Sukses

Indonesia Di Mata Negara Sahabat Pasifik Selatan

Indonesia memiliki sumberdaya manusia, serta sumber daya alam yang cukup untuk mencapai kemajuan bangsa.

Citizen6, Jakarta - Indonesia memiliki sumberdaya manusia, serta sumber daya alam yang cukup untuk mencapai kemajuan bangsa. Pertumbuhan ekonomi Indonesia telah mengalami peningkatan yang signifikan. Dimana pada 2011, tingkat ekonomi Indonesia telah mengalahkan ekonomi Belanda dimana Produksi domestik bruto (PDB) Indonesia saat ini sudah 800 miliar dolar AS lebih, sedangkan Belanda hanya 700 miliar dolar lebih. "Kekompakan dan Keseimbangan adalah kunci kesuksesan, yaitu kompak antara pemimpin dengan orang yang dipimpinnya, Kompak antara pemimpin dengan pemimpin, dan masyarakat dengan masyarakat, serta Kesimbangan antara manusia dan lingkungannya  akan membawa bangsa ini maju lebih cepat", kekompakan disini yang dimaksud adalah Nasionalisme. Nasionalisme dapat menonjolkan dirinya sebagai  paham negara atau gerakan (bukan negara) yang populer berdasarkan pendapat warganegara, etnis, budaya, keagamaan dan ideologi.

Kategori tersebut lazimnya berkaitan dan kebanyakan teori nasionalisme mencampuradukkan sebagian atau semua elemen tersebut. Indonesia dengan keragaman budaya dan bahasa menjadi gudang ilmu bagi dunia dalam mempelajari adat istiadat manusia pada masa lampau.  Kemampuan bangsa ini menjaga kebudayaan agar tidak punah memberikan keuntungan tersendiri bagi bangsa ini.  Dunia asing bisa mengenal Indonesia yang sangat berkarakter dalam adat istiadatnya.  Warisan budaya masyarakat Indonesia menjadi identitas unik dan sulit untuk dileburkan bersama dengan pengaruh asing.

Acara perhelatan akbar yang melibatkan  negara-negara di Asia Pasifik, yakni penyelenggaraan KTT APEC di Nusa Dua Bali (Indonesia). Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyampaikan hubungan dan  kerja sama yang terjalin antara Negara anggota APEC dengan Negara Kepulauan Pasifik dan terfokus dalam menangani perubahan lingkungan, climate change, ataupun bencana alam yang sering terjadi di kawasan ini. Oleh karena itulah, pada kesempatan ini Indonesia mengundang negara di Kepulauan Pasifik Selatan ini untuk melaksanakan pertemuan informal dengan menyampaikan pandangan dan pemikiran yang nantinya diharapkan ada manfaatnya bagi kerja sama yang lebih luas. Dalam pertemuan tersebut, negara Kepulauan Pasifik Selatan yang hadir di antaranya adalah Fiji, Solomon, Kiribati dan Kepulauan Marshal.

Disamping itu pula, Indonesia akan  terus menjalin hubungan dengan negara-negara sahabat di Pasifik Selatan. seperti  Kepulauan Solomon melalui berbagai program beasiswa dan pelatihan tekhnis. Banyak peserta untuk program peningkatan hubungan seni dan budaya, Dharmasiswa, Kerjasama Selatan-Selatan dan program peningkatan kapasitas datang dari negara-negara Pasifik. Serta topik yang disepakati bermacam-macam, mulai dari energi listrik mikro hidro, perikanan, proses rumput laut, tata kelola pemerintahan yang baik dan pemberdayaan perempuan. Sedangkan menurut Wakil Presiden Indonesia Boediono “Indonesia berkomitmen untuk menjadi partner yang konstruktif bagi pembangunan dan peningkatan kapasitas dari negara-negara di Pasifik”, untuk meningkatkan pemahaman mengenai Indonesia, dalam kunjungan mereka kali ini akan diajak mengunjungi manajemen wilayah pesisir, aktivitas pariwisata dari usaha kecil dan menengah serta proyek-proyek pembangunan wilayah kelautan dan perikanan. Seperti yang dilakukan oleh Perdana Menteri Kepulauan Solomon Gordon Darcy Lilo disela-sela kunjungannya ke Indonesia pasca KTT APEC, Perdana Menteri itu tidak tahan untuk tidak mengunjungi lokasi yang juga dikenal sebagai Taman Hutan Rakyat Ngurah Rai, dimana Hutan Mangrove berada di kawasan Balai Pengelolaan Hutan Mangrove, Desa Suwung Kauh, Denpasar, Bali.

Memang, peran Indonesia dalam menjalin kerja sama dengan semua negara diseluruh dunia harus terus ditingkatkan, tetapi kerja sama dengan negara-negara Pasifik Selatan jangan diabaikan. Mudah-mudahan kebijakan politik luar negeri Indonesia yang mulai mekar di timur Indonesia itu berkelanjutan. Hanya dengan itu ancaman disintegrasi bangsa dari belahan dunia timur dapat dihindarkan. Seperti halnya, tamu asing yang mendatangi sebuah rumah pasti dapat menarik kesimpulan bagaimana kondisi di dalam rumah maupun karakter pemilik rumah melalui beranda rumahnya. Apabila beranda rumahnya terlihat berpagar rapi, bersih, dan asri, tamu tersebut akan senang berkunjung karena dapat menyimpulkan bahwa kondisi di dalam rumah pastilah semenarik dan senyaman berandanya. Pemilik rumah pun pastilah orang yang baik serta menyenangkan. Akan tetapi, apabila beranda rumahnya kotor, dipenuhi pagar berkawat duri, maupun tak tertata rapi, sang tamu jadi enggan, bahkan takut untuk melintas, apalagi masuk ke dalam rumah tersebut. Pemilik rumahnya juga akan dianggap sebagai orang yang tidak ramah dan tidak menyenangkan. Oleh karena itulah, Indonesia dianggap bangsa yang ramah dan santun terhadap bangsa lain.  

Arman Ndupa, Alumni Pascasarjana KSI UI dan Analis Kajian Strategis Nusantara Bersatu adalah pewarta warga

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini