Sukses

5 Mahasiswa Unair Ciptakan Inovasi Kesehatan Canggih

Lima mahasiswa Universitas Airlangga membuat cairan antiadhesi yang mereka beri nama injectable hydrogel antiadhesi.

Liputan6.com, Jakarta Setelah operasi bedah terbuka pada rongga perut, organ-organ dan daerah sekitarnya berpotensi untuk mengalami perlekatan yang dalam dunia medis akrab disebut dengan adhesi peritoneal. Adhesi tersebut dapat membelit dan menarik organ dari tempatnya dan merupakan penyebab utama dari penyumbatan saluran usus (obstruksi usus).

Jika obstruksi usus ini tidak ditangani dengan benar, maka akan sangat berbahaya sebab isi usus tidak akan dapat melewati usus, menyebabkan kram perut, mual, dan muntah, hingga kematian usus.

Untuk mencegah risiko terjadinya perlekatan tersebut, lima mahasiswa Universitas Airlangga membuat cairan antiadhesi yang mereka beri nama injectable hydrogel antiadhesi. Kelima orang tersebut adalah Retno, Hervina, Agrippina, Aisyah dan Wilda, mahasiswa Teknobiomedik, Fakultas Sains dan Teknologi.

Dalam Program Kreativitas Mahasiswa-Penelitian Eksakta (PKMPE) yang diselenggarakan oleh Kemenristek Dikti ini, mereka bekerja dibawah bimbingan Dr. Prihartini Widiyanti, drg. M.Kes.

“Dalam aplikasinya, cairan antiadhesi akan disuntikkan tepat sebelum sayatan pada perut ditutup. Awalnya injectable hydrogel tersebut berbentuk cair, namun setelah disuntikkan akan memadat menjadi gel,” ungkap Retno, Ketua Tim PKMPE tersebut.

“Gel tersebut berfungsi sebagai penghalang fisik sementara pada dua permukaan organ yang luka, saat fase penyembuhan berlangsung,” imbuhnya.

Injectable hydrogel tersebut dibuat dari hyaluronic acid (HA) dan kitosan. HA dipilih karena merupakan komponen utama dari ekstraselular matriks (ECM). Selain itu, HA juga biokompatibel, biodegradabel, mampu mempengaruhi proses penyembuhan peritoneal (remesothelialisasi), dan pembentuk gel yang baik. Sedangkan kitosan, selain biokompatibel, juga diketahui sebagai material antibakteri, mudah dimodifikasi secara kimiawi, serta bersifat hemostatik (menghentikan pendarahan).

Hasil uji swelling menunjukkan hidrogel memiliki nilai rasio swelling 172-214% yang memenuhi standar rasio swelling untuk aplikasi pencegahan adhesi yakni sebesar 123-225%. Dari uji degradasi, hidrogel mampu terdegradasi mencapai 85% pada hari ke-9 dinilai cukup baik ketika dihubungkan dengan waktu penyembuhan membran rongga perut (peritonium) yang berlangsung antara 5-8 hari. Melalui uji sitotoksisitas, hidrogel tersebut juga terbukti tidak toksik dan aman disuntikkan dalam tubuh.

“Melalui testimoninya dengan kami, dr. Herry Wibowo, dr, SpB, M.Kes menuturkan meski setiap kali selesai operasi, organ dalam perut dibersihkan, tetap saja risiko adhesi peritonial masih ada. Hal ini membuat kami semakin yakin bahwa Indonesia sangat membutuhkan antiadhesi ini,” jelasnya optimis.

Penulis:

Retno Witantri

Biomedical Engineering

Airlangga University, Surabaya, Indonesia

 

**Ingin berbagi informasi dari dan untuk kita di Citizen6? Caranya bisa dibaca di sini

**Ingin berdiskusi tentang topik-topik menarik lainnya, yuk berbagi di Forum Liputan6

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Terkini