Sukses

Makanan untuk Anak Penyandang Autis

Gejala autis muncul sebelum anak berusia tiga tahun.

Citizen6-Jakarta: Autisme adalah gangguan perilaku yang luas dan berat, mencakup bidang komunikasi, interaksi sosial, perilaku motorik, emosi, dan persepsi sensorik yang banyak ditemukan pada anak-anak. Dalam banyak kasus, gejala autis muncul sebelum anak berusia tiga tahun, bahkan dalam beberapa kasus gejala autis justru sudah nampak sejak lahir.

Gizi anak autis harus diperhatikan oleh orang tua agar anak mendapatkan nutrisi yang tepat dan seimbang untuk menunjang kegiatan dan penyembuhan diri secara alami melalui makanan sehat dan cocok yang dikonsumsinya. Menyajikan menu yang sehat dan aman untuk buah hati memang merupakan tantangan tersendiri bagi orang tua dari anak autis. Dari berbagai sumber informasi mengatakan, bahwa anak yang terkena autisme tidak boleh sembarangan dalam memilih makanan. Hal ini juga dikarenakan anak autis mempunyai kondisi tubuh yang berbeda dari anak lain. Anak autis mempunyai beberapa masalah di saluran pencernaannya sehingga makanan yang dapat memicu gangguan tersebut patut dihindari.

Makanan yang harus dihindari tersebut adalah makanan yang mengandung kasein dan/atau gluten, mengandung bahan tambahan pangan (food additives), mengandung ragi dan gula, dan penyebab alergi dan/atau intoleransi. Anak autis harus menghindari bahan pangan tersebut agar perkembangan perilaku, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan sosialnya dapat berkembang optimal. Meskipun hal ini belum didukung oleh hasil penelitian yang valid, namun tampaknya pemberlakuan diet khusus ini telah menunjukkan perkembangan ke arah yang positif.

Makanan bebas kasein dan gluten

Anak autis tidak bisa mencerna kasein dan gluten dengan sempurna. Kasein dan gluten termasuk kedalam jenis protein. Dalam keadaan normal, sebagian besar protein dicerna menjadi asam amino dan sisanya menjadi peptida. Sedangkan untuk anak autis, kasein dan gluten mempunyai kombinasi asam amino tertentu yang oleh sistem pencernaannya tidak bisa dipecah secara sempurna menjadi asam amino tunggal, tetapi masih dalam bentuk peptida yang secara biologis masih aktif. Peptida yang tidak tercerna tersebut lalu diserap oleh usus halus selanjutnya keluar dari usus halus dan masuk ke dalam peredaran darah, dan selanjutnya masuk ke reseptor ‘opioid’ otak.

Peningkatan aktivitas opioid akan menyebabkan gangguan susunan saraf pusat dan dapat berpengaruh terhadap persepsi, emosi, perilaku dan sensitivitas. Dari beberapa penelitian diketahui bahwa pemberian diet tanpa gluten dan kasein ternyata memberikan respon yang baik terhadap 81% anak autisme.

Makanan bebas zat aditif makanan

Selain kasein dan gluten, zat aditif makanan juga perlu dihindari oleh anak penyandang autis. Yang termasuk zat aditif adalah pengawet, pewarna, pemanis dan penyedap rasa. Pada dasarnya zat aditif dibagi menjadi dua macam yaitu zat aditif buatan dan alami. Zat aditif buatan inilah yang sering dituduh sebagai penyebab perilaku hiperaktif anak. Zat aditif buatan biasanya sering ditambahkan dalam makanan kemasan. Untuk lebih berjaga-jaga, kita haruslah benar-benar teliti memeriksa komposisinya sebelum memberikan pada anak. Jika di dalamnya tercantum sodium benzoat (pengawet), pewarna berupa tartrazine (E102), sunset yellow (E110), carmoizine (E122) atau ponceau 4R (E124), bisa jadi makanan tersebut kurang aman untuk dikonsumsi anak autis.

Makanan bebas gula dan ragi

Menghindari konsumsi gula dan ragi juga perlu dilakukan oleh anak penderita autis karena dengan menghindari konsumsi gula dan ragi tersebut, pertumbuhan bakteri patogen di dalam saluran pencernaannya dapat dikurangi dan saluran pencernaannya pun akan menjadi lebih ringan. Fruktosa (gula buah) dapat digunakan sebagai pengganti gula karena penyerapannya lebih lambat dari gula (sukrosa). Selain itu, juga bisa menggunakan sorbitol dan sukralosa. Sukralosa terbuat dari glukosa gula jagung yang diberi gas klorin hingga membentuk senyawa yang kompleks dan menimbulkan rasa manis di mulut sampai 600 kali gula pasir dan produk dapat memberi klaim No Sugar. (Mareta Ayu Shafira/kw)

Mareta Ayu Shafira adalah pewarta warga.

Disclaimer

Citizen6 adalah media publik untuk warga. Artikel di Citizen6 merupakan opini pribadi dan tidak boleh menyinggung SARA. Isi artikel menjadi tanggung jawab si penulisnya.

Anda juga bisa mengirimkan artikel disertai foto seputar kegiatan komunitas atau opini Anda tentang politik, kesehatan, keuangan, wisata, social media dan lainnya ke Citizen6@liputan6.com.

Mulai 3 Desember sampai 13 desember 2013 Citizen6 mengadakan program menulis bertopik dengan "Terima Kasihku untuk 2013". Ada kado akhir tahun dari Liputan6.com dan Dyslexis Cloth bagi 6 artikel terpilih. Syarat dan ketentuan bisa disimak di sini.











* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini