Sukses

Urgensi KTT Apec 2013

Setidaknya ada 5 poin penting yang bisa menjadi dasar menyusun skema dan strategi memanfaatkan secara maksimal kerjasama antarnegara APEC.

Citizen6, Jakarta - Dari hasil diskusi panel Kementerian Perdagangan dan ISEI dalam rangka menyongsong KTT APEC Oktober 2013 mendatang, setidaknya ada lima poin penting yang kiranya bisa menjadi dasar menyusun skema dan strategi memanfaatkan secara maksimal kerjasama antarnegara-negara APEC. Lima poin penting tersebut yaitu:Indonesia perlu membuat peta isu-isu prioritas dengan mengukur untung dan ruginya ; Melakukan kolaboras iintensif dengan pengusaha ; Melaksanakan peran Think Thank dan membangun sinergitas yang komprehentsif ; Perlu langkah-langkah strategis dengan mengedepankan kepentingan nasional ; Perlu kerjasama yang lebih kuat dari para pemangku kepentingan untuk memanfaatkan kerjasama APEC.

Sayang sekali meski penuh dengan itikad baik, dari perspektif kebijakan strategis dari Kementerian Perdagangan belum menemukan sasaran strategis yang tepat. Dalam paparannya pada diskusi panel tersebut, Menteri Perdagangan memang menekankan pentingnya agar Indonesia mendorong kesepakatan di bidang pertanian, fasilitas perdagangan, dan paket untuk negara-negara berkembang.Sayangnya apa yang dipresentasikan oleh Menteri Perdangan baru sebatas unjuk niat baik namun belum jelas skema dan strateginya. Sementara itu, forum diskusi panel baru merumuskan secara normative betapa pentingya mengevaluasi kesiapan dunia usaha Indonesia dalam memanfaatkan dan memaksimalkan skema APEC, serta posisi Indonesia pada APEC 2013.

Berbicara soal penyusunan skema dan strategi memanfaatkan secara maksimal kerjasama antar negara-negara APEC, maka Indonesia harus bertumpu pada gagasan untuk memanfaatkan momentum KTT APEC 2013 sebagai Kebangkitan Politik Luar Negeri Indonesia yang Bebas dan Aktif.

Dengan kata lain, KTT APEC 2013 mendatang harus dipandang oleh para pemangku kepentingan (utamanya kementerian-kementerian dibawah kendali Kementerian Koordinator Perekonomian Nasional) sebagai Perang Diplomasi di ranah ekonomi dan perdagangan. Karena itu, rujukan-rujukan pustaka terkait konsepsi Politik Luar Negeri RI harus dipahami dan dihayati oleh para pemangku kepentingan terkait APEC 2013, sehingga bias didayagunakan sebagaimana mestinya.


KTT APEC 2013: Momentum KebangkitanPolitikLuarNegeriBebasAktif


Kebangkitan Politik Luar Negeri Indonesia diharapkan terjadi pada KTT APEC 2013 di Bali, yaitu ketika Indonesia mengambilalih peran kepemimpinan APEC dari Rusia. September tahun ini, KTT APEC akan digelar di Vladivostok, Rusia, dan sudah selayaknya jika para pemangku kepentingan kebijakan luar negeri, terutama Kementerian Luar Negeri mulai mengidentifikasikan beberapa peluang strategis yang bisa saja dibahan pertimbangan untuk pemberdayaan politik luarnegeri dan kepentingan nasional Indonesia.
Dengan menyerap inspirasi dari Rusia sebagai tuan rumah pada KTT APEC di Vladivostok  tahun lalu.

Sekadar ilustrasi, sebenarnya kalau para pemegang otoritas kebijakan luar negeri RI cukup jeli, peluang tersebut sudah terbentang di depan mata pada 24 Februari 2012 lalu, ketika pada pertemuan APEC Business Advisory Council (ABAC) yang berlangsung di Hongkong, Rusia menawarkan sebuah prakarsa untuk menciptakan bantuan dana bagi alih teknologi (APEC Transfer Technology Fund), berdasarkan prinsip jual-beli (Selling-Buying). Gagasan di balik prakarsa Rusia tersebut adalah, dimungkinkan adanya fasilitas terciptanya alih teknologi antar sesame Negara anggota APEC. Pada saat yang sama akan terjalin kerjasama yang saling menguntungkan antara Rusia dan negara-negara berkembang yang tergabung dalam APEC, untuk memodernisasikan perekonomian mereka masing-masing. Untuk mengurangi kesenjangan ekonomi di kawasan Asia Pasifik. Dan semakin mempercepat pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Pasifik.

Dalam pada itu, Indonesia sudah seharusnya menyikapi situasi tersebut dengan penuh harapan. Apalagi ter-hadap usulan skema Rusia tentang APEC Transfer Technology Fund, China mendukung penuh usulan alih teknologi Rusia bagi para anggota negara-negara APEC tersebut. Karena gagasan tersebut akan membuka akses negara-negara berkembang dalam penguasaan teknologi canggih demi kemajuan perekonomian negara-negara tersebut.

Padatataran ini, Politik Luar Negeri Indonesia yang Bebas dan Aktif yang sudah menjadi pedoman Indonesia sejak awal kemerdekaan pada 1948, para pemangku kepentingan kebijakan luarnegeri Indonesia utamanya Kementerian Luar Negeri, nampaknya harus lebih imajinatif dalam menerapkan Politik Luar Negeri Indonesia yang bebas dan aktif.

Bebas bukan berarti semata-mata tidak berpihak pada salah satu blok yang terlibat dalam pertarungan global seperti ketika era perang dingin terjadi antara Amerika Serikat versus Uni Soviet dan China. Namun pada saat yang sama, harus bias memposisikan sikap Indonesia untuk bebas memilih salah satu Negara adidaya apabila memang dipandang dari sisi kepentingan nasional, akan menguntungkan posisi dan peran strategis Indonesia di dunia internasional.

Maka dari itu, dalam soal menyikapi soal KTT APEC 2013 yang mana Indonesia akan bertindak selaku Tuan Rumah, maupun pada KTT 2012 yang mana me-rupakan target antara sekaligus momentum pemanasan bagi Indonesia untuk memainkan peran yang lebih strategis dan ofensif di mata dunia internasional, maka KementerianLuarNegeri nampaknya harus menyikapi peran Indonesia pada KTT APEC 2012 maupun 2013, tidak semata-mata sebagai penanganan masalah teknis kerjasama ekonomi-perdagangan. Melainkan juga harus memandang peran Indonesia di APEC sebagai bagian dari Politik Luar Negeri dan Diplomasi Total. Isu alih teknologi yang sempat diusulkan oleh Rusia pada pertemuan ABAC, 24 February 2012, perlu disikapi oleh Kementerian Luar Negeri dalam perspektif politikluar negeri yang bebas dan aktif.

Dalam pertarungan global antara Amerika versus Rusia-China dalam beberapa waktu belakangan ini, Indonesia memang tidak boleh memihak salah satu blok tanpa pertimbangan-pertimbangan strategis yang jelas bagi kepentingan nasional Indonesia dan dalam kerangka mendukung kepentingan nasional Indonesia di dunia internasional.

Maka ketika kita sebagai elemen bangsa sedang menghadapi konstalasi global seperti yang berkembang saat ini, ketika Rusia maupun China semakin memperlihatkan itikad baiknya dalam menawarkan berbagai kerjasama strategis di berbagai bidang, kiranya masuk akal jika para pemangku kepentingan politik luar negeri Indonesia memandang kerjasama Indonesia-Rusia amat berpotensi untuk menaikkan kembali pamordan peran strategis Indonesia secara geopolitik, baik di kawasan ASEAN maupun Asia-Pasifik, dalam dua tahun kedepan.Hendaknya, hal ini menjadi dasar pertimbangan penyusunan kebijakan strategis Indonesia dalam melancarkan perang di medan diplomasi melalui forum KTT APEC 2013 mendatang.
                                                      
 *Arman Ndupa adalah peneliti -  Analis Kajian Strategis Nusantara Bersatu)

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini