Sukses

Tri Praptining Hutanti, Guru dan Ibu yang Menginspirasi

Bukankah mempunyai ibu seorang guru merupakan suatu hal yang membanggakan?

Citizen6, Semarang: Mungkin bagi sebagian orang mempunyai ibu seorang guru bukan suatu hal yang dapat dibanggakan.Terlebih jika Anda harus bersekolah di tempat dimana ibu Anda bekerja.Tetapi hal itu tidak berlaku bagi saya.Tri Praptining Hutanti, guru sosiologi sewaktu SMA adalah orangtua saya.

Sejak kecil, saya selalu memandangnya sebagainya orang yang hebat. Dengan lantang, saya mengatakan ibu saya adalah seorang guru dan bangga akan hal itu. Saya selalu bercita-cita untuk dapat masuk ke sekolah tempat beliau mengajar agar saya dapat merasakan sendiri bagaimana beliau mengajar saya di dalam kelas. Hingga akhirnya masuk SMA dan ia mengajar mata pelajaran sosiologi di kelas saya.

Ternyata rasanya ajaib. Ia benar-benar bertindak professional tanpa memandang ada anak kandungnya di kelas itu. Jika saya melakukan suatu kesalahan, tidak segan-segan ia akanmenegur saya di depan kelas. Begitu pun sebaliknya, jika saya mendapat nilai yang bagus, ia akan memuji saya tanpa berlebihan.Tetapi itu hanya sebagian kecil dari sikap-sikapnya yang menginspirasi saya.

Hal yang paling luar biasa darinya adalah bagimana ia mendidik saya dan kakak-kakak dengan sikap "keguruan" nya. Yaitu dengan membebaskan kita semua saat memilih jurusan di SMA dan kuliah. Alasannya sederhana. Berikut penuturannya,"Ibu adalah guru, Ibu sedih jika ada murid ibu yang tidak menikmati pelajarannya di sekolah hanya karena paksaan dari orangtuanya. Mana mungkin ibu malah memaksa anak kandung ibu sendiri untuk menuruti keinginan ibu?Ikuti kata hatimu nak."

Mendegar hal ini, saya tersentuh dengan caranya mendidik, baik di sekolah ataupun di rumah. Sebagai guru, saya amat menghormati beliau, begitu pula dengan teman-teman.Menurut teman-teman saya, Bu Tanti, panggilannya di sekolah, adalah guru yang gaul. Itu terlihat dari cara beliau berbicara di depan kelas dan berinteraksi dengan murid-muridnya.

Ikuti kata hatimu, selalu menjadi nasihat yang tak bosan-bosan ia ucapkan saat kelas berakhir. Ia sangat ingin murid-muridnya berprestasi di bidang dan kemampuannya, bukan karena hal lain. Itulah yang saya lakukan hingga akhirnya saya dapat menjadi mahasiswa komunikasi di Universitas Diponegoro saat ini.

Terimakasih guruku, karena terus mengingatkanku akan suara hatiku.Terimakasih guruku, karena telah memberikan aku pelajaran yang berharga, tidak hanya pelajaran sosiologi tetapi juga pelajaran hidup. Aku sayang padamu,guru dan Ibuku. (Rhenita Christanti/mar)

Rhenita Christanti adalah mahasiswa Komunikasi Universitas Diponegoro dan pewarta warga.

Mulai 18 November-29 November ini, Citizen6 mengadakan program menulis bertopik "Guruku Idolaku". Dapatkan merchandise menarik dari Liputan6.com bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini