Sukses

Kayuhan Kecil untuk (Mimpi) Perubahan Besar

Tentang bersepeda, sesuatu yang saya lakoni sejak awal tahun 2015, terasa sungguh lebih menyenangkan!

Citizen6, Jakarta Tentang bersepeda, sesuatu yang saya lakoni sejak awal tahun 2015 ini setelah belasan tahun absen (terakhir gunakan Federal City Cat tahun 1991), kali ini terasa sungguh lebih menyenangkan!

Umpama anak kecil yang datang ke toko permen, gowes sekarang selain melepaskan aneka tekanan di kantor dan membuat raga lebih sehat, juga berhasil memprovokasi tiga anggota keluarga berbuat hal kecil yang sejenis. Semoga semunya menuju pelbagai perubahan besar.  

Ini semua bermula ketika saya dan istri, Siti Samiatun, serta si sulung, Muhammad Altaf, merasa jenuh sekaligus jengah dengan aktivitas kami tiap akhir pekan --membenamkan diri menonton film di televisi berbayar/streaming dan atau jalan-makan ke pusat perbelanjaan.

Lantas, ketika melihat di sebuah bengkel sepeda di Blok 15 Sarijadi, Kota Bandung, ada dua sepeda pasangan jenis MTB merek Dignity seri Sky Ranger buatan Taiwan, mata ini langsung terpusat. Separuh memaksakan diri (diantara berbagai cicilan eksisiting), kami langsung beranikan membelinya.

Di akhir pekan berikutnya, aktivitas baru kami adalah mencoba menjajal rute Sarijadi-Sutami-Setiabudi-Dago. Baik saya dan istri yang sudah belasan tahun tak mengayuh pedal, maka sungguhlah berat dan menyiksa pada awalnya.

Setidaknya, lima kali kami berhenti di tengah jalan karena betis tak kuat lagi. Namun itu tadi, laksana bocah ke toko mainan, suasana hati tetap gembira meski badan gempor. Apalagi, kala itu, tiga kali pesepeda yang tak kami kenal, terus menyemangati saat berpapasan.

Situasi yang tak mungkin kami dapatkan ketika menggunakan kendaraan pribadi, baik motor apalagi mobil. Persaudaraan, egaliterisme, perasaan sepenanggungan, adalah hal yang lazim terjadi bagi pesepeda termasuk tentang keasyikan melihat obyek lebih detil.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

1

Maksudnya, belasan bahkan ribuan kali melewati jalur Sarijadi dan Surya Sumantri menggunakan kendaran bermotor pribadi/umum, namun sebanyak itupula kami tak pernah tahu ada rumah dengan halaman indah, detil taman menyejukkan, dst. Semuanya selalu berlalu cepat sebelumnya.

Hingga kemudian, sebagai pitstop, kami ngopi dulu di Sabtu mendung tadi. Kesenangan terasa makin meruap. Bersantai mengobrol ringan setelah capai ditemani secangkir coffe latte, sejatinya melekatkan kembali hubungan emosional dan tali kasih kami sebagai suami-istri.

Lantas, jalur pulang kayuh ke arah Dago-Cikapayang-Pasteur-Sarijadi pun tak seberat pas pergi. Selain pastinya sudah terjadi conditioning fisik, situasi itu terjadi karena kayuhan pedal satu per satu memunculkan sensasi petualang yang hendak mengarungi medan.

Kami pun jadi bersemangat, tiap akhir pekan harus bersepeda bareng. Tularan semangat itu pula yang akhirnya memicu ponakan kami, Andini Septia, ikut serta. Memang motivasi awalnya mendukung diet yang dijalankannya. Namun sekarang, juga sama menikmati fase gowes tersebut.       

Setelah rutin dan merasakan manfaat bersepeda seperti pernah diungkapkan Dr Hario Tilarso, pakar kesehatan olahraga (Meningkatkan  kemampuan jantung dan paru, menambah   kekuatan   otot,   menurunkan lemak  dan berat badan, dst), lompatan kualitatif berikutnya harus dilakukan.

Maka, terhitung akhir Februari 2015, saya mencoba bersepeda ke tempat kerja (bike to work/B2W) di bilangan Sumur Bandung. Memang belum rutin tiap hari, akan tetapi sejumlah hal mencengangkan langsung saya peroleh, terutama dalam kaitan efisiensi.

Jarak rumah ke kantor sekitar lima km. Meski pendek, sebelumnya ditempuh jika dengan mobil sekitar 40 menit berangkat di pagi hari jam 07 namun melonjak jadi 1 satu jam (kadang lebih) jika pulang jam 17. Naik motor butuh sekitar 20 menit di pagi dan rerata 40 menit saat pulang.

Saya, yang selalu pakai jam tangan saat B2W, tercengang mendapati, kumulatif jarum jam mencapai angka 15-20 menit saat berangkat pagi serta antara 30-40 menit saat pulang di sore hari. Artinya, tenaga manusia lebih efektif dari mesin pada periode macet kronis Bandung mutakhir!

Belum dengan bukti kesehatan secara empiris. Sebagai penderita sinusitis sejak 2003, saya biasanya gampang pusing dan penuh lendir begitu menjumpai pemicu penyakit ini. Kini, seiring meningkatnya daya tahan tubuh, sangat jarang sinusitis kambuh.

3 dari 4 halaman

2

Perubahan Besar

Karena itulah, perubahan kecil di keluarga kami melalui sepeda, saya memercayai akan banyak perubahan besar terjadi jika ini dilakukan konsisten. Apalagi jika berlangsung masif. Kita bisa berkaca dari sejumlah kota besar di dunia yang sudah menuai berkahnya.

Misalnya Kopenhagen, Denmark, dan Amsterdam, Belanda, yang keduanya disebut sebagai ibukota sepeda dunia. Dihimpun dari berbagai literatur, Pemerintah Kota Kopenhagen (bahasa Denmark: København) mencatat 36% penduduknya bersepeda menuju berbagai destinasi di tahun 2010.

Dengan 350 kilometer jalur khusus sepeda di kota itu, banyak keuntungan numerik diperoleh. Misalnya proyeksi bahwa setiap kilometer bersepeda membawa keuntungan bersih bagi masyarakat sebanyak 1,22 DKK (USD 0,21 per mil) dibandingkan rugi bersih 0,69 DKK (USD 0,12 per mil) di dalam mobil.

Angka-angka ini, seperti dikutip treehugger.com, diperoleh dari perpaduan penghematan di sektor publik dan kegiatan ekonomi tambahan di sektor swasta. Di sektor swasta, terdapat 289 toko sepeda dan diler grosir serta 20 perusahaan yang merancang sepeda. Perusahaan-perusahaan ini menghasilkan 650 pekerjaan full time dengan omset total tahunan sekira DKK 1,3 miliar (USD 222 juta).

Selain sisi tersebut, diproyeksikan penurunan angka kematian 30% di antara orang dewasa yang bepergian sepeda secara konsisten setiap hari. Juga, untuk setiap kilometer bersepeda, masyarakat menghemat 1,21 DKK terkait sistem perawatan kesehatan.

Ini belum termasuk potential opportunity DKK 534.000.000 (USD 91 juta) dari tabungan per tahun sebagai keuntungan imbas peningkatan produktivitas tenaga kerja sehat. Penghematan lainnya berasal dari mengurangi kemacetan dan biaya pemeliharaan infrastruktur jalan yang lebih rendah.

Pencapaian positif senada diperoleh dari kota maju lainnya di dunia. Amsterdam, ibu kota Belanda, bukan saja dianggap kota ternyaman di dunia bagi pesepeda, tapi juga memiliki jumlah sepeda 881.000 buah atau melebihi jumlah penduduknya yang hanya 801.200 jiwa!

4 dari 4 halaman

3

Selama beberapa tahun terakhir, tabrakan sepeda di San Francisco, Amerika Serikat, telah menurun drastis seiring naiknya jumlah pengendara sepeda hampir dua kali lipat. Pemerintah kota pun memiliki inisiatif menghapus area parkir mobil dan diganti menjadi area parkir sepeda.

Paris menjadi kota program sewa sepeda terbesar di dunia, terdapat 1.450 stasiun di ibukota Prancis itu yang menyewakan sepeda. Walikota Chicago, Richard Daley, selain berhasil mengubah Chicago menjadi kota teramah bersepeda di Amerika, juga sudah memiliki hukum melindungi pengendara sepeda.

Lalu, apa yang terjadi jika statistik tersebut kita sandingkan dengan masih padatnya jalanan Kota Bandung kontemporer oleh kendaraan bermotor? Pada 2014 lalu, mengacu data Dinas Perhubungan Kota Bandung, ada 1,25 juta kendaraan bermotor (895 ribuan motor dan 282 ribuan mobil).

Angka ini akan naik sekira 10% jika kemudian terjadi libur regular apalagi libur panjang yang membuat plat kendaraan luar kota ikut membanjiri Kota Kembang. Padahal, seperti kita rasakan bersama, stagnasi infrastruktur terjadi sejak lama imbas panjang jalan stuck di angka 1.236,28 km.

Hal ini tambah rumit karena eksisting kendaraan umum hanyalah 1% dari total kendaraan bermotor pada siang hari di Kota Bandung (5.521 angkutan kota dan 2.946 bus umum). Maka, manfaat positif kota jadi sulit sejajar dengan manfaat di Kopenhagen, Amsterdam, dst.

Pada titik inilah, apalagi yang bisa diharapkan selain menjadikan diri kita sebagai bagian solusi --sungguh memaki-maki pemerintah takkan pernah menurunkan sejengkalpun persentase kemacetan dimanapun! Mengampanyekan bersepeda, terutama bersama keluarga dan apalagi merutinkan B2W, adalah bentuk nyata mengurangi beban negatif kota sekaligus menyumbang kebajikan bagi kota.

Terlebih, Ridwan Kamil (Kang Emil), sang Walikota Bandung, telah lama pula mencontohkannya. Kita masih ingat yang fenomenal-nya, manakala Kang Emil dengan santai dan penuh wajah bahagia, mengayuh sepedanya, Enelep Bike Sanyo, dari Pendapo Walikota menuju Gedung Pakuan, 24 April 2015. Kala banyak pimpinan negara Asia Afrika dihantar mobil mewah saat itu, sepeda malah jadi pilihan. Sunyi namun menyenangkan! Mari mengayuh langkah kecil untuk (mimpi) perubahan besar!

Penulis:

Muhammad Sufyan Abd, Dosen Fakultas Komunikasi Bisnis TelU dan pelaku pemula B2W   

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.