Sukses

Perlukah Poros Tengah Jilid II?

Dalam setiap periode sejarah Bangsa dan Negara, fenomena keprihatinan condong muncul menyertai menjelang dilaksanakannya pesta demokrasi

Citizen6, Jakarta: Dalam setiap periode sejarah Bangsa dan Negara, fenomena keprihatinan condong muncul menyertai menjelang dilaksanakannya pesta demokrasi atau lebih dikenal dengan Pemilu, baik pemilu legislatif (pilleg) maupun pemilu pemilihan presiden (pilpres). Hal ini sudah terlihat dari kesibukan yang dipersiapkan pemerintah dengan segala perangkatnya, begitu juga partai politik sebagai peserta pemilu 2014 mendatang. Tetapi yang lebih menarik adalah persiapan partai politik untuk mengusung calonnya untuk memimpin bangsa ini lima tahun kedepan.

Dari berbagai pemberitaan di media massa cetak maupun elektronik serta di jejaring sosial, sudah terbaca strategi yang dilakukan pengurus partai politik beserta kadernya bagaimana cara untuk mengusung calonnya agar bisa ikut dalam pemilu presiden (pilpres) dan menang, salah satunya adalah Amien Rais yang ingin menggulangi kembali kesuksesannya. Gerilya Amien Rais  untuk kembali mengulang kesuksesan tersebut hanya baru sebatas wacana, pembentukan Poros Tengah jilid II menjelang Pemilu 2014 mendatang terus didengungkan.
          
Poros Tengah ini merupakan koalisi beberapa partai bernafaskan Islam seperti PAN, PPP, PKB, PKS dan PBB. Sejumlah tokoh Islam seperti Mahfud MD, Amien Rais, KH Hasyim Muzadi dan Tjatur Sapto Edy terus melakukan pertemuan-pertemuan. Partai-Partai Islam berkoalisi dalam rangka memilih satu figur yang akan diusung menjadi calon presiden 2014 mendatang. Wacana ini bukan tidak mungkin hasilnya akan sangat signifikan, tetapi kita juga harus melihat contoh kepada Poros Tengah Jilid I. Semua bisa punya peluang, idealnya parpol-parpol Islam berkoalisi, namun permasalahan akan  timbul, saat parpol-parpol peserta mengerucutkan calon yang akan diusung. Biasanya dalam mencari satu figur yang bisa disepakati untuk diusung menjadi calon presiden disitu akan timbul juga permasalahan, oleh sebab itu maka bisa dikategorikan rencana tersebut baru sebatas wacana.  
        
Poros Tengah Jilid II ini merupakan sebangsa operasi senyap yang dilakukan  Amien Rais yang diketahui publik dan akhirnya melahirkan beragam macam tafsiran. Gagasan yang dilakukan tersebut adalah keinginan untuk mencoba kembali menghidupkan Poros Tengah,  seperti yang pernah dilakukan di tahun 1999, dimana poros tengah saat itu  berhasil membuahkan kesuksesan dan mengantarkan sosok Gus Dur menduduki kursi kepresidenan dan Amien Rais sendiri waktu itu sukses menduduki kursi Ketua MPR/DPR-RI. Dalam Pembentukan Poros Tengah Jilid II ini perlu dilakukan suatu kajian yang tajam, karena salah satu keberhasilan Poros Tengah jilid I waktu itu adalah menjadikan rezim Orde Baru dan Golkar musuh bersama, tapi untuk sekarang ini cukup sulit.
       
Menyatukan kelompok massa Islam adalah ikhtiar sejarah yang selalu gagal dalam sejarah politik Islam di negara ini, hal tersebut tergambar dalam sejarah Masyumi, Nahdatul Ulama/NU, Muhammadiyah dan Perti. Jika diambil parameter historis  dan politiknya adalah Partai Persatuan Pembanguna (PPP) hal tersebut cukup keliru. Dimana saat itu penyatuan kelompok tersebut  sangat dipaksakan oleh rezim penguasa (Orde Baru) saat itu, yang dikenal dengan istilah Fusi. Setelah itu kita lihat gambaran sejarah berdirinya Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) tahun 1990 yang dimotori para akademisi, teknokrat dan birokrat Islam, ini juga wadah bersatunya kalangan Islam yang dalam pembentukkannya juga dipaksakan, oleh sebab itu Gus Dur melakukan penolak untuk bergabung dengan kelompok tersebut, karena ICMI dinilai sebagai bentuk politik sektarian belaka. Untuk menandingi kelompok ICMI tersebut Gus Dur membentuk kelompok tandingan, yaitu “Prodem” (Pro Demokrasi) yang anggotanya adalah para pemikir dan aktivis dari lintas agama dan kelompok.  
         
Setelah runtuhnya rezim Orde Baru, parpol maupun ormas tumbuh bagaikan jamur terutama dari kalangan mayoritas, semua kelompok tersebut selalu menyatakan kalimat yang selalu dimunculkan “demi kepentingan Rakyat, buat bangsa dan negara” dan lain sebagainya, namun hasilnya sampai detik belum begitu nyata terlihat.
         
Pascareformasi 1998 aspirasi politik umat Islam makin mengalami derivasi yang begitu luas, dihirupnya udara kebebasan dan demokrasi, menghidupkan kembali partisipasi masyarakat Islam Indonesia, untuk tidak takut bersuara, berorganisasi dan menyampaikan aspirasinya. Pada Pemilu tahun 1999 sejarah membuktikan, dari 48 partai politik (parpol) peserta Pemilu, sekitar 20 parpol adalah parpol bernafaskan Islam. Wadah Pemilu tersebut makin menampakkan bahwa kohesivitas umat kian tergerus. Umat Islam terpecah belah ke dalam berbagai lintas parpol Islam.
        
Untuk menghadapi Pilpres 2014 mendatang dapat diprediksi Poros Tengah Jilid II sulit terbentuk karena berbagai kepentingan yang beragam dari masing-masing partai Islam, hal ini bisa terlihat dari perjalanan sejarah politik Islam. Politik aliran sekarang ini tidak lagi dominan dalam kancah perpolitikan nasional. Dari survei-survei terhadap parpol nasional menunjukkan ketertarikan masyarakat Indonesia yang mayoritas Islam masih mempercayai partai non agama atau partai nasionalis (Golkar, PDIP, Gerindra, atau Hanura). Suara PKS, PPP, PKB, PBB dan PAN dalam Pemilu 2009 jauh di bawah partai non agama. Hal ini diprediksi akan terus terjadi dalam Pemilu 2014 mendatang. Langkah politik Amien Rais membangunkan kembali Poros Tengah hanya sekedar konspirasi untuk memuluskan jalan Hatta Radjasa sebagai muridnya menuju Presiden 2014 s/d 2019. Wallahuallam. (Datuak Alat Tjumano/bnu)

Datuak Alat Tjumano adalah pewarta warga.

Mulai 30 September-11 Oktober ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "Oleh-oleh Khas Kotaku". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini