Sukses

Pernikahan Hantu, Pencurian Mayat Wanita di China Marak Terjadi

Dilansir dari kantor berita resmi pemerintah Republik Rakyat Tiongkok, China Xinhua News, lebih dari 30 mayat

Citizen6 Jakarta - Dilansir dari kantor berita resmi pemerintah Republik Rakyat Tiongkok, China Xinhua News, lebih dari 30 mayat wanita hilang pada pekan ini. Hilangnya mayat wanita, diduga terkait tradisi pernikahan hantu yang kembali marak di China.

Wakil Direktur Departeman Kepolisian Provinsi Shanxi, Lin Xu mengatakan sesosok mayat wanita di daerah ini bisa dihargai sekitar 100.000 Yuan, atau setara lebih dari Rp200 juta.

"Pemerintah telah melarang praktik pernikahan hantu sejak 1949. Oleh karena itu kami akan melakukan penyeldikan atas hilangnya mayat-mayat wanita di Kota Hontong, Shanxi," ujarnya.

Dalm ritual lama, masyarakat China mempunyai tradisi mengerikan yakni menikahkan manusia yang telah menjadi mayat. Kepercayaan ini diayakini oleh sebagian masyarakat di daerah pinggiran. Jika tidak melakukan pernikahan hantu, maka keluarga mayat akan ditimpa kesialan.

Pernikahan hantu dilakukan seperti layaknya pernikahan pada orang yang masih hidup. Anggota keluarga berkumpul, makan, minum, dan bersenang-senang. Pihak pengantin pria memberikan hadiah pada keluarga pengantin wanita.

Yang tak biasa adalah kedua mayat mempelai akan digali kembali untuk dikuburkan bersama. Kemudian mereka disahkan sebagai istri dan suami di liang kubur.

Keluarga di China biasanya juga menyewa jasa Mak Comblang untuk mencarikan pasangan bagi anggota keluarga mereka yang meninggal. Meski begitu, bisa jadi sangat sulit untuk menemukan mayat yang diinginkan.

Menurut Chang Sixin, Wakil Direktur Asosiasi Dongeng Literatur dan Seni China, bahkan ada biro jodoh dan perusahaan yang menyediakan mayat wanita.

Mayat wanita yang masih segar bisa dijual hingga 100 ribu yuan, atau Rp205 juta. Sementara mayat yang sudah dikubur puluhan tahun dan tinggal tulang belulang dibanderol rata-rata 5.000 yuan atau Rp10,2 juta.

Akibat maraknya pencurian mayat, warga di Desa Shengou kini menjadi resah. Mereka mulai mengubur anggota keluarganya yang meninggal di dekat rumah mereka, tidak lagi di gunung. Bahkan beberapa warga yang mampu, rela menyewa jasa orang untuk menjaga kuburan anggota keluarga. 

(war)

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini


**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.