Sukses

Batik Printing Semakin Marak

Serbuan batik printing membuat masyarakat pecinta dan perajin batik menjadi sangat miris.

Citizen6, Yogyakarta: Dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional, Paguyuban Pecinta Batik "Sekar Jagad" Yogyakarta dan Asosiasi Perancang dan Pengusaha Mode Indonesia (APPMI ) DIY,  selama bulan Oktober  menggelar serangkaian kegiatan. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya untuk tetap menjaga eksistensi batik sebagai warisan cagar budaya tak benda.

Ketua panitia, Afif Syakur mengungkapkan setelah batik dinyatakan sebagai warisan cagar budaya tak benda, bangsa Indonesia dilanda euphoria terhadap batik. Kondisi ini disatu sisi merupakan hal yang bagus, namun, disisi lain, euphoria ini juga mengkhawatirkan karena moment euphoria tersebut disusul dengan serbuan batik printing dengan jumlah yang sangat besar. Kondisi ini tentu saja membuat  masyarakat pecinta dan perajin batik menjadi sangat miris.

Salah satu penyebab serbuan batik printing ini nyaris tak dapat dicegah karena selama ini masyarakat awam  belum mempunyai pemahaman yang benar terhadap batik. Karena itu, mereka membeli batik printing semata-mata karena harga yang murah. Jika ini terus menerus terjadi, maka eksistensi batik ini dapat terancam dan penghargaan batik sebagai warisan budaya yang diberikan UNESCO itu dapat dicabut. "Sekarang masih banyak orang yang belum bisa membedakan kain batik dengan tentun motif batik. Karena itu ini menjadi tanggung jawab kita untuk terus menerus memberikan edukasi kepada masyarakat," ujar Afif kepada wartawan   Rabu, 2 Oktober 2013 di Pendhapa Royal Ambarrukmo Hotel Yogyakarta.

Diungkapkan Afif,  salah satu upaya mengedukasi masyarakat agar senantiasa mencintai batik adalah dengan melakukan kampanye cinta batik. Oleh karena itu, serangkaian kegiatan yang digelar Sekar Jagat itu, tujuan utama adalah  upaya kembali mengkampanyekan gerakan cinta  batik.  Adapun kegiatan yang akan digelar antara lain adalah  Peragaan Busana "Batik On The Street", workshop batik dan pameran batik di sejumlah hotel dan mall yang ada di Yogyakarta.  Hal ini dilakukan agar  nuansa batik benar-benar menonjol selama perayaan Hari Batik tersebut.  "Yogyakarta ini merupakan salah satu daerah penghasl batik klasik asli. Di sini kita banyak menemui motif-motif batik mulai dari yang umurnya ratusan tahun yang modern.  Karena itu, eksistensi batik di Yogya ini harus kita jaga  dan kita lestarikan. Bahkan kita  sedang terus berupaya agar batik itu dapat kembali menjadi industri kerajinan rakyat seperti di masa lalu." ujar Afif.

Sementara itu Ketua APPMI DIY, Lia Mustafa mengatakan bahwa selembar batik itu selain merupakan hasil kerajinan, tetapi  batik juga mengandung sistem nilai, simbol dan filosofi dari ragam motif dan tata warna yang tertoreh. Oleh karena itu, masyarakat khususnya kaum muda perlu di edukasi agar mereka semakin menghargai terhadap batik.  Untuk itu, APPMI akan menyelenggarakan kegiatan Sarasehan tentang batik sebagai sarana edukasi tentang batik terhadap generasi muda. Sementara itu, terhadapan pagelaran Batik On The Street yang akan digelar di kawasan Prawirotaman akan diperagakan beragam motif batik gaul yang dapat dipakai oleh kaum muda dalam suasana apa saja. "Selama ini yang kita tahu batik hanya dapat dipakai di suasana resmi. Oleh karena itu kali ini kita tampilkan rancangan batik gaul buat kaum muda." ujar Lia. (Sulistyawan/Arn)

*Sulistyawan adalah pewarta warga.

Mulai 30 September-11 Oktober ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "Oleh-oleh Khas Kotaku". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.