Sukses

Cerita Sepetak Surga, Tempat Bermain Anak yang Masih Tersisa

Jembatan itu menjadi salah satu media untuk menyeberangi Sungai Ckapundung

Citizen6, Bandung Sekitar pukul 10 pagi saya bersama teman-teman saya mengunjungi sebuah proyek yang masih dalam proses pengerjaan di daerah Babakan siliwangi kota Bandung untuk melakukan observasi sederhana.

Ditempat ini. menurut pak Agus selaku pengawas proyek, bakal dibangun ampi teater yang akan selesai diakhir tahun 2015. Namun bukan hal ini yang menjadi perhatian saya,  penelusuran beralih dari tempat proyek ke daerah pinggiran sekitar proyek.

Kami masuk dari gang kecil yang saya perkirakan tidak lebih dari satu meter, untuk kendaraan sepeda motor berselisih saja sulit. Lebih jauh lagi kami masuk kedalam gang dan kami menemukan gang lagi ke bawah arah pinggiran sungai.

Kami sontak berhenti ketika melihat balita yang berjalan sendiri menyebrangi jembatan menghampiri anak-anak kecil lainnya yang berada di pinggiran sungai. Kondisi Jembatan itu sangat tidak aman untuk balita yang baru pandai berjalan.

Jembatan itu menjadi salah satu media untuk menyeberangi Sungai Ckapundung, batas pinggir jembatan tidak cukup aman bagi anak-anak apalagi untuk balita, sangat berisiko terjadinya kecelakaan.

Banyak anak-anak yang bermain di sini, bersepeda dan saling kejar-kejaran di gang yang sangat sempit berada tepat di pinggir Sungai Cikapundung yang cukup dalam. Pembatas jalan dan sungai hanya menggunakan bambu, dan anak-anak menggunakannya sebagai tempat bertengger. Di sini juga tidak terlihat pengawasan orang tua, keadaan ini sangat memprihatinkan dan berisiko bagi keselamatan anak.

Jembatan itu menjadi salah satu media untuk menyeberangi Sungai Ckapundung

Bagaimana tidak, jarak antara pinggiran pemukiman dengan sungai cukup dalam, dan menurut keterangan salah seeorang anak, pernah terjadi kecelakaan seorang terjatuh ke dalam sungai.

Meskipun tidak merenggut nyawanya, namun hal ini membuktikan bahwa kondisi seperti ini sewaktu-waktu sangat mengancam keselamatan mereka. Mereka selalu tersenyum dan tampak riang bermain di jalan gang sempit itu tanpa rasa takut. Keadaan yang secara pribadi bagi saya sangat memprihatinkan.

Pesatnya pertumbuhan penduduk dan perkembangan industri membuat anak-anak di pinggiran perkotaan ini telah kehilangan haknya untuk menikmati ruang bermain yang bebas dan aman.

Lahan-lahan yang ada telah tergeser oleh bangunan-bangunan dan perumahan, sehingga akses untuk bermain bagi anak menjadi terbatas dan mahal. Masa kecil anak-anak jadi tampak semakin terkekang oleh zaman, meskipun demikian “mereka tetap menikmati ruang sempit dimana hanya itulah yang mereka miliki untuk bersenda gurau”, kalimat tersebut mungkin cocok mewakili perasaan anak-anak di sini.

Sebut saja Andi, salah satu anak yang sempat saya ajak berkomunikasi di tempat tersebut juga mengungkapkan hal serupa. Ia sering bermain di pinggir sungai dan kadang-kadang juga masuk ke dalam sungai untuk bermain air dan bahkan mencari lele.

Kondisi sungai yang kotor, sampah berserakan ikut mengalir bersama air sungai seharusnya bukan menjadi tempat yang menyenangkan. “airnya tidak kotor....biasa ke kali ikut menjala ikan, mencari lele, lelenya untuk dimakan” ucapnya polos.

Cukup mencengangkan mendengar ucapan bocah kecil ini yang menganggap air sungai tersebut tidak kotor, bagi penulis sendiri air tersebut sangat tidak layak untuk dianggap bersih.

Air sungai sudah tampak berwarna coklat, dangkal dan berlumpur, boleh dikatakan kondisi air tersebut sudah terkontaminasi bermacam limbah yang mungkin menyatu beriringan dengan aliran air sungai.

Berdasarkan keterangan pak Agus, masih banyak masyarakat yang melakukan aktivitas pembuangan akhir di sungai. Dengan begitu akses bagi anak-anak untuk mendapatkan ruang yang bersih sangat terancam  oleh perilaku masyarkat itu sendiri karena berbagai faktor internal dan eksternal tentunya.

Penulis:

Atem Kornadi

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.