Sukses

Kenalkan UPO, Kartu Pos Generasi Baru dari Semarang

Melalui cara kreatif dan inovatif, 5 mahasiswa dari Universitas Diponegoro ini mencipta kartu pos unik yang bertema kota Semarang

Liputan6.com, Jakarta Kartu pos merupakan benda yang kini semakin jarang digunakan sebagai sarana berkomunikasi. Dengan kemajuan teknologi, maka kartu yang berfungsi untuk bertukar pesan ini semakin ditinggalkan masyarakat. Namun di tangan lima orang mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang yaitu Ida (21), Anggi (22), Arista (21), Diana (21), dan Hesti (20), kartu pos kembali menjadi suatu alat komunikasi pilihan yang menarik.

Melalui karya inovasi kartu pos bernama UPO (Unpredictable Postcard Object), lima mahasiswi jurusan Sastra Jepang ini mendobrak anggapan masyarakat jika kartu pos merupakan alat pertukaran pesan yang kuno dan ketinggalan zaman. Kartu pos UPO ini bertemakan kota Semarang dengan desain modern, unik, lucu, dan menarik. Mulai dari personifikasi gambar makanan khas Semarang, kata-kata khas Semarangan, hingga tempat-tempat wisata di Semarang yang digambar sketsa.

Ide awal pembuatan kartu pos UPO berawal dari keinginan lima mahasiswi Undip tersebut untuk menghidupkan kembali budaya berkirim kartu pos yang udah lama hilang. Selain itu, para penggagas ingin membantu pemerintah dalam mempromosikan Semarang melalui cara kreatif dan inovatif. Melalui Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) yang diselenggarakan Universitas Diponegoro tahun 2015, Ida dan kawan-kawan mengajukan UPO sebagai program kewirausahaan kreatif, yang pada bulan Januari 2015 lolos menjadi program wirausaha mahasiswa dan mendapat bantuan dana dari DIKTI. Dalam prosesnya, Ida dan kawan-kawan terus mengembangkan desain dan memperluas tujuan pasar.

Kartu Pos unik ini rencananya akan dijual di toko-toko suvenir di pelabuhan, bandara, terminal, dan toko-toko buku besar di Semarang. Dengan sasaran para pelancong dan anak muda, UPO diharapkan mampu menjaring pasar yang luas dan kembali menghidupkan budaya mengirim kartu pos di masyarakat.

Dari segi desain, para penggagas memilih menggunakan ilustrasi daripada foto. Alasannya agar kartu pos tidak monoton dan mampu menjaring lebih banyak peminat. Dengan desain gambar digital pula, akan menambah nilai jual kartu yang terletak pada keunikan desain ini. Desain apa saja yang digunakan untuk UPO, Ida dan kawan-kawan melakukan survei terlebih dulu. Mereka mencari hal-hal apa saja yang menarik di seputar Semarang, yang sekiranya bisa menjaring atensi wisatawan dan masyarakat umum.

Hingga kini, sudah ada 16 desain kartu pos yang sudah diperjual belikan, yaitu Lawang Sewu, Klenteng Sampookong, Vihara Watugong, Tugu Muda, Masjid Agung Jawa Tengah, makanan khas Semarang seperti lumpia, wingko babat, tahu bakso, bandeng presto, sego ayam, dan tahu gimbal, juga kata-kata khas Semarang, seperti Brompit, Durmolen, Dayatsu, Amben, dan Blangwir.

Cara penjualan kartu pos ini juga sangat unik. Selain kartu dijual per lembar dengan harga Rp 5.000, UPO juga dijual dalam paket “random”dengan harga Rp 12.000. Paket “random” ini adalah penjualan tiga buah kartu pos sekaligus dalam kemasan tertutup, dan pembeli tidak mengetahui desain kartu apa yang ada di dalamnya. Menurut Ida, ketua proyek UPO, mereka menerapkan sistem “random” ini agar pembeli penasaran dengan isi paket setiap kali mereka membeli, sehingga meningkatkan keinginan pembeli untuk terus membeli kartu pos ini.

“Ya, biar pelanggan penasaran dengan isinya. Jadi mereka bisa terus membeli kartu pos kami,” ungkap Ida.

Selain wisatawan, penjualan kartu pos ini juga menarget komunitas Post Crossing Indonesia. Komunitas ini adalah sebuah kelompok yang kegiatan utamanya adalah bertukar kartu pos dari seluruh Indonesia bahkan hingga ke luar negeri. Dengan banyaknya anggota Post Crossing, Ida dan kawan-kawan berharap UPO akan semakin banyak dikenal. Penjualan UPO sendiri dilakukan melalui media sosial facebook, twitter, instagram, dan path.

Hingga saat ini, sudah ratusan lembar kartu pos yang berhasil dijual. Selain itu, UPO juga telah dikirimkan ke Lhokseumawe, Aceh, dalam program Indonesia Mengajar untuk anak-anak yang tinggal di daerah terpencil dan belum memiliki akses pendidikan yang memadai. Kartu pos inovatif ini juga telah merambah dunia internasional. UPO telah terjual hingga Amerika Serikat, Russia, Jerman, Cina, Jepang, Taiwan, Inggris, Singapura, dan Australia. Hal ini menandakan jika karya inovatif anak bangsa ini bisa diterima oleh dunia internasional.

Desainer UPO, Anggi berharap UPO dapat melestarikan budaya Semarangan, meningkatkan kembali animo masyarakat akan kartu pos sebagai pilihan sarana berkomunikasi, dan mempromosikan kota Semarang serta menarik minat wisatawan domestik maupun asing.

“Secara tidak langsung UPO akan membantu pendapatan pemerintah Indonesia khususnya Semarang dalam sektor pariwisata karena diharapkan menarik minat turis luar negeri yang membeli produk kami untuk berkunjung ke Semarang,” ujar Anggi.

Sebagai informasi, saat ini UPO sedang dalam persiapan menuju PIMNAS 2015 yang akan diadakan di universitas Halu Oleo, Kendari, Sulawesi Tenggara pada bulan Oktober mendatang. Para penggagas juga berharap UPO bisa terus berkembang dengan rutin meluncurkan produk-produk dengan desain terbaru yang meningkatkan kembali minat masyarakat akan penggunaan kartu pos sebagai salah satu pilihan berkomunikasi.

Penulis:

Angga Pradipta, Semarang

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

***Ingin berdiskusi soal uniknya dunia yuk klik di http://forum.liputan6.com/

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini