya jumlah kendaraan di jalanan Tol Jabodetabek, diperlukan wacana pemikiran dalam mengatasi tol dalam kota Jakarta.

Citizen6, Jakarta: Dengan semakin banyaknya jumlah kendaraan yang berlalu lalang di jalanan Tol Jabodetabek dan juga tidak adanya pengaturan yang tegas terhadap kendaraan berat yang masuk ke jalan tol, ditambah dengan tata ruang yang kurang baik untuk fasilitas-fasilitas perekonomian seperti lokasi pelabuhan, kawasan industri, kawasan pergudangan, dan lain-lain yang tidak terintegrasi, akan menambah semakin semerawutnya jalanan tol terutama dikala jam-jam sibuk, seperti berangkat kerja dan pulang kerja.
 
Dampak dari kemacetan tersebut dapat menyebabkan biaya ekonomi tinggi ditambah dengan tingkat stres masyarakat semakin meningkat. Untuk mengatasi permasalahan kemacetan tersebut, berikut ini adalah beberapa wacana pemikiran dalam mengatasi kemacetan tol dalam kota Jakarta dan juga yang mengarah ke tol Cikunir dan Bekasi.
 
Memang dalam mengatasi masalah kemacetan tol ini perlu biaya, namun akan langsung mengarah ke pemecahan masalah dibandingkan dengan mengeluarkan biaya yang lebih sedikit (efisien) tapi dampak yang diberikan dalam mengatasi kemacetan itu sangat kecil. Seperti yang telah dilakukan pihak jasa marga dengan melebarkan ruas pintu tol Halim. Saat ini macetnya masih saja terjadi karena bottleneck bukan pada pintu tolnya, namun karena menyempitnya jalan yang menuju tol dalam kota Cawang sementara jumlah kendaraan yang masuk tidak pernah di kurangi kuantitasnya.
 
Juga apa yang pernah dilakukan dengan pelebaran di Pintu Tol Bekasi Barat. Pada waktu sibuk tidak ada sama sekali pengaruhnya saat masih sempit dan setelah dilebarkan. Karena bukan lebar atau jumlah pintu tolnya yang jadi masalah tapi jumlah kendaraan yang masuk tidak di kurangi. Misalnya membuka pintu tol baru sehingga kendaraan dari arah Cikampek tidak disatukan dengan dari arah Jakarta pada saat keluar di Bekasi Barat.
 
Masih terdapat beberapa ruas yang selama ini macet, sebenarnya bisa diatasi dengan membangun jalan layang atau pintu keluar tol baru, namun perlu dikaji lebih mendalam kelayakannya sebelum memutuskan pembangunan konstruksi yang hasil akhirnya tidak optimal.

Berikut 4 saran untuk ikut berpartispasi mengatasi kemacetan di ruas tol Jabodetabek.

A. PINTU TOL HALIM

Kemacetan di Pintu Tol Halim yang menuju Tol Dalam Kota dari arah Bekasi terjadi setiap hari kerja pada waktu jam berangkat kerja, yaitu sekitar pukul 07.00 hingga pukul 10.00 WIB.  

Salah satu penyebab kemacetan tersebut yaitu menyempitnya jalan tol yang semula 4 jalur dari arah Pondok Gede menjadi dua jalur tepat pada flyover tol dalam kota, dan satu jalur lagi untuk masuk jalan melingkar yang akan naik ke jalan Tol Sedyatmo. Ditambah banyaknya truk yang akan menuju tol arah Tanjung Priuk.

Meskipun Pihak Jasa Marga sudah menambah dua jalur sebelum dan sesudah Masuk Pintu Toll Halim namun hal ini berdampak kecil sekali terhadap pengurangan kemacetan, hal ini terbukti seteah pengoperasian pintu tol tersebut kemacetan masih tetap mengular hingga pintu tol keluar arah Pondok Gede.

Rekayasa lalu lintas pun sudah dilakukan pihak Dinas Perhubungan DKI dan Jasa Marga dengan membuka access Contra Flow Toll mulai pukul 06.00 WIB hingga pukul 09.30 WIB dari Cawang hingga ke arah Slipi. Hal ini sedikit mengurangi beban pada pertemuan kendaraan dari Tol Bekasi-Jakarta dan Tol Jagorawi. Namun kemacetan saat ini berpindah ke arah Pintu Tol Tegal Parang.

Gambar 1: Suasana kemacetan di Jalan Toll setelah Halim, Senin, 06 Mei 2013.

 Gambar 2: JalanTol dari PintuTol Halim hingga ke Cawang (diambil lewat Google Earth)

 

ALTERNATIF SOLUSI :

1. Membuat jalan layang tol dari pintuk keluar Pondok Gede hingga ke Jalan Kalimalang dan terus hingga tembus ke Jalan Tol Sedyatmo di atas Jalan DI Panjaitan.

Alternatif ini diambil untuk mengurangi kendaraan yang akan masuk ke Jalan Tol Sedyatmo terutama untuk truk yang menuju ke arah Tanjung Priuk atau kendaraan yang akan masuk ke Jagorawi. Dengan pembuatan jalan layang ini maka  kendaraan-kendaraan terutama truk bisa langsung ke Jalan Tol Sedyatmo tanpa harus masuk Pintu tol Halim lagi, sehingga kepadatan di Pintu Tol Halim bisa di pecah. Tentunya hal ini perlu biaya  yang cukup besar untuk pembangunan tersebut. Dari pintu keluar Pondok Gede yang jaraknya kurang lebih 4,64 km, namun bila diukur dengan tingkat kepuasan pelanggan jalan yang menggunakan jalan tol maka biaya tersebut  bisa di fahami.

Jalan tol tambahan ini juga nantinya dapat dibuatkan dengan dua jalur, sehingga bisa dimanfaatkan untuk mengurangi kepadatan dari arah Cempaka Mas ke arah Cawang pada jam pulang kantor. Biasanya dari pukul 18.00 hingga pukul 21.00 WIB terdapat cukup banyak kendaraan yang tujuannya Jakarta–Cikampek. Sehingga  jalur Tol Kebun Nanas–Cawang hanya fokus pada kendaraan yang arah Jagorawi atau arah tol dalam kota saja.

2. Apabila jalur No 1 terlalu panjang maka bisa di-shortcut dari jalan sebelum Pintu Tol Halim menebus  Jalan Kalimalang dan Jalan Tol Sedyatmo.

Jalur ini diambil hanya apabila biaya yang dianggarkan untuk alternatif 1 masih dirasakan terlalu tinggi. Dengan alternatif  2 ini maka jarak alternatif tambahan jalan layang tol hanya berkisar 2,5 km. Namun permasalahannya apakah dari pemilik tanah yang akan di potong dari jalur Tol Halim ke arah Kalimalang bersedia untuk melepaskan kepemilikannya.

Gambar 3: Alternatif Solusi dengan pembuatan Jalan Lying Tol A atau B


B. PINTU TOL TEGAL PARANG

Setelah di operasikannya Jalur Contra Flow Cawang-Slipi maka kemacetan yang biasanya terjadi di  pertemuanCawang (Cikampek Jakarta, Jagorawi, dan Kebon Nanas–Cawang) sudah agak berkurang, meskipun jalur untuk masuk kontra Flow tetap macet, namun sedikit banyak menambah kecepatan rata-rata jalan tol dalam Kota Cawang arah Kuningan.

Kemacetan yang masih terasa cukup berat, diwaktu jam masuk kantor, yaitu mendekati Fly Over Kuningan. Hal ini disebabkan banyaknya kendaraan yang akan keluar Pintu Tol Tegal Parang. Karena pintu tol di depannya yaitu Komdak sudah masuk jalur 'Three in One', ada kemungkinan kendaraan tersebut menghindari jalur 'Three in one' , sehingga harus masuk Jalan Rasuna Said dan menyusuri jalan non three in one hingga ke gedung-gedung di Jalan Thamrin. Di samping banyak juga yang memang harus ke Jalan Rasuna Said karena berkantor di gedung Jalan Rasuna Said. 

Gambar 4: Jalan Tol dalam Kota, Pintu Tol Tegal Parang

ALTERNATIF SOLUSI:

1.  Membuat tambahan Jalur keluar Jalan layang Tol yang khusus keluar ke arah Jalan Rasuna Said.


Gambar 5: Pembuatan konstruksi jalan layang yang membuka access langsung ke Jalan Rasuna Said tanpa perlu keluar tol.

Konstruksi ini diperlukan untuk memecah terkonsentrasinya kendaraan yang keluar di Pintu Tol Tegal Parang  yang bertemu dengan kendaraan dari arah Jalan MT Haryono-Traffic Light Kuningan, sehingga kendaraan yang akan menuju Jalan Rasuna Said tidak perlu keluar tol dan langsung menaiki jalan layang tersebut.

Dengan keluarnya kendaraan dari tol tersebut yang memang tujuannya ke Rasuna Said, seperti yang terjadi saat ini, akan membuat macet di PintuTol Tegal Parang karena adanya pertemuan kendaraan dari jalan non tol  dan di depannya terdapat traffic light. Hal ini tentu membatasi kendaraan yang akan keluar tol.

Namun bukan berarti pintu tol  keluar di Tegal Parang ini ditutup, hal ini karena masih dibutuhkan untuk kendaraan yang akan menuju jalan dari simpang Kuningan ke arah komdak.

C.  PINTU TOL BEKASI BARAT

Coba bila kita perhatikan, kendaraan dari arah Tol Cikampek yang akan keluar ke Bekasi Barat dan selanjutnya menuju ke Jalan Siliwangi Bekasi, yang biasanya di dominasi truk-truk besar, jalurnya sangat rumit. Akibatnya banyak truk yang dipaksa untuk bermacet ria dengan bertemunya kendaraan yang keluar tol Bekasi Barat dari arah Cawang, Jakarta.

Hal ini menyebabkan pintu keluar Bekasi Barat menjadi sangat macet dikala pulang kantor atau bahkan di hari Sabtu atau Minggu. Karena setelah Pintu Tol Bekasi Barat ada pertemuan antara kendaraan dari Jakarta dan dari Cikampek yang menyatu di Pintu Tol Bekasi Barat. Ditambah lagi di depannya dihadang dengan traffic light yang sering kali macet akibat kurang tertibnya para pengguna kendaraan.



ALTERNATIF SOLUSI:

Solusinya yang paling mudah yaitu membuka PintuTol dari arah Cikampek, yaitu membuka PintuTol Tambahan di no.1 (Tol Cikampek arah Jakarta masuk keJ alan A Yani) atau no 2 (Tol Cikampek arah Jakarta masuk ke Jalan Teuku Umar), sehingga kendaraan yang dari Tol Cikampek yang akan menuju ke arah Jalan Siliwangi atau Jalan Raya Narogong, dimana tujuan tersebut banyak sekali pabrik danjuga perumahan, maka tidak perlu bertemu dengan kendaraan yang akan keluar to Bekasi Barat dari arah Jakarta.

Hal ini akan sangat mengurangi beban macetnya pintuTol Bekasi Barat  yang saat ini sering sekali terjadi, terutama pada saat pulang kantor dan juga Sabtu, karena kurangnya pengaturan dari aparat kepolisian. Pembukaan pintu baru tol ini bukan dimaksudakan untuk menutup pintu tol dari arah Cikampek ke Bekasi Barat yang sudah ada, karena pintu tol ini tetap diperlukan manakala kendaraan yang akan menuju Jalan A Yani tetap mendapatkan access.




D. KEMACETAN SIMPANG SUSUN CIKUNIR

Kemacetan di simpang susunCikunir, yaitu kendaraan dari arah Cakung yang akan menuju ke arah tolCikampek yang di dominasi kendaraan truk terjadi hampir setiap hari. Waktunya pun sangat sporadis dan tidak mengenal waktu, meskipun pihak jalan tol sudah melebarkan jalan tersebut, yang sebelumnya hanya satu jalur dan saat ini sudah dua jalur.

Namun hal ini tidak merubah situasi kemacetan tersebut. Ini disebabkan karena pengaturan rekayasa lalu lintas yang diterapkan tidaklah tepat. Mengapa tidak tepat? Karena jalur kendaraan yang dari arah Jakarta, JORR Jatiasih, dan dari Cakung yang semuanya akan menuju Tol Cikampek disatukan di mulut tol yang sama, yang ruas tolnya sudah menyempit 4 ruas. Sehingga hal ini menjadi bottleneck di pertemuan tersebut.

ALTERNATIF SOLUSI:

Seharusnya dibuat rekayasa lalu lintas, yaitu kendaraan dari tol arah Jakarta, arahJORR Jatiasih, dan dari Cakung yang semuanya akan menuju Tol Cikampek tidakkeluar di mulut yang sama persis. Misalnya kendaraan yang dari arah tol JORR Jatiasih yang akan menuju Tol Cikampek sudah dipisahkan antara jalur truk dan mobilpribadi. Dimana kendaraan kecil pribadi sudah dikeluarkan berangsur-angsur mulai di bawah jalan susun, sedangkan truk dikeluarkan di depannya lagi, namun tetap dibuat tidak bertemu dengan kendaraan yang keluar dariTol JORR dari arah Cakung. Dengan demikian maka kemacetan di lokasi simpang susun tersebut dapat dihindari.


(Abdul Rauf/Mar)


Abdul Rauf adalah pewarta warga dan juga Alumni Teknik Sipil Universitas Sriwijaya 1991

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke citizen6@liputan6.com.

 




* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini