Sukses

Penyadapan: Tinjauan Intelijen Strategis

Ditariknya Dubes RI di Canberra kembali ke Jakarta, salah satu dampak dari penyadapan oleh intelijen Australia terhadap Presiden SBY.

Citizen6, Jakarta: Masalah penyadapan oleh intelijen Australia terhadap pesawat telepon yang digunakan oleh beberapa pejabat senior RI, termasuk pesawat telepon Presiden SBY dan Ibu Anie Yudhoyono telah mengakibatkan berbagai masalah politik dan ekonomi maupun pertahanan dan keamanan sebagai berikut: Pertama, hubungan diplomatik  RI-Australia seakan-akan beku, dengan ditariknya Dubes RI di Canberra kembali ke Jakarta.

Kedua, hubungan kerjasama antara Kementerian Pertahanan atau TNI dengan Kemenhan atau Angkatan Bersenjata Australia terhenti, termasuk kerjasama intelijen. Ketiga, kemungkinan noramalisasi hubungan setelah ada penjelasan Perdana Menteri Tony Abbott dari Australia menjawab surat Presiden SBY, akan dilakukan berdasar sebuah kode etik hubungan yang baru yang akan dibuat lebih lanjut. Keempat, kemungkinan hambatan di bidang kerjasama ekonomi dan perdagangan, di antaranya kebutuhan import daging sapi dari Australia. Kelima, surat PM Tony Abott sudah diterima Presiden SBY pada Sabtu 23 November 2013. Namun nampaknya Presiden masih memerlukan mendalami isi surat tersebut sebelum menjelaskan kepada masyarakat Indonesia. Hal ini mengesankan isi surat terserbut cukup krusial.

Persoalan-persoalan yang berkembang

Persoalan yang banyak dipertanyakan, kemampuan teknologi kedua belah pihak (RI dan Australia). Bagaimana penyadapan dapat terjadi dan mengapa alat komunikasi yang digunakan oleh berbagai pejabat tinggi negara RI ternyata rawan dan tidak mempunyai alat penangkal.

Kapan sebenarnya penyadapan tersebut terjadi dan informasi apa yang disadap oleh Australia. Ada disebut penyadapan terjadi  antara tahun 2007-2009, tetapi ada perkiraan penyadapan dilakukan sepanjang waktu termasuk keinginantahuanAustralia terhadap rencana RI membeli kapal selam dari Rusia dan mungkin Squadron Sukhoi dewasa ini.

Ada perkiraan Australia juga menyadap informasi-informasi mengenai persoalan dalam negeri RI, misalnya korupsi. Seolah-olah ada unsur LSM Indonesia yang yang mendapatkan bocoran isi penyadaban yang terjadi, karena menyangkut berita tentang korupsi telah diteruskan ke KPK.

Banyak kalangan menganalisis bahwa pembocoran aksi penyadapan ini tidak dilakukan awalnya oleh pihak Australia, tetapi oleh Edward Snowden, seorang mantan rekanan Dewan Keamanan AS, yang kemudian mencari suaka di Rusia. Oleh karena itu, diperkirakan Edward Snowden adalah mantan agen KGB yang pada masa Perang Dingin berhasil melakukan infiltrasi ke dalam tubuh Dewan Keamanan AS dan kemudian melarikan diri ke Hongkong lalu Moskow.

Juga merupakan tanda tanya mengapa AS tidak pernah mengklarifikasi siapa Edwrad Snowden; salah satu kemungkinan adalah AS (cq Presiden Obama) tidak mau malu, karena Dewan Keamanan AS pernah kebobolan disusupi Edward Snowden, seorang agen KGB tingkat tinggi.

Oleh karena itu, ada perkiraan bahwa pembocoran penyadapan Australia terhadap pesawat telepon beberapa pejabat senior RI antara lain pesawat  telepon Presiden SBY dan Ibu Anie Yudhoyono adalah upaya Edward Snowden membawa kepentingan Rusia, untuk mengadu domba Indonesia dengan Blok Barat (AS, Inggris, Kanada, Australia dan New Zealand). Karena seperti diperkirakan, Edward Snowden adalah mantan agen KGB yang berhasil menyusup ke dalam Dewan Keamanan AS.

Dari semua ini, dapat memunculkan permasalahan, yaitu timbulnya desakan masyarakat agar surat Tony Abbott secara penuh diumumkan oleh Presiden SBY kepada masyarakat, seperti yang sudah diminta oleh anggota DPR-RI dari Komisi I , TB Hasanuddin.  Arah desakan bukan lagi kepada keinginantahuan latar belakang kekurang ajaran Australia menyadap pesawat telepon berbagai pejabat RI termasuk Presiden SBY dan Ibu Anie Yudhoyono, tetapi informasi apa yang sebenarnya disadap oleh Australia tentang Presiden SBY, Ibu Anie Yudhoyono, dan para petinggi RI tersebut.

Perkiraan Situasi

Efek dari penyadapan Australia kepada beberapa pejabat di Indonesia secara intelijen strategis diperkirakan akan menimbulkan sejumlah situasi antara lain: Pertama, akan cukup lama terjadi kebekuan suasana hubungan antara RI- Australia, meskipun secara resmi hubungan diplomatik tetap ada. Kedua, apapun isinya masyarakat akan mendesak agar Presiden SBY mengumumkan sepenuhnya isi surat PM  Australia Tony Abbott, apalagi sudah ada anggota Komisi I DPR-RI dari Fraksi PDIP yang menyuarakannya.

Keduanya akan menghasilkan resultante situasi yang nampaknya tidak menguntungkan Presiden SBY, karena Presiden SBY terdorong tidak perlu ada moralitas seolah-olah demi persahabatan harus menjaga kehormatan Australia, sebaliknya ada penjelasan-penjelasan tentang isi penyadapan yang ternyata cukup sensitif apabila dipublikasikan.

Ketiga, kemungkinan amarah masyarakat juga akan muncul ke sejumlah negara tetangga yang diduga terlibat dalam penyadapan Australia ke Indonesia, antara lain Singapura. (Herdiansyah Rahman/mar)

Herdiansyah Rahman adalah pengamat politik dan keamanan senior dari Forum Dialog (Fordial), Alumnus pasca sarjana Kajian Intelijen Strategis, UI.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.


* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.