Sukses

Kue Lompong, Tetap Bertahan Meski Nyaris Ditelan Zaman

Uniknya kue khas Purworejo ini adalah bahan pembungkusnya yang menggunakan klaras

Citizen6, Jakarta Kue lompong adalah kue khas Kabupaten Purworejo yang terbuat dari adonan tepung beras ketan, gula kelapa, gula pasir dengan bulir kacang tanah di dalamnya. Yang membuat kue ini menarik adalah bahan pembungkusnya yang menggunakan klaras atau daun pisang yang sudah kering.

Beberapa pembuat Kue Lompong pernah mencoba mengganti bahan pembungkus yang ada dengan plastik atau bahan-bahan lainnya, namun hasil yang didapat adalah kue menjadi lengket. Klaras yang dipakai pun harus kering secara alami. Bukan kering karena dijemur.

Selain bahan pembungkus yang menggunakan klaras, keunikan lain dari kue ini adalah warnanya yang hitam. Warna hitam pada kue ini berasal dari tanaman lompong atau lumbu atau talas yang dilumatkan dan dicampur ke dalam adonan kue. Lompong tersebut dipakai untuk mendapatkan warna hitam. Biasanya, untuk mendapatkan warna yang lebih pekat, bubuk lompong tersebut dicampur dengan merang.

Seiring kemajuan zaman, proses pembuatan Kue Lompong mulai menggunakan alat-alat modern. Namun, tidak demikian halnya dengan Sapto dan Bu Mujiyem, ibu dan anak yang masih setia menggunakan alat-alat tradisional dalam pembuatan Kue Lompong. Alasan pemakaian alat-alat tradisional tersebut tak lain adalah untuk menjaga rasa Kue Lompong agar tidak berubah.

“Saya memakai lumpang dan alu dalam proses penumbukan, bukannya blender. Agar kacang yang dihaluskan itu tidak halus benar. Masih ada teksturnya. Ya, walaupun lebih efisien dengan blender, karena cuma pencet lalu tinggal duduk.

Tetapi, kacang tanah yang dihasilkan dengan blender akan sangat halus. Kacang tanah tersebut akan kehilangan tekstur,” jelas Sapto perihal penggunaan lumpang dan alu dalam proses penumbukan. “Kalau luweng (tungku api berbahan dasar kayu) dimaksudkan agar hasil kukusan itu lebih merata. Jadi, matang benar dan tetap empuk ketika digigit. Pemakaian luweng juga dimaksudkan agar Kue Lompong tidak mudah basi”, tambahnya.

Di Purworejo sendiri, hanya tinggal segelintir orang saja yang masih setia mengolah Kue Lompong dengan alat-alat tradisional. Mereka adalah benteng terakhir Kue Lompong dalam menghadapi gempuran arus globalisasi.

Penulis:

Bayu Wira Handyan

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.