Sukses

Petani Prambanan Uji Coba Panen Mekanis

Dalam upaya meningkatkan produktivitas hasil pertanian, para petani di wilayah Prambanan, Kabupaten Klaten uji coba mekanisasi pertanian.

Citizen6, Yogyakarta: Dalam upaya meningkatkan produktivitas hasil pertanian, para petani di wilayah Prambanan, Kabupaten Klaten melakukan uji coba mekanisasi pertanian. Proses uji coba ini meliputi bercocok tanam, mulai dari tanam benih sampai dengan pemanenan hasil tanam.

Untuk tanam, para petani menggunakan mesin demplot, sedangkan untuk panen menggunakan mesin panen mekanis terpadu. Petani berharap dengan adanya mekanisasi pertanian ini, biaya perawatan dan pemanenan padi dapat lebih dihemat.

Salah satu wilayah  yang menerapkan mekanisasi pertanian adalah Desa Kebondalem Lor, Kecamatan Prambanan Klaten, yang pada Rabu 19 Juni kemarin menyelenggarakan panen raya padi organik jenis Raja Lele. Pemanenan dilakukan di tanah Kas Desa setempat yang luasnya sekitar 5 hektar. Dari tahap ujicoba mesin panen ini dapat menghasilkan gabah segar sebanyak 9 ton.

Kepala Desa Kebondalem Lor, Kecamatan Prambanan,Klaten  Didik Purwadi Nugroho mengungkapkan, ujicoba mekanisasi pertanian ini dilatar belakangi semakin langkanya tenaga buruh tani. Sebab, bagi kalangan muda, sektor pertanian diangap tidak lagi menarik karena bertani identik dengan kemiskinan dan kotor.

"Sekarang sangat sulit mencari tenaga muda untuk tanam dan panen. Sebab, anak-anak muda yang usia remaja, jika tak meneruskan kuliah langsung kerja di luar kota," ujar Didik disela-sela kegiatan panen raya.

Dijelaskan Didik,  penerapan mesin untuk tanam dan panen ini dari sisi biaya bagi petani lebih menghemat, terutama lebih hemat waktu. Sebab, jika secara manual petani membutuhkan banyak tenaga kerja, dengan adanya mesin ini, cukup dikerjakan dengan satu orang operator saja. Untuk pemanenan padi misalnya, lahan 5 hektar cukup diselesaikan hanya dalam waktu sekitar 4 jam saja. Padahal jika dikerjakan secara manual, dengan buruh tani, setidaknya membutuhkan waktu 2 hari.

"Kalau secara manual, kalau pingin cepat ya harus banyak orang," ungkap Didik.

Ditambahkan Didik, dalam melakukan pemanenan mekanis, petani hanya mengeluarkan biaya sekitar Rp 300 ribu saja, sedangkan untuk pemanenan secara manual biayanya dihitung Rp 25 ribu per karung pupuk. Di samping itu, pemanenan dengan cara mekanis ini jauh lebih praktis, karena hasil panen dari mesin panen langsung berupa gabah segar.

"Jadi sepulang dari sawah, petani langsung membawa pulang gabah segar, sehingga waktu panen menjadi lebih singkat," jelas Didik.

Didik juga menjelaskan, mesin panen mekanis ini berbahan bakar solar. Untuk sekali isi bahan bakar dibutuhkan 40 liter solar. Biaya untuk mengisi bahan bakar ini ditanggung para petani secara gotong royong sehingga menjadi lebih ringan.

Agar proses pemanen secara mekanis ini dapat berlangsung cepat, maka diperlukan beberapa kondisi lahan, antara lain lahan pertanian yang tidak berair dan dalam kondisi yang relatif datar.

"Walaupun padi dalam kondisi rebah, mesin ini tetap dapat memanen, asalkan lahan sawah tidak berair," ujar Didik. (Sulistyawan Jogja/Mar)

Sulistyawan Jogja adalah pewarta warga.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke citizen6@liputan6.com.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

    Video Terkini