Sukses

Pemuda Harus Mampu Mendorong Daya Saing

Seperti diketahui, proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan pada tahun 2013 jumlah pemuda mencapai 62,6 juta orang.

Citizen6, Jakarta - Seperti diketahui, proyeksi Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan pada tahun 2013 jumlah pemuda mencapai 62,6 juta orang. Ini artinya, rata-rata jumlah pemuda 25 persen dari proporsi jumlah penduduk secara keseluruhan. Berkaca pada data tersebut, kaum muda memegang peran penting dan strategis membawa arah perjalanan bangsa.

Berkaca pada data diatas, seharusnya pemuda bisa bertindak nyata dan menjadi faktor kebangkitan bangsa. Sayangnya, dari sejumlah indikator, pemuda belum menunjukkan potensi yang sebenarnya. Contohnya saja, peringkat daya saing Indonesia seperti laporan World Economic Report (WER) kurun 2013-2014.

Meski menunjukkan peningkatan, di kawasan ASEAN, Indonesia masih berada di bawah Thailand dengan rating 37, Brunei Darussalam di posisi 26 dan Malaysia di peringkat ke 24. Daya saing Indonesia sendiri berada pada posisi ke 40, lebih baik dari Filipina di urutan 59 dan Vietnam dengan rating 70, Laos 81, Kamboja 88 atau Myanmar di posisi 139.

Dari 12 kriteria peringkat daya saing, posisi Indonesia sudah cukup membaik dibanding periode 2012-2013 yang berada di rating 50 di kawasan ASEAN. Kedua belas kriteria itu meliputi, aspekkelembagaan, infrastruktur, makroekonomi, kesehatan dan pendidikan dasar, pendidikan tinggi dan pelatihan, efisiensi pasar barang dan jasa, efisiensi pasar tenaga kerja, pengembangan pasar keuangan, kesiapan teknologi, ukuran pasar, kecanggihan bisnis, serta inovasi. Akan tetapi, sekali lagi, daya saing Indonesia masih jauh dengan negara serumpun tetangga Malaysia.

Sedikitnya ada beberapa persoalan yang menyebabkan pemuda belum dapat menjadi faktor atau motor pertumbuhan daya saing. Salah satunya, adalah komitmen pemerintah untuk bisa mewadahi, mengelola dan membangun invensi yang berangkat dari gagasan-gagasan kaum muda.

Misalnya, temuan mobil listrik, yang dibuat oleh pelajar-pelajar, atau mahasiswa. Sejauh ini belum ada upaya nyata pemerintah untuk membangun industri otomotif (mulai dari hulu sampai hilir) di Indonesia berbasis pada temuan-temuan yang digagas oleh kaum muda. Situasi itu juga bisa ditemui dari pergerakan ekonomi informal yang tidak sedikit diprakarsai kaum muda namun luput dari perhatian pemerintah.

 “Pada aspek yang lebih makro political will pemerintah sepertinya juga luput menciptakan iklim yang kondusif untuk mendayagunakan potensi kaum muda. Baik dari level hilir (instrument pendidikan) maupun di level hulu (penciptaan lapangan kerja pada karya bukan padat modal, maupun pembangunan kompetensi sumber daya manusia Indonesia).”
 
 Di level hulu, Kementerian Negara, Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) mempunyai kewenangan cukup terbatas untuk bisa mensinergikan pembangunan daya saing kepemudaan di Indonesia. Tidak hanya itu saja. Fenomena organisasi kepemudaan yang selama ini eksis, ada kesan lebih fokus pada urusan politik praktis semata. Sementara faktor-faktor yang menyangkut membangun daya saing juga luput dari perhatian.

Semangat sumpah pemuda yang dideklarasikan 20 Oktober 1928 silam, seharusnya mampu membakar gelora kaum muda untuk bersama-sama mewujudkan kebangkitan bangsa Indonesia. Sumpah pemuda yang kita peringati setiap tanggal 28 Oktober bukanlah sekadar upacara peringatan biasa. Sumpah itu merupakan energi batin yang menjadi ruh nasionalisme dari Sabang sampai Merauke. Ikrar kaum muda sekaligus penegasan kecintaan terhadap tanah air, bangsa dan bahasa merupakan modal dasar yang dapat mempersatukan gagasan, tujuan dan perjuangan kaum muda mewujudkan kedaulatan, kemandiran dan kejayaan Indonesia.

Kondisi dan situasi Indonesia saat ini masih terguncang. Masih banyak kemiskinan dan ketidakadilan yang menimpa rakyat. Namun hal itu bisa diubah melalui kegigihan dan persatuan pemuda.

Setidaknya saat ini rakyat Indonesia kehilangan uang sekitar US$ 116 Miliar atau setara Rp 1160 triliun setiap tahunnya. Pendapatan negara yang hilang itu berasal dari sektor industri dan sumber daya alam, sehingga saat ini Indonesia menghadapi situasi dari gejala negeri yang semakin lemah.

Belum lagi potensi belasan ribu triliun dari sektor maritim yang belum pernah tergarap dengan baik.  Ini merupakan tantangan bersama bagi pemuda untuk mengembalikannya. Oleh karena itu, pemuda harus mendorong agar pemerintah Indonesia mampu memaksimalkan potensi alam tanpa harus bergantung pada investasi asing dan pihak swasta.

Para pemuda yang kelak menjadi para birokrat negara ini harus berkomitmen untuk memperkuat struktur perekonomian melalui penguatan peran negara. Dengan demikian, negara akan menjadi lebih dari sekedar sebuah kasino bagi negara lainnya.

Semoga peringatan Sumpah Pemuda kali ini bisa mengembalikan semangat para pendahulu kita dan menumbuhkan serta menjaga nasionalisme juga mengangkat harkat dan martabat bangsa Indonesia. (Aryo PS Djojohadikusumo/kw)

*) Aryo PS Djojohadikusumo, Aktif sebagai pengurus Yayasan Arsari Djojohadikusumo, Ketua Umum Tunas Indonesia Raya, organisasi sayap kepemudaan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) adalah pewarta warga, bisa dihubungi akun twitternya @aryodjojo

Mulai 16 Oktober-1 November ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "6 Alasan Aku Cinta Indonesia". Ada merchandise eksklusif bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

  • Sumpah Pemuda adalah keputusan Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia Jakarta.
    Sumpah Pemuda adalah keputusan Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia Jakarta.

    Sumpah Pemuda