Sukses

Canggih, Petani Jepang Ubah Sawah Menjadi Lukisan Indah

Selama ini kita mengenal keelokan sawah-sawah di Indonesia dengan warna hijaunya yang segar atau kuning emas sewaktu mau dipanen.

Citizen6, Jakarta Selama ini kita mengenal keelokan sawah-sawah di Indonesia dengan warna hijaunya yang segar atau kuning emas sewaktu mau dipanen. Keindahan pemandangan sawah yang seperti itu kini klise. 

Selama ini kita mengenal keelokan sawah-sawah di Indonesia dengan warna hijaunya yang segar atau kuning emas sewaktu mau dipanen.

Di jepang menanam padi tidak lagi hanya sebatas untuk memperoleh hasil yang banyak sehingga pemiliknya tidak kelaparan.
Ini berbeda dengan apa yang dilakukan para petani Jepang. Mereka menanam padi tidak sebatas agar memperoleh panen yang banyak, namun sekaligus mencipta karya seni.

Selama ini kita mengenal keelokan sawah-sawah di Indonesia dengan warna hijaunya yang segar atau kuning emas sewaktu mau dipanen.

Sejak tahun 1993, petani di desa Inakadate,  telah menciptakan desain-desain yang rumit di sawah. Sehingga tanaman padi tidak hanya sebatas nnerwarna hijau polos namun berbentuk seperti permadani dengan gambar-gambar yang memukau.

Selama ini kita mengenal keelokan sawah-sawah di Indonesia dengan warna hijaunya yang segar atau kuning emas sewaktu mau dipanen.

Seperti dilansir amusingplanet, petani Jepang membaut desain tersebut dengan cara mencampurkan berbagai jenis biji padi untuk membuat karya seni skala besar yang indah. Setiap mereka menanam padi dengan warna yang berbeda untuk menciptakan karya seni sepanjang musim tanam sampai masa panen.

Selama ini kita mengenal keelokan sawah-sawah di Indonesia dengan warna hijaunya yang segar atau kuning emas sewaktu mau dipanen.

Selama bertahun-tahun mereka telah membuat karya seni klasik seperti Mona Lisa, dan gambar dari tokoh-tokoh pelaku sejarah seperti Napoleon, dan Marilyn Monroe, serta ikon tradisional Jepang dan angka.

Karya seni itu mengundang ribuan pengunjung yang ingin melihat secara langsung keindahan seni tersebut. Para turis menyesaki jalan-jalan yang ada di area desa tersebut.

Padahal dua puluh tahun yang lalu, desa itu hampir mati, populasinya menyusut, pendapatan dari pertanian menyusut dratis.

Selama ini kita mengenal keelokan sawah-sawah di Indonesia dengan warna hijaunya yang segar atau kuning emas sewaktu mau dipanen.

Seorang warga desa mengklaim bahwa ketenaran desa tersebut karena ada penemuan arkeologis persawahan 2000 tahun lalu yang membuat desa tersebut adalah desa pertanian di Jepang

Dengan penemuan tersebut, penduduk desa mencoba memanfaatkan penemuan tersebut dengan membangun sebuah taman hiburan bertema Neolitik. Namun proyek itu gagal, malah meninggalkan utang  sebanyak $ 106.000.000. Jumlah ini tiga kali lebih besar dari total anggaran tahunan desa tersebut.

Selama ini kita mengenal keelokan sawah-sawah di Indonesia dengan warna hijaunya yang segar atau kuning emas sewaktu mau dipanen.

Namun dengan “seni padi” sekarang ini, biayanya lebih murah, hanya seitar $ 35.000 per tahun untuk menyewa tanah, menanam dan memeliharanya. Selain itu dari para turis desa ini memperoleh pendapatan sekitar  $ 70.000.

Untuk menghasilkan desain seni yang rumit tersebut, mereka merancang dengan komputer. Untuk menghasilkan warna yang beragam, merah gelap, kuning, putih dan hitam, mereka melakukan rekayasa genetika.

Selama ini kita mengenal keelokan sawah-sawah di Indonesia dengan warna hijaunya yang segar atau kuning emas sewaktu mau dipanen.

Setiap tahun mereka meningkatkan ketrampilannya ini untuk menghasilkan karya seni yang lebih baik lagi. Kira-kira kapan petani Indonesia mampu melakukan hal yang sama?

 

  **Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.