Sukses

(Masih Tentang) Masalah Pemilihan Miss World di Indonesia

Penyelenggaraan pemilihan Miss World tahun 20123 di Bali merupakan masalah yang dapat dilihat dari dua aspek

Citizen6, Jakarta: Penyelenggaraan pemilihan Miss World tahun 20123 di Bali merupakan masalah yang dapat dilihat dari dua aspek, yaitu sebagai aspek kegiatan Pariwisata dan aspek sosial politik dan keamanan. Penyelenggaraan pemilihan Miss Worlddi Pulau Bali dapat dianggap sebagai peluang pariwisata, karena event ini  selain akan secara fisik menarik sejumlah besar pendatang dari banyak negara, bahkan seluruh dunia, juga sekaligus menjadi sarana penyebaran informasi tentang Bali sebagai obyek turisme yang indah dan betaraf internasional. Penyelenggaraan pemilihan Miss Worlddi Bali, akan lebih memperkenalkan Pulau Bali sebagai bagian dari Indonesia, di fora internasional.

Namun demikian, kondisi sosial ekonomi, politik dan keamanan meskipun dipermukaan dapat kita katakan aman, kondusif bagi berbagai kegiatan termasuk pariwisata, tetapi  dibawah permukaan mengandung unsur-unsur sensitif yang tidak  kondusif bagi event yang akan terjadi. Rencana Pertunjukan Lady Gaga di Jakarta yang kemudian dibatalkan merupakan salah satu pengalaman  pahit, bahwa penyelenggaraan pemilihan Miss Worldyang terkenal vulgar dalam mengekspose kondisi tubuh pesertanya pasti merupakan isu yang tidak akan gampang lolos dalam visi sekelompok masyarakat tertentu di Indonesia, yang karena karakteristiknya yang berwawasan ekstrim, konservatif dan berperilaku radikal.

Munculnya persetujuan tentang penyelenggaraan pemilihan Miss Worlddi Bali,  yang baru gencar beritanya dalam minggu terakhir ini, mengesankan  seakan-akan sebuah konspirasi sosial  telah terjadi  antara pengusaha/sponsor/penyelenggara Event internasional ini bersama pihak terkait,  yaitu memfait accompli banyak fihak agar Event Internasional pemilihan Miss Worldtersebut terpaksa diakomodasi karena telah terjadi komitmen yang menyangkut dunia tersebut pasti akan sangat sulit dibatalkan. Rasanya tidak ada sosialisasi dari event Internasional ini kedalam masyarakat yang sangat sensitif emosional dalam masalah-masalah semacam ini.

Adanya proses perijinan dan lain-lain dari event Internasional yang sangat tinggi resikonya ini, karena mengesankan telah mengabaikan kondisi sosial politik, ekonomi  maupun keamanan yang sangat jelas akan mudah terkait didalamnya. Secara sosial politik event yang tidak didukung semua fihak jelas hanya akan merupakan kritik dan perlawanan  terhadap kewibawaan negarah. Secara sosial ekonomi, banyak situasi dewasa ini yang terjadi di Indonesia berbanding terbalik dengan Miss World 2013 yang glamour.

Dari aspek keamanan  mereka yang menentang event ini bukanlah kelompok yang tiba-tiba muncul karena rekayasa, tetapi merupakan masalah sosial dan keamanan yang krusial,  yang justeru telah muncul  seirama dengan derap reformasi yang liberalistik, dengan karakteristik yang cukup pelik menghadapinya. Kelompok ini mempunyai wawasan yang sangat konservatif dalam menghayati  keyakinan agamanya, sangat ekstrim didalam melaksanakan keyakinan agamanya itu dan bisa sangat radikal didalam menghadapi lingkungan yang dianggap tidak menghormati keyakinan agamanya itu. Meskipun karakteristik tersebut tidak benar tetapi itulah kenyataannya. Dan apakah ada pihak-pihak yang gagah berani menghadapinya mulai dari pendekatan hukum membubarkan dan melarang mereka atau menumpasnya apabila kekerasan harus terjadi, untuk mengambil risiko tersebut.

Pemerintah sendiri, khususnya aparatur keamanan di fait accomply, karena menyarankan agar membatalkan event tersebut, jelas sesuatu yang terasa tidak mungkin, karena hari H sudah didepan mata. Dengan demikian, maka artinya dengan terpaksa berbagai fihak  akan  mempersilahkan penyelenggara melanjutkan hajatannya dengan kemungkinan resiko keamanan yang sulit diramalkan, namun  pasti akan terjadi, kalau tidak di Bali juga bisa ditempat lain.  Tugas Pengamanan terpaksa  harus diterima  sebagai seolah olah sebuah  kewajiban demi terwujudnya sebuah kepentingan masyarakat, padahal masyarakat yang jeli akan tersenyum karena aparatur keamanan harus mati-matian bekerja demi kepentingan sponsor/pengusaha/penyelenggara bisnis besar tersebut.

Event pemilihan Miss Worldmemang seharusnya tidak diselenggarakan di Indonesia, risikonya memang besar dan banyak, pamor internasional yang kita garapkan menjadi faktor plus bagi sektor pariwisata, bahkan bisa terseret oleh beberbagai berita kemungkinan kekacauan yag terjadi, inilah perang asimetris sebenarnya yang terjadi dibalik penyelenggaraan Miss Universe. Mereka yang mendukung Miss World khususnya dari pihak asing sebenarnya sudah menyadari kalau event ini sudah pasti akan membuat situasi panas di dalam negeri, mereka tidak menutup kemungkinan membawa misi “testing the water” terhadap sikon di Indonesia.

Bangsa Indonesia nampaknya memang masih mudah rancu melihat sesuatu yang bercorak internasional dari sisi kepentingan nasional,  sebagai sebuah ilustrasi Konferensi APEC di Bali pada bulan Oktober 2013 inilah peristiwa internasional yang all out harus di tangani oleh bangsa Indonesia dengan sempurna. Tetapi event pemilihan Miss Worldpada dasarnya hanyalah sebuah kepentingan sekelompok pemilik modal/capitalist dunia yang mengeksploiasi dunia wanita, yang tidak seharusnya dengan all out harus didukung.

Nampaknya Kantor Menko Kesra setelah mengamati situasi yang terjadi sehubungan diselenggarakannya Pemilihan Miss World telah mengambil keputusan sbb yaitu pemerintah akhirnya membatalkan penutupan Miss World yang sebelumnya dijadwalkan di Sentul, Bogor, Jawa Barat. Keputusan tersebut berdasarkan hasil rapat koordinasi (rakor) di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra) terkait pelaksanaan kontes Miss World di Indonesia, Sabtu (7/9/2013). Rakor diikuti Menkokesra Agung Laksono, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang diwakili Sapta Nirwandarm serta Kapolri Jenderal Timur Pradopo.  Semoga saja pelaksanaan Miss World di Bali akan berjalan lancar, bukan sebaliknya karena akan merusak citra dan meningkatkan country risk di Indonesia. (Linda Rahmawati/kw)

*) Linda Rahmawati adalah peneliti di Pusat Studi Lingkungan Strategis (Pus Lingstra) Jakarta. Mahasiswi pasca sarjana.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.

Mulai 10-20 September ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "Komunitasku Keren!". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.



* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.