Sukses

Dua Sineas Indonesia Tembus Festival Film Cannes di Perancis

Dua sineas Indonesia kembali membawa nama harum Indonesia di ajang Festival Film Cannes 2016

Citizen6, Jakarta - Kiprah para sineas Indonesia tak bisa dipandang sebelah mata. Sudah tak terhitung sineas Indonesia yang melenggang ke festival film Internasional. Festival Film Cannes, misalnya.

Sebagai festival film terbesar di dunia, adalah sebuah kebanggaan bila karya kita bisa melenggang di Festival Film Cannes. Kiprah Indonesia di Festival Film Cannes dimulai dari diputarnya film Tjoet Nyak Dien (1988) karya Eros Djarot pada tahun 1989 dalam program La Semaine de la Critique untuk kategori film panjang.

Selanjutnya, film Daun di Atas Bantal (1998) dan Serambi (2005) karya Garin Nugroho terpilih dalam program Un Certain Rergard. Lalu film Kara, Anak Sebatang Pohon (2005) karya Edwin terseleksi dalam Director's Fortnight sementara proyek filmnya Poscard from the Zoo (2012) terpilih dalam program L'Ateelier Cinefondation 2010. Selain itu, masih banyak lagi prestasi sineas Indonesia yang melangkah di Festival Film Cannes.

Tahun ini, dua sineas kembali mengharumkan nama Indonesia di Festival Film Cannes 2016. Mouly Surya melalui karyanya "Marlina, The Murderer in Four Acts" terpilih dalam seleksi L'Atelier Cinefoundation sedangkan Wregas Bhanuteja dengan karya terbarunya "Prenjak, In the Year of Monkey" terpilih dalam kategori film pendek program La Semaine de la Crittique Festival Film Cannes 2016.

- 

Bagi Mouly Surya yang pernah meraih penghargaan Sutradara Terbaik JIFFEST 2008 dan FFI 2008 lewat film Fiksi (2008), keikutsertaan dirinya dalam Festival Film Cannes ini merupakan kali pertama ia mempresentasikan proyeknya di Eropa. Sebelumnya, proyek film Marina miliknya telah masuk seleksi Asian Project Market (APM) di Busan International Film Festival 2015 dan terpilih sebagai salah satu penerima Next Masters Support Program dalam ajang Talents Tokyo 2015.

"Saya sangat antusias mengeksplorasi kemungkinan untuk bekerja sama dengan produser-produser Eropa dan membuka peluang distribusi di Eropa," tutur Mouly saat ditemui usai Konferensi Pers "Road to Cannes Film Festival 2016" di Institut Francais Indonesia, Jakarta (26/04/2016).

Secara singkat, Mouly menuturkan kalau film yang akan ia angkat nantinya menceritakan peranan perempuan dalam masyarakat. Untuk cast pemain lain, ia mengaku masih dalam proses. Baru artis Marsha Timothy yang ia daulat menjadi pemeran utama dalam film Marina.

"Ide skenarionya dari Mas Garin Nugroho. Ceritanya tentang janda di Pulau Sumbawa yang memenggal kepala pimpinan perampok," tambah dia.

- 

Di sisi lain, Wregas Bhanuteja menyatakan kebanggaan akan filmnya, Prenjak, yang lolos ke Festival Film Cannes 2016. Ia sendiri tidak menyangka karyanya bisa terpilih. Sebab, pengerjaannya sendiri hanya memakan waktu dua hari syuting dan dilakukan bulan Februari lalu.

"Tapi idenya sudah ada di kepala sejak dua tahun lalu. Karena idenya mengendap lama di kepala, jadi eksekusinya ga terlalu lama," jelas Wregas di tempat yang sama.

Wregas yang akan berangkat bersama empat orang teman yang membantunya dalam film Prenjak menuturkan kalau di Cannes, Prenjak akan diputar sebanyak tiga kali nantinya. Ia berharap, kunjungannya ke Cannes dapat menambah ilmu dunia perfilman yang ia miliki. Ke depannya, Wregas berencana membuat film panjang.

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.